17. Membuka Kembali
Latisha, Ara, Raffa, dan Garson saling melirik satu sama lain. Begitupula dengan Asyra dan Farrel yang tak menyangka akan mengucapkan beberapa patah kata yang sama.
"Nggh. Mending lo berdua suit siapa yang menang dia yang ngantarin Latisha," usul Raffa ketika suasana menjadi awkward.
"Nggak jadi. Biar Asyra antar Latisha." Farrel pergi tanpa meninggalkan satu patah kata. Sorot matanya yang dingin sekilas dapat terlihat oleh Latisha ketika cowok itu melewatinya.
"Gue pulang sama Rere aja."
"Nggak boleh! Lo berdua kan cewek, jadi harus diantar. Apalagi ini udah malam. Ya udah kalau gitu lo sama Asyra aja, ya, Tish." Latisha melirik Asyra sekilas. Pada akhirnya, dia menggangguk kecil.
Ketika terlihat anggukan kecil Latisha, cowok itu tidak dapat menyembunyikan senyumnya.
"Kalau gitu, gue duluan, ya, sama Ara. Bye!" ucap Raffs meninggalkan Latisha, Rere, Asyra, dan Garson.
***
Keheningan menyelimuti mobil Farrel. Tak ada sedikit pun suara yang ada di mobil itu. Baru saja Farrel dan Raffa selesai mengantar Ara tepat ke rumahnya.
Raffa melirik sahabatnya yang sedang fokus dengan jalan di depan. Gelapnya malam membuat cowok itu harus lebih berhati-hati dalam berkendara.
Raffa mendesah berat. Dia menatap ke jalan yang lengang karena hari semakin larut.
"Lo kenapa?" Suara Raffa memecahkan keheningan. Cowok itu bertanya, tetapi tak kunjung juga dijawab oleh sahabatnya.
"Lo suka Latisha?"
"Nggak," jawab Farrel ketus.
"Yakin? Tumben lo mau repot-repot ngantarin cewek," goda Raffa dengan senyum jahil di wajah rupawannya.
"Nggak udah bahas itu lagi. Yang jelas gue nggak suka dia."
Raffa tersenyum tipis melihat sahabatnya. Memang, Farrel mengatakan bahwa dia tidak suka Latisha. Namun, entah kenapa, Raffa menangkap sebaliknya. Ada rasa bahagia mengetahui Farrel mulai membuka kembali hatinya yang terkunci rapat-rapat akibat masa lalu cowok itu. Tak ingin menganggu lagi, Raffa memutuskan untuk diam sepanjang perjalanan sebelum Farrel menurunkannya.
***
Tinggal lima menit lagi bel masuk berdering, tetapi Latisha tak kunjung juga menunjukkan batang hidungnya. Ara yang khawatir terus meneror gadis itu dengan berbagai macam pesan.
Tish, lo di mana?
Tish!
Woi!
Ara menatap kosong layar ponselnya. Latisha entah kenapa tak juga membaca pesan darinya. Bel yang telah berdering membuat Ara terpaksa menyimpan kembali ponselnya.
***
Mengetahui bahwa Latisha tidak juga membalas sedikit pun pesannya, membuat Ara dan yang lain khawatir dengan keadaan gadis itu.
Mereka lekas datang ke rumah Rere setelah pulang sekolah. Sudah berkali-kali Ara mengetuk pintu rumahnya, tetapi tak ada tanda-tanda ada kehidupan di balik pintu itu.
"Kayaknya nggak ada orang," ucap Ara berasumsi. Ketika hendak pergi, Latisha datang dengan mata yang sembab. Selembar kertas yang dia pegang buru-buru disembunyikan saat mengetahui sahabatnya datang.
"Eh? Kalian? Ada apa ke sini?"
"Lo ke mana aja? Kita semua khawatir sama lo, Tish." Latisha tersenyum tipis, dia tidak menjawab pertanyaan Ara.
"Yuk, masuk dulu." Gadis beriris mata cokelat gelap itu membuka pintu yang membatasi.
"Lo habis nangis?" tanya Raffa ketika mengamati lebih dalam wajah Latisha.
"Hah? Enggak," ucap Latisha sambil menyembunyikan kegugupannya.
Asyra menepuk-nepuk puncak kepala Latisha. Dia tersenyum hingga menampilkan lesung pipinya membuat detak jantung Latisha berdetak tak karuan.
"Jangan nangis lagi. Ada kita di sini." Latisha tersenyum tipis, menyembunyikan kesedihan yang tak dapat dia bagi ke sahabat-sahabatnya.
***
Mau double update? Spam dulu ya wakakak
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro