Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

antap •| sakusa kiyoomi



"Kak Sakusa?"

"Ya?"

"Kok pake masker terus sih?"

Laki-laki yang satu tahun lebih tua itu menatap datar, "kenapa emang?"

[F/N] menatap polos, kedua netra mentap kemana saja menghindari tatapan sesama.

Ada hal-hal kecil yang selalu gadis itu sukai tentang laki-laki disampingnya, detail-detail tak penting tentang seorang Kiyoomi Sakusa. Tahi lalat. Kerutan pada dahi. Rambut yang kentara keriting pada masing-masing ujung.

[F/N] jatuh cinta pada itu semua. Ia jatuh cinta pada Kiyoomi Sakusa, sejak lama. Sebelum laki-laki itu mendapat gelar top three ace nasional, sebelum turnamen-turnamen besar ia menangkan semasa SMA.

Tentu saja perasaan sukanya tak membuahkan apa-apa. Berbicara tatap muka saja baru kali ini, kebetulan yang membawa keberuntungan. Teman satu fakultas tengah menggelar kumpul bersama, [F/N] dan Sakusa duduk bersisian seraya mulai membuka pembicaraan.

'Tahi lalatnya lucu.'

"Penasaran aja. Kata temen-temen, Kak Sakusa pake masker gegara nafasnya bau."

Laki-laki itu memicing, menatap tajam lawan bicara yang sebenarnya tak tahu apa yang ia sendiri katakan.

"Ha."

"Iya," [F/N] tersenyum tipis, "tapi nggak mungkin deh. Kak Sakusa kan orangnya bersih banget."

Sakusa menghela nafas, terlihat lega gadis yang tengah berbicara dengannya menyatakan tidak percaya dengan gosip yang beredar. "Kotor."

"Hah?"

"Aku gak suka kotor."

[F/N] melipat kedua tangan pada meja, kepala rileks beristirahat diatasnya. Netra coklat masih menatap Sakusa, belum percaya dirinya punya kesempatan berbicara berdua.

"Jadi pake masker biar nggak kotor?"

"Iya."

Gadis itu tersenyum, kali ini agak lebar. Matanya menyipit mendapati Sakusa tengah menatap. Saat laki-laki itu memalingkan mata, lengkungan pada muka ikutan pudar. Somehow, [F/N] merasa Sakusa risi berada didekatnya.

"Nonton aja pas pertandingan, aku lepas kok."

"Eh? Boleh nonton?"

Sakusa pergi tanpa berkata sepatah katapun lagi.

Beberapa hari berlalu setelah obrolan di cafe sore itu. Hari pertandingan, Sakusa diturunkan sejak set pertama. Tentu saja.

Malangnya, [F/N] lupa. Ia baru ingat perkataan Sakusa tempo hari tentang menonton pertandingannya, alhasil gadis itu baru sampai saat set keempat baru saja selesai.

"Ah, telat ya?"

Sakusa berdiri dihadapannya dengan masker yang menutupi separuh wajah. Diam-diam kecewa karena [F/N] tak sempat menonton pertandingan, Sakusa jadi tak punya bahan obrolan.

"Kemana aja?"

"Lupa."

Laki-laki itu menghela nafas, melangkahkan kaki tak berniat berbicara lagi.

"Ehh, tunggu dulu Kak!"

Bad move. [F/N] menggenggam tangan Sakusa yang sebelumnya telah dicuci bersih berkali-kali.

Sakusa mendecak, tangan yang digenggam menghempas tajam. "Apa sih?"

"A-ah," netra coklat menatap takut, baru sadar apa yang baru saja dilakukan mendapat respon tak menyenangkan.

"Maaf."

Sakusa berhenti, menatap datar seraya mendengus kecil. "Lain kali jangan gitu lagi."

[F/N] mengangguk kecil.

》¤》

Fr: [F/N] Gemes
Kak Sakusa?
Maaf yang kemarin :(
Maaf banget
Aku reflek soale

Fr: Sakussan

Gak papa.
Udah gak usah dibahas.
Besok semi final.
Jangan telat.

》¤》


"Masih satu jam lagi tau?"

"Kan biar nggak telat."

Sakusa terdiam saat gadis yang belakangan tiba-tiba dekat dengannya ini tersenyum manis, menyipit sampai ke mata tanpa sadar sepasang netra menatapnya lama.

"Kak...."

"Kenapa?"

"Diem," [F/N] maju selangkah, tangannya bergerak menuju wajah sementara netra coklat fokus menatap.

Jempol kanan mengusap pipi pelan, Sakusa terdiam. Meskipun dadanya bergemuruh dan kepala bertanya-tanya apa yang gadis itu lakukan, ia sama sekali tak melawan.

"Bulu mata Kak Sakusa jatuh." kata [F/N] seraya tersenyum.

Tangan kiri gadis itu menggengam punggung tangan Sakusa, membuka telapak mengembalikan bulu mata pada si empunya.

"Loh? Kalian?"

Entah kebetulan atau memang telah tertuliskan, teman-teman satu fakultas tetiba datang dan menyangka yang tidak-tidak. Tentu saja, [F/N] dan Sakusa berdiri pada jarak yang sangat dekat.

"Wah, Sakusa suka cewek juga toh?"

"Omi-kun! Ngelangkahin aku ya!"

"Tsk." Sakusa menepis tangan [F/N] agak keras, gadis itu kelimpungan baru sadar apa yang ia lakukan.

Namun beberapa teman tak sadar akan kenyataan, malah mendorong punggung [F/N] semakin mendekat. Berakhirlah ia terjatuh.

Ah, lebih tepatnya, [F/N] jatuh diatas Sakusa Kiyoomi.

"Apaan sih, jijik."

Beringsut berdiri, [F/N] benar-benar takut dengan reaksi yang diberikan Sakusa. Tentu saja, laki-laki itu bukan sekadar tak suka hal-hal kotor. Tapi ia memiliki phobia yang tak bisa dianggap bercanda.

"K-Kak aku-"

"Kan kemarin udah bilang? Kok ngeyel banget? Jijik tau nggak."

"Eh, maaf itu salah kami juga kok."

Beberapa teman satu fakultas mulai meminta maaf sebagai perasaan bersalah, sementara netra coklat mulai semakin gelisah. Ia menggumamkan permintaan maaf sekali lagi, setelah itu buru-buru pergi tanpa mengatakan sepatah katapun lagi.

[]


antap2/an·tap/ Mk a tenang
(tidak cerewet dan sebagainya);
diam;

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro