8. Kagum
500 comment ya kita lanjut wkwk.btw kalian para spammers cepet banget ih spamnya:( padahal syfrat dah ngasih yang banyak. tapi sesuai janji syfrat post wkwkwk.
Selamat membaca^^
***
"Ini ke mana?" Asyra bersuara di balik helm yang membatasi. Bisingnya suara dari kendaraan yang lain membuat dirinya terpaksa memperkeras suaranya. Latisha merapatkan tubuhnya ke Asyra supaya dapat mendengar lebih jelas. Dia memberikan Asyra arahan.
Dengan santai, Asyra melajukan motornya melewati kepadatan kendaraan yang ada. Tak perlu membutuhkan waktu yang lama baginya untuk sampai di tempat tujuan Latisha.
Latisha turun dari motor sport Asyra. Asyra membuka helmnya. Dipandangnya bangunan kokoh yang berdiri di hadapannya.
"Lo mau makan?" tanya Asyra menatap polos Latisha. Latisha tertawa kecil.
"Mau kerja."
"Hah? Kerja?" Asyra tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Bola matanya membesar seolah ingin lepas. Tak pernah disangka olehnya Latisha selama ini bekerja.
"Ya iya. Emang nggak boleh?" Latisha mengangkat satu alisnya. Dia menatap heran Asyra yang masih setia dengan wajah pelongonya.
"Gila. Sebentar." Asyra mengunci motornya. Cowok itu memarkirkan motornya tak jauh dari tempat Latisha berdiri. Dia menaruh helmnya di atas jok motor. Kemudian, berjalan menghampiri Latisha yang memandang aneh dirinya.
"Yuk!" Asyra menarik tangan Latisha, mengajak gadis itu masuk ke kafe La' Postuir. Suara bel yang berdenting menyambut datangnya Asyra dan Latisha.
"Asyra, lo mau ngapain?" Latisha menatap lekat Asyra. Dia masih belum memahami maksud dari Asyra. Namun, cowok itu tak menanggapi.
"Tish, manajer atau atasan lo di sini siapa?" Latisha mengerutkan keningnya.
"Kenapa emang?" tanyanya menyelidik. Dia memiliki firasat bahwa Asyra akan melakukan hal yang aneh.
"Ya nggak apa-apa, gue mau minta izin."
"Buat?" Asyra tak menjawab. Cowok itu meminta Latisha memanggil atasannya. Latisha hanya pasrah. Dia mengetuk pelan pintu kayu yang membatasi ruang atasannya. Ketika terdengar perintah untuk masuk, Latisha segera membuka pintu itu sehingga menampilkan sosok pria yang berumur sekitar 25 tahun.
"Ada apa, Latisha?" tanya Pak Dawin, pria tampan yang duduk tegak di balik meja kerjanya.
"Nggh, Bapak dicari temen saya." Kening Pak Dawin berkerut seolah dia meminta penjelasan yang lebih. Hanya saja Latisha sendiri tidak tahu alasan Asyra mencari Pak Dawin.
"Oke, sebentar." Latisha mengangguk patuh. Dia menunggu pria tampan itu merapikan terlebih dahulu berkas-berkas yang berserakan di meja kerjanya. Setelah menatanya di atas meja, Pak Dawin membuntuti Latisha.
Asyra yang menyadari kehadiran Pak Dawin menunduk hormat. Cowok setinggi 174 sentimeter itu menyapa Pak Dawin.
"Ada apa kamu mencari saya?" tanya Pak Dawin setelah mereka duduk di salah satu meja yang kosong. Latisha berdiri tepat di belakang manajernya itu seolah ingin mengetahui apa yang Asyra bicarakan.
"Sebelumnya perkenalkan, Pak, nama saya Asyra, teman sekolah Latisha. Saya mau minta izin ke Bapak, boleh nggak, Pak, saya bantu Latisha kerja?"
"Hah? Lo gila?" Mata Latisha membulat sempurna. Namun, Asyra tak menanggapi gadis itu. Dia menatap Pak Dawin yang masih bergelut dengan pikirannya˗˗berharap pria itu mengizinkannya membantu Latisha.
"Ya, boleh," putus Pak Dawin setelah lama berpikir. Keputusan Pak Dawin mendapatkan sorakan bahagia dari Asyra, namun desahan napas frustrasi dari Latisha. "Asal kamu jangan mengganggu kerja Latisha." Asyra mengangguk semangat. Diliriknya Latisha yang tak dapat berkata-kata.
"Makasih, ya, Pak."
Pak Dawin mengangguk mengerti. Dia berdiri. Ketika melewati Latisha, Pak Dawin berbisik, "Pacar kamu romantis."
Semu merah menjalar ke wajah Latisha ketika Pak Dawin mengatakan itu. Dia hendak membantah hanya saja pria berbewok tipis itu sudah berlalu meninggalkannya dengan dirinya yang masih cekikkikan karena telah menggoda salah satu pegawainya.
"Asyra lo serius?" Latisha menatap lekat manik mata Asyra. Dia masih tidak percaya dengan apa yang Asyra pinta.
"Iyalah. Ini sekarang gue harus ngapain?" Latisha mengembuskan napasnya. Gadis itu menuntun Asyra ke tempat ruang ganti karyawan.
"Sebentar, ya." Latisha meninggalkan Asyra sendiri. Tak berselang lama, dia datang sambil membawa seragam di pelukannya. Latisha menyerahkan seragam cadangan Evan, teman kerjanya, kepada Asyra.
"Lo bisa pakai ini. Tapi, lo yakin mau bantuin gue, Syra? Gue bisa sendiri kok."
"Yakin seribu persen! Udah gue mau ganti baju dulu, ya!" Asyra masuk ke bilik yang membatasi. Latisha masih berdiri tepat di depan pintu bilik. Sejujurnya, dia masih ragu dengan ide gila yang akan Asyra lakukan.
***
Latisha mengamati Asyra yang sedang melayani pelanggan. Cowok itu dapat belajar dengan cepat sehingga membuatnya terlihat seperti berpengalaman. Sudah berkali-kali Latisha meminta Asyra untuk beristirahat. Namun, Asyra menolak dengan halus seolah tidak ada rasa lelah di dirinya.
"Ekhem, nggak usah dilihatin terus pacarnya. Nggak akan ngilang, kok, dia," goda Rere membuat Latisha mengalihkan pandangannya.
"Bukan pacar, Re ...."
"Iya bukan. Tapi, akan." Latisha berusaha sebisa mungkin menyembunyikan senyumnya. Dia tidak menanggapi perkataan Rere. Gadis itu mengamati Asyra yang sedang membersihkan meja yang penuh dengan tumpukan piring kotor. Dia menatap kagum Asyra. Entah mengapa, kini hatinya berdebar melihat kebaikan hati Asyra.
***
Taraa!! Udah mulai nih ada benih benih cinta ya? Wkwkwk.
Lanjut??
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro