1 2 - Surprise!
hellaw, ketemu lagi setelah part 'pfftt' yang isinya unfaedah.
suda lama digantung ya cerita ini, kayak aku digantungin dia (paansih dia udah punya permaisuri)
kalo mau vote silakan, kalo ga ya aku juga persilakan saja.
tengkiu
🎼
"Satriaaa!!!" ujar Diana dan Vyta kaget. Padahal,baru saja tadi saat perjalanan Satria menjelaskan jika danau ini sangat dalam.
Namun, jika Satria tercebur berakhirlah cerita ini. Lantas kalau Satria mati siapa yang akan menamatkan cerita?
Plup!
"Apasih kalian nih? Teriak-teriak gajelas!" ujar Satria dengan baju basah kuyupnya.
"Ka-kamu ga jadi mati?!?!" tanya Diana.
"Wah parah,aku dah kaget speechless bisa-bisanya Satria cuma ngasih prank!" tambah Vyta.
Satria terkekeh pelan,"Ya kali aku mati. Tapi kalo misal aku mati keren kali ya?"
"YA GA GITU JUGA DODOL!" teriak Vyta dan Diana bersamaan.
"Segitu kangennya sama aku sampe ga mau aku mati? Dah ah,ini ikannya dibakar. Ntar sore kita mulai nyusup pelan-pelan," ujar Satria. Ia pun langsung kembali ke dekat kayu bakar dan mulai membuat api.
Perkataan Satria sukses membuat Diana dan Vyta saling menatap dan mengernyit. "Gesrek emang tuh orang," ungkap Vyta.
Diana menambahi,"Gitu-gitu temenmu juga,Vyt."
"Apa kabar lo?" ucapan Vyta yang dihadiahi Diana dengan sikutan lengannya.
🎼
Alunan lagu mengalun di pendengaran Rina. Termangu dengan lirik lagunya hingga tak sadar dibelakang Rina sudah ada Zania.
"Kamu ngapain,Rin?"
Rina tersadar dan langsung menengok kebelakang,"E-eh?"
"Aku ulangi. Kamu malah ngapain,Rin? Bukannya kamu hari ini harusnya penjagaan di pohon keramat itu? Malah enak-enakan disini!" ujar Zania.
"Emm...aku nyiapin rencana,iya rencana!" kata Rina sambil membenarkan anak rambut yang ada di dahinya.
"Serah."
Zania berbalik dan menuju ke ruang tengah tempat berkumpul. Tapi langkahnya tertahan dengan panggilan Rina. "Zan!"
Dengan geram Zania menjawab,"APASIH? KAMU MAU BIKIN MOODKU DOWN JUGA HAH?"
"Ga gitu,Zan. Cuma mau sampai kapan kamu kayak gini?"
"Sampe aku dapetin apa yang aku mau!"
"ZAN! Sadar Zan! Kamu ga bisa gini terus!"
"Lalu aku harus apa?!?! EMANGNYA KAMU TAU?!?! JAWAB!"
"Ya-"
"Ga bisa jawab kan?!?! Udah!" Zania menjambaki rambutnya sendiri karena frustasi.
Rina tersenyum tipis menatap Zania yang frustasi. Pembohong.
🎼
Masih sore, namun keheningan yang mencekam menambah atmosfer seram di hutan ini. Selepas makan tadi, Diana,Vyta, dan Satria mulai berjalan mengelilingi danau yang berdiameter kurang lebih 2 km.
"Na,Vyt! Cepet dong! Keburu gelap,kalo ntar kita nyemplung ke danau mau?!" teriak Satria yang berjarak 3 m dengan Diana dan Vyta.
"SABAR BOSQUE!" balas Vyta tak kalah keras.
Suara air yang saling tumpuk-menumpuk menandakan mereka sudah sampai di irigasi besar. Pelangi terlihat samar dari danau itu. Angin semilir menggerakkan rambut panjang Vyta.
Diana,Vyta,dan Satria menatap irigasi itu dengan tersenyum.
Hei,mana konfliknya? Nanti,rasakan dulu imagine saya sebelum konflik yang kalian ga akan nyangka.
"Woww...so beautiful. A magic landscape!" ujar Diana dengan logat khasnya.
"Magic?" Satria menatap Diana dengan seringai aneh.
"Iya! Aku ngerasa dejavu pernah ke sini bareng keluargaku!" senyuman Diana langsung luntur begitu mengatakan ucapan berikutnya,"berharap dejavu itu nyata."
Vyta menyengamati,"Kamu pasti bisa lagi ketemu Mama Papa-mu dan Zania! Hwaiting,Na!"
"Ya,pasti bisa," ucap Diana lirih.
Satria berjalan ke sisi kanan irigasi dengan hati-hati. Diikuti Diana dan Vyta dibelakangnya. Karena bebatuan yang mereka lalui itu licin, Diana hampir saja terpeleset kalau tidak cepat-cepat dibantu oleh Satria.
"Makasih,Sat."
"Hmm," ucap Satria ketus.
Beberapa menit kemudian mereka sampai di pintu kanan irigasi yang berbentuk lingkaran. Sekilas Diana berfikir, masa lorongnya disini?
Ketika Diana mau bersuara, Vyta sudah bertanya dulu,"Sat,masa sini sih? Are you really? Lorongnya di dalem air? Eh, gimana?"
"Sutttt...jangan keras-keras. Aku denger ada suara derap langkah dari sini. Cepet, ikut sambil lari. Inget, jangan bersuara!" ujar Satria dengan membuka pintu perlahan dan berbisik.
Satria langsung lari disusul Diana dan Vyta. Mereka mulai memasuki pintu lorong air itu. Jalanan lorong hanya muat dilewati satu orang saja. Mungkin hanya selebar 75 cm, dengan satu pijakan kaki saja.
Dan disisi kiri jalan itu sudah berupa sungai yang dalamnya tak tahu seberapa. Diana bergidik ngeri membayangkan kalau ia terpeleset dan jatuh ke sungai itu.
"Fokus ke depan, jangan pikirin hal lain," bisik Satria dengan suara pelan namun masih bisa terdengar oleh Diana dan Vyta.
Setelah berjalan sejauh 1 km, mereka bertemu jembatan yang menghubungkan jalan kecil tadi dengan gerbang bawah tanah. Gerbang yang sama dengan yang Diana lihat di awal. Gerbang setinggi 3 m dan lilitan sulur mati terlihat di setiap bagian. Belum lagi ada kelelawar yang jumlahnya puluhan hinggap di atas gerbang.
Vyta meneguk ludah, "Apa kita harus banget lewat situ? Please, aku belum mau mati."
Diana ikut mengangguki pertanyaan Vyta. Satria menoleh, "Kalo Diana ga mau nyelamatin keluarganya sih boleh aja berhenti disini. Toh, ga ada ngaruhnya buat aku."
"Oke. Aku siap," ujar Diana mantap. Vyta tercengang dengan kesungguhan Diana tapi dia kan niat membantu jadi harus siap dengan keputusan Diana.
Satria lagi-lagi memimpin dan memijak jembatan kayu pertama yang kelihatannya rapuh. Disusul Diana dan Vyta.
Seperti di Film "Jumanji : The Next Level", jembatan itu bergerak perlahan. Wajah mereka pucat pasi, terutama Vyta.
"Tau gini aku ga nerima petualangan ini. Berapa kali kubilang aku belum mau mati," gumam Vyta.
Goncangan jembatan makin dahsyat. Yang membuat mereka mau tak mau berlari kencang.
"WOYYY JANGAN TINGGALIN AKUUUU!" teriak Vyta lebay. Ah, dia memang berjarak 3 m dengan Diana yang ada di depannya.
"Jangan teriak," ucap Diana tanpa suara. Vyta bungkam. Ia pun segera menyusul.
Mereka akhirnya sampai di ujung jembatan setelah lima belas menit bertaruh dengan nyawa.
Drap!
Gebrakan kaki mereka terdengar. Mereka berhenti sejenak menatap gerbang aneh itu.
"Mulai disini, kalian bener-bener ga boleh teriak. Oke?" ujar Satria.
Vyta menjawab sambil menepuk bajunya yang sedikit terkena tanah, " Siap, Bos."
Diana mengernyit. Merasa ada yang aneh lagi disini. Baru saja mereka melangkah, deheman berat seorang lelaki menyambut mereka.
"Ehm."
"Who are you?" tanya Satria dengan melihat seorang lelaki berbaju besi dengan tinggi 180 cm. Rambut hitamnya mulai berpadu dengan rambut putih.
Reaksi berbeda ditunjukkan Diana dan Vyta. Diana kebingungan. Sedangkan Vyta langsung memegang pundak Diana seolah mencari pegangan kokoh.
Ia menyeringai. "Welcome again Vyta Tiwida."
🎼
author note :
dh ah bodo mau ga ada yang baca kek, atau sider kek, aku suda lelah qaq.
aku juga udah males main teka-teki yang ujungnya masih abu-abu. ini cerita teraneh sekaligus terberat dari semua cerita di draf yang aku buat.
cuma buat ngisi kegabutan aja dimasa quarantine semenjak pertengahan maret. okey, see you!
salam dingin aseq aseq jos,
timutiii
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro