Four
Ada yang kangen?.ora
//tetiba muncul
Selamat membaca! Semoga suka! ≧ω≦
-----
Putri Akari menatap kereta kuda yang dinaiki lady Sha perlahan menjauh. Lady Sha benar-benar penuh akan aura kedewasaan dan juga mandiri. Ah! Dirinya ingin keren seperti lady Sha!
Dengan semangat, putri Akari kembali ke kamarnya. Saat sampai, Ara dan Yuru telah hadir disana. Putri Akari meminta untuk mengganti gaunnya juga melepaskan banyak hiasan rambut dikepalanya.
"Tuan putri tampak sangat senang. Ada hal apa kalau saya boleh tau?" tanya Ara lembut. Satu persatu hiasan dikepala tuan putrinya dilepas. Disebelahnya, terdapat Yuru yang tengah memasang bola mata berbinar nan antusiasnya-yang juga ikut melepas hiasan-hiasan kepala dan rambut itu.
Putri Akari menggeleng perlahan dan tertawa kecil. "Bukan apa-apa, hanya... Aku masih kagum pada sosok lady Sha," maniknya menerawang luas.
Flashback
Putri Akari menatap Lady Sha yang sedang menjelaskan beberapa hal penting tentang kondisi kerajaan Lemper yang jarang diketahui masyarakat luas.
Apa benar, raja pertama kerajaan Lemper sebelum ini telah lama menghilang tanpa kabar? Batin putri Akari. "Lady Sha, bagaimana bisa kamu mengetahui semua hal sedetail ini? Dari buku sejarah tidak terlulis, bahkan juga guru-guru yang selama ini mengajariku tak pernah membicarakannya," putri Akari memperhatikan lady Sha dengan cermat dari ujung rambut hingga ujug kaki.
Lady Sha tersenyum tipis-benar-benar tipis. "Kamu harus melihat semuanya dari banyak sisi, tuan putri," balas lady Sha. Aura gadis dewasa nan elegannya semakin memancar. Membuat putri Akari kembali berdecak kagum dalam hati.
Lelah berkeliling taman, putri Akari dan lady Sha memutuskan duduk disebuah bangku yang tersedia. Dibawah naungan sebuah pohon yang rindang, mereka beristirahat.
"Lady Sha, bolehkah aku bertanya beberapa hal?" tanya putri Akari memecah keheningan. Lady Sha menatap putri Akari sekilas dan mengangguk kecil. "Berapa umurmu, lady Sha?"
"Tiga tahun lebih tua darimu, tuan putri," balas lady Sha seperlunya.
Dia benar-benar irit bicara. Pemilihan katanya pun sedikit berbeda dari orang kebanyakan, batin putri Akari. "Berarti, suamimu seorang lord? Kenapa lady tidak menikah dengan duke saja? Tingkatannya tentu lebih tinggi," tanya putri Akari asal.
Lady Sha terdiam sejenak, kemudian tertawa kecil-tawa elegan seperti yang mulia ratu Kuki. "Aku belum menikah, tuan putri," balasnya.
Ha? Putri Akari mengerjapkan matanya sesaat. Aneh? Tentu saja. Lumrahnya, jika seorang gadis seusianya, apalagi seusia lady Sha sudah menikah ataupun memiliki keluarga. Bahkan, beberapa gadis lebih muda darinya sudah lebih dulu menikah.
"Ah..., maaf, aku tidak tau. Kalau begitu, dari keluara mana tunanganmu?" Kalaupun belum menikah, minimal pasti lady Sha sudah memilik tunangan, batin putri Akari.
Lady Sha menggeleng kecil, dan sebuah senyuman tipis terukir diwajah manisnya. "Aku tidak memiliki seorang tunangan, ataupun calon tunangan,"
Kenapa? Sebenarnya putri Akari cukup penasaran. Mengapa gadis bangsawan seusia lady Sha tidak memiliki seorang tunangan, bahkan calonnya? Tapi, putri Akari lebih memilih bungkam dan tidak bertanya lebih lanjut. Mengingat, mungkin saja itu sebuah hal privasi lady Sha. Bisa-bisa, kalau kelepasan penasaran, putri Akari bisa di cap sebagai seorang tuan putri yang tidak bisa menghargai privasi setiap orang.
Flashback off
Putri Akari menatap kedua pelayannya bergantian. "Oh iya, aku cukup penasaran, apa benar lady Sha belum menikah, tidak memiliki tunangan, bahkan juga calonnya?" tanya putri Akari. Ya, dirinya memang memiliki sifat penasaran yang cukup tinggi.
"Sebenarnya, banyak sekali para pemuda bangsawan yang telah melamar lady Sha," Ara memulai penjelasannya. "Banyak sekali para keluarga bangsawan yang mengincar lady Sha untuk dijadikan salah satu bagian dari keluarga nya, juga banyak para pemuda yang langsung jatuh hati pada lady Sha,"
Wajar sih, lady Sha cantik, manis, anggun, cerdas, bijaksana, auranya kedewasaannya pun sangat jelas. Siapa yang tidak akan tertarik padanya? Pikir putri Akari. Putri Akari kembali menyimak penjelasan dari pelayan pribadinya.
"Tapi, semuanya di tolak," kini giliran Yuru yang bercerita. "Entah apa alasan sebenarnya, intinya, lady Sha berkata bahwa ia masih belum ingin menikah. Lady Sha masih ingin merawat dan memberikan perhatian penuh pada adiknya,"
Putri Akari menoleh. "Lady Sha memiliki saudara?"
Yuru mengangguk dengan antusiasnya. "Seorang gadis kecil, tiga tahun lebih muda dari tuan putri. Young lady yang sangat lucu!"
Kenapa begitu? Apakah orang tua mereka tidak peduli atau bagaimana? Pikir putri Akari.
"Orang tua mereka sudah lama meninggal," seolah-olah bisa membaca pikiran putri Akari, Ara berbicara-menjawab-dengan tenang.
"Saat itu lady Sha bersama adiknya masih sangat kecil. Perlahan, namun pasti, keluarga Cirius yang awalnya di ambang kehancuran karena meninggalnya orang tua mereka, menjadi bangkit dan berjaya kembali berkat lady Sha. Lady Sha berusaha sangat keras. Adiknya yang masih belum mengerti apa-apa hanya bisa membantu sang kakak dengan 'caranya'," Ara melepas jepitan terakhir yang berada dirambut putri Akari. Dengan telaten pelayan manis itu mengikat ekor kuda rambut putrinya-atas permintaan sang tuan putri sendiri.
Ceklek! Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok pangeran Akumu yang perlahan melangkah masuk. Dengan segera, Ara dan Yuru bangkit, memberi salam hormat dan pamit meninggalkan pasangan baru itu.
Pangeran Akumu melepas jubah dan melemparnya sembarangan. Jubah kerajaan itu hampir mengenai putri Akari jikalau putri itu tak menghindar.
Putru Akari mendelik sebal dan menatap pangeran Akumu tajam. Pangeran Akumu langsung menghempaskan dirinya di atas kasur, tanpa mempedulikan tatapan sebal dari putri Akari. Pangeran itu menutup matanya dan menghela napas lelah.
Baru saja Akari ingin bertanya, pangeran Akumu bersuara. "Akari," sebuah panggilan lirih, namun entah kenapa terdengar begitu dalam dan berhasil membuat putri Akari bungkam.
"Y-ya? Aku?" entah kenapa putri Akari menjadi gugup. A-apa yang terjadi dengan diriku? Kenapa aku jadi tergagap bergini?! Ck, pangeran sialan! Pasti dia menggunakan sihir untuk membuat orang yang dipanggilnya tak bisa berkutik! Tiba-tiba, terlintas kejadian saat diperjalanan menemui yang mulia ratu Kuki tadi-
"Kau...," pangeran Akumu terdiam sejenak. Atmosfer dikamar itu etah mengapa semakin aneh, cukup membuat putri Akari semakin gugup "......Kau menyebalkan," dan kalimat barusan tersebut disusul oleh tawa pangeran Akumu.
Dengan segera, putri Akari melempar bantal kursi yang ada didekatnya pada pangeran Akumu. "Kau yang menyebalkan!" putri Akari menyesal. Sangat menyesal mengingat ia pikir pangeran Akumu ingin membicarakan sesuatu yang penting. Putri Akari melangkah keluar kamar mereka sambil menghentak-hentakkan kakinya sebal. Awas kau Akumu sialan!
Sementara itu, pangeran Akumu kini tengah tertawa puas di kasurnya. Moodboaster. Ia tersenyum simpul.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Seorang gadis kecil yang imut berjalan ceria sambil membawa sebuah boneka kesayangannya. Gadis itu berjalan menuju sebuah kamar.
Maniknya menatap sebuah sosok yang ia cari, dan tanpa membuang waktu lagi, gadis kecil itu berlari mendekati sosok tadi.
"Kakak!" gadis kecil itu berseru senang dan menghamburkan diri dalam pelukan pada sosok gadis lebih tua darinya. "Gimana kak? Udah?"
"Kakak harap, perkiraan adek salah," lirih gadis yang dipanggil 'kakak' itu.
Gadis kecil itu tersenyum sendu. "Adek juga berharap perkiraan adek salah. Bahkan kalau bisa, adek juga nggak ingin bisa melihat sesuatu yang seharusnya tidak adek lihat,"
•
•
•
•
•
-----
Halo? :3
///slappp
Pendek ya? :<
Hontou ni gomene... (╥﹏╥)
//nunduk
Tapi ini udah 1000-an, seperti chap-chap sebelumnya. Namun, entah mengapa Chici merasa ini sangat pendek. Chap sebelumnya juga pendek sih, tapi ini... Heum... Entahlah, mungkin hanya perasaan Chici.
Yosh! Sampai jumpa lagi (。・ω・。)
Salam hangat,
KetapiChi
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro