Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 3. Planning

"Kok ngggak dihabisin? Itu pasta kesukaan kamu, kan?" Sean bertanya di sela-sela aksinya memotong daging steik. Memang benar ini adalah pasta kesukaanku. Tapi tiba-tiba saja aku kehilangan nafsu makan, walau aku baru memakan tiga suapan.

Sean memberiku tatapan khawatir. Suasana hatiku lagi-lagi memburuk. Aku justru khawatir aku akan menangis di tengah-tengah acara makan malam kami. Tapi melihat Sean yang kini justru ikut-ikutan berhenti makan, membuatku semakin merasa tidak enak.

"Audrey?"

Aku seketika mendongak ketika Sean memanggil namaku. Dari tatapan matanya, Sean sepertinya benar-benar khawatir. Tapi aku juga tidak tahu harus mengatakan apa kalau dia bertanya mengapa tiba-tiba aku begini.

"Kamu masih kesel karena sofa inceran kamu udah sold out?"

Astaga. Aku bahkan lupa masalah sofa warna biru langit yang sudah aku incar sejak bulan lalu, tapi ketika kami akan membelinya tadi siang, kami sudah keduluan sama pembeli lain.

"Nggak, kok. Kita kan masih bisa beli dari toko lain," jawabku sekenanya. Aku kembali menyendok pasta ketika nafsu makanku kembali lagi.

Sean juga kembali makan, namun tak lama dia kembali memandangiku. Aku melemparkan tatapan bertanya. Di awal pacaran, sikap Sean saat ini sudah pasti membuatku tersipu malu, bahkan salah tingkah. Namun sekarang, aku sudah lebih terbiasa. Walau tak bisa menampik adanya debaran di dalam dada akibat tatapan Sean kerap membuatku hilang fokus.

"Besok sabtu kamu ada acara, nggak?"

"Sabtu? Kayaknya nggak ada. Kenapa?"

Sean mengecek ponselnya sekilas sebelum menjawab pertanyaanku. "Kita kencan yuk?"

Aku terperangah mendengar ajakan random Sean. Apa-apaan dia ini? Tumben sekali mengajakku kencan begini, padahal biasanya juga dadakan.

"Bukannya sekarang ini kita juga lagi kencan?" gurauku.

"Maksudku kencan, yang bener-bener kencan. Karena segala urusan buat nikah udah hampir beres, aku ingin rehat aja bentar sebelum nanti makin sibuk lagi menjelang hari H."

Moodku perlahan membaik. Pemikiran menghabiskan waktu berdua saja dengan Sean tanpa dibebani urusan persiapan pernikahan, terasa menyenangkan bagi mentalku yang sudah lelah. Jika aku harus menyebutkan hal apa yang membuatku jatuh cinta dengan laki-laki di hadapanku ini, yaitu adalah karena dia selalu tahu apa yang aku butuhkan, tanpa aku minta. Garis senyumku terbentuk tanpa aku sadari.

"Oke. Tapi mau kencan ke mana?"

"Nanti aku survei dulu, deh. Tempat yang enak buat healing."

"Idih. Gaya amat pakai survei, biasanya juga dadakan," cibirku.

Namun, pada akhirnya aku setuju juga atas ide Sean ini. Lebih baik pergi dengan rencana, jadi aku bisa menyesuaikan outfit dengan tempat yang akan kami tuju.

***

Aku terjaga dalam perjalanan pulang walau tubuhku rasanya lelah sekali. Sean juga tampaknya lelah setelah aktivitas kami seharian ini, mulai dari fitting wedding dress hingga belanja furniture. Dia tak banyak bicara saat menyetir. Sebagai gantinya dia memutar album favoritnya, Coast to Coast by Westlife, agar perjalanan kami tidak sunyi.

Karena terlalu sering mendengar album lawas ini diputar di mobil Sean, aku jadi ikutan suka. Lagu-lagunya memang menjadi hits semasa kami masih sekolah. Aku bahkan tidak asing dengan beberapa lagu di antaranya, tapi baru kali ini aku benar-benar mendengarkannya dari awal hingga akhir.

"Aku pengin deh lagu ini dinyanyiin di nikahan kita," celetukku ketika My Love terputar.

Sean menoleh sejenak karena sepertinya dia tidak mempercayai apa yang baru saja didengarnya.

"Sejak kapan kamu jadi suka Westlife?"

"Ya sejak ada fans beratnya yang sering muter lagunya tiap kali nyetir," cibirku sambil memandangi air mancur yang baru saja kami lewati.

Yang dicibir malah tergelak. "Aku nggak sesuka itu sama Westlife, tahu. Cuma suka sama lagu-lagunya yang enak didengerin sambil nyetir."

Kedua mataku masih tertuju pada jalanan di depan kami, walau sebenarnya aku sangat ingin menatap profil Sean dari samping.

"Tapi oke lah. Nanti aku bakal nyanyiin lagu ini pas resepsi," lanjut Sean dengan santainya, membuatku akhirnya menyerah dan menatap tajam Sean, yang tampaknya masih tak sadar apa yang baru saja dikatakannya. Gila apa ya, dia kan tidak bisa menyanyi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro