Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

exile [2]

I couldn't turn things around |❞

Atsumu mengerutkan dahi. Pesan dari kekasihnya baru saja sampai, mengatakan semuanya harus berakhir sampai disini saja.

Mengapa begitu?

Apa gadis itu bosan karena terus-terusan diabaikan?

Tapi rasanya tidak mungkin. Kalau [name] memang tipe orang yang mudah meninggalkan saat dirinya merasa bosan, mungkin Atsumu sudah didepak dari kehidupannya sejak jauh-jauh hari.

Hubungan keduanya memang begitu-begitu saja. Tak ada yang spesial, pun Atsumu tak memperlakukan [name] dengan berbeda jika dibandingkan dengan penggemarnya diluar sana.

'It's just one of my relationships. Nothing would be different.'

Makannya ketika [name] meminta putus, Atsumu basa-basi seakan dirinya ikut tersakiti. Padahal biasa saja. Dirinya tak mau repot-repot meminta penjelasan secara lengkap, toh cepat atau lambat mereka akan berpisah juga.

Tapi... rasanya ada yang aneh.

______________

「 You never turned things around 」

_______________

"[name],"

"Kenapa Rin?"

Suna menatap datar, "Jangan deket dulu sama cowok ya."

Surai hitam disampirkan ke atas telinga, [name] menatap geli. "Kenapa emang? Cemburu?"

Suna tersenyum tipis. "Iya, cemburu. Beneran ada yang cemburu, tapi bukan aku."

Osamu menatap tajam dari balik punggung si perempuan. Suna diam-diam tertawa dalam hati, mengatai seorang Osamu Miya yang terkesan tak punya nyali.

Ketiganya tengah mengantri dengan niat membeli tiket film Pokemon: Detective Pikachu yang dibintangi Ryan Reynolds sebagai pengisi suara. Rencana awal sebenarnya adalah menonton film horror, namun melihat [name] yang memberi respon 'iya' dengan ekspresi yang tidak meyakinkan membuat keputusan mereka berubah cepat.

"Eh? Serius?" [name] mengerutkan dahi, Suna dan Osamu saling lempar tatap, apa gadis itu sudah menyadarinya?

"Dia... cemburu sama aku? Atsumu?"

Suna berdecak, "Bisa-bisanya masih mikirin dia."

"Lagian kamu tiba-tiba banget ngomongnya," [name] merengut tak suka. "Kamu pikir aku bakal langsung deket sama cowok lain gitu? Bakal gampang suka sama orang lain lagi gitu?"

"Ya enggak." Suna mengalihkan pandangan.

"Terus gimana?"

Laki-laki tinggi itu menghela nafas, "Orang tuh kalau habis ngejalanin hubungan toksik pasti standar nyari pasangannya ancur banget. Dibaikin dikit baper, disenyumin dikit langsung suka."

Osamu lagi-lagi melirik Suna. Melemparkan tatapan kagum atas perkataan cowok itu barusan.

Osamu Miya adalah cowok garem. Omongannya seringkali tajam terkesan tak berperasaan. Ia sendiri kesulitan mengontrol kebiasannya yang satu itu, makannya ketika di depan [name] si Miya muda memilih diam-diam saja. Takut salah ucap, khawatir menyakiti hati. Beruntungnya Osamu memiliki teman seperti Rintaro Suna yang mengerti segalanya. 

Namun [name] menafsirkan sifatnya dengan persepsi yang berbeda. Gadis itu selalu menyangka Osamu tak menyukainya. Terlebih karena [name] selalu merasa risi saat lawan bicaranya tak mau menatap mata. Osamu selalu menghindar setiap kali ditanya, kalau urgensinya tinggi paling-paling menjawab seadanya saja.

Salah paham memang tak pernah berakhir menyenangkan.

'Cause you never gave a warning sign |❞

_______________________________


Suna tengah izin ke kamar mandi, berarti tersisa Osamu sendiri. Sial. Cowok itu merutuk, kesulitan membangun komunikasi dengan gadis yang telah lama ia sukai.

Barusan, ketiganya baru keluar dari ruangan teater. Hati Osamu menghangat menyadari sepanjang film berlangsung, senyum tipis tak pernah meninggalkan bibir manis si gadis. [name] sesekali bergumam sendiri, gemas dengan visualisasi Pikachu yang tampak sangat alami.

Kekehan ringan kala melihat adegan lucu, dengusan kesal saat mendengar dialog dari the bad-guy. Tawa lepas. Kerutan bingung yang tercetak pada dahi. Setiap garis-garis wajah yang bergerak mengikuti emosi yang dirasakan hati.

Semuanya tak lepas dari tangkapan mata Osamu. Telinganya riuh hatinya redam, pemandangan seorang gadis yang tengah sederhana merasakan bahagia karena terbawa susana, membawa senyum tipis ikut terpatri pada bibir si pemuda.

Kini, keduanya tengah duduk di cafetaria. Memesan makanan, menunggu Suna selesai dengan urusannya.

"Aku kira aku spesial." [name] berceloteh seraya menatap hampa.

'Here we go again.' Osamu membatin.

"Mungkin emang cuma kebetulan aja. Kebetulan dia masuk timnas pas lagi bareng sama aku, kebetulan salah satu mimpinya jadi nyata pas lagi pacaran sama aku. Kebetulan aja, aku nggak ada lebih-lebihnya."

Osamu diam. Menangis dalam hati mendengar pernyataan miris dari gadis yang ia sukai.

"Aku kira aku spesial, dia kelihatan semangat setiap kali nyerita soal cita-citanya. Aku dan Atsumu berbagi kebahagiaan, kami sama-sama senang. Tapi, perasaan ini ternyata cuma sepihak aja."

"Kok kamu..."

[name] menatap pemuda di hadapannya. "Aku?"

"Degredasi diri sendiri sih?" Osamu menatap lurus, berhati-hati menyusun rangkaian kata dalam kepala. "Kan dia yang ketahuan selingkuh, dia yang salah. Kok malah kamu yang ngerasa bersalah?"

[name] bergumam, "Atsumu selingkuh karena aku ngebosenin."

"Hah?"

"Semalem dia wasaf aku. Katanya aku selalu iya-iya aja kalau Atsumu minta apa-apa, terus katanya aku terlalu ngertiin dia. Nggak pernah nuntut banyak dari dia, makannya dia bosen."

"Serius 'Tsumu bilang gitu?" Tangan Osamu mengepal kuat, batinnya mulai mengumpat. Cowok aneh.

"Iya." [name] mengusap muka, "I've tried my best tapi buat dia masih belum cukup."

"Oh? Jadi gini?"

Seorang laki-laki tetiba menghampiri meja yang mereka diduduki, "Tsum? Kok ada disini?"

"Kamu kalau bosen sama aku tuh bilang aja, [name]." Cowok pirang itu menatap jijik, seolah tengah memergoki [name] yang berselingkuh di hadapan pacarnya sendiri.

"Nggak usah pake bilang ngerasa nggak pantes bareng-bareng sama aku." Atsumu terlihat mendecih, "Tapi, ya. Emang nggak pantes sih."

"Oi." Atensi [name] akhirnya teralih, laki-laki yang sedari tadi duduk di meja depannya kini berdiri perlahan. Osamu mulai geram.

Sang setter memasang senyum sinis, "Kenapa? Seneng? Akhirnya cewek yang selama ini lo suka ngenotis juga? Ambil aja, paling nanti kalau dia bosen lo bakal diputusin juga."

"Gue nggak yakin Ibu bakal ngerestuin lo sama cewek gak bener-"

"Atsumu." Si kembar muda menatap tajam, "Cukup."

"Baru putus sehari udah jalan sama yang lain," Laki-laki bebal itu tertawa datar. "Well done, [name]. Emang aku pantes dapet yang lebih baik dari kamu."

[name] meremas ujung kemeja. Dahi mengeluarkan butiran keringat, dada terasa sesak menahan segala rasa.

"Maaf," Katanya tetiba. "Aku... aku-"

"Nggak usah minta maaf." Osamu bergerak meraih telapak yang berkeringat. [name] berdiri, badannya bergetar bukan main. Amarah Osamu langsung reda melihat perempuan itu ketakutan setengah mati.

"Ya. Pergi aja. Get a room!"

Osamu tak mendengarkan provokasi sampah yang keluar dari mulut saudaranya. Laki-laki itu hanya berjalan pelan, menuntun [name] yang melangkahkan kaki saja tampak sangat kesulitan.

"Oi."

Tepat sesaat setelah Atsumu membalikan badan, sebuah bogem mentah mendarat pada tulang pipinya. Cowok itu meringis, hampir memukul balik kalau-kalu netranya tak menangkap figur siapa yang menjadi tersangka.

Suna menatap marah. Sungguhan marah.

"Harus banget ya ngomong gitu ke [name]?"

"Ya-"

"Padahal biasanya tiap abis putus malah seneng karena bisa langsung nyari yang baru," Ekspresi Suna mulai mencair.

Atsumu memutar bola mata, "Ya, Kesel aja. Masa baru sehari banget putus udah jalan sama yang lain."

"Punya kaca?" Suna tertawa mengejek, "Bilang aja lo nggak ikhlas kehilangan cewek sebaik [name], apalagi yang bareng sama dia sekarang sodara lo sendiri."

Atsumu menatap tajam, Suna menyelesaikan perkataannya seraya melenggang pergu.

"Lo nggak akan semarah ini kalau bukan karena cemburu 'Tsum."

i gave so many signs

__________________

jahat banget atsumu anjing

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro