Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 2. Impromptu Pre Wedding Shoot

Aku nyaris tertidur lagi jika Sean tak segera membangunkanku saat kami telah sampai tujuan. Rupanya Sean membawaku ke studionya. Ruang kerja pribadinya yang baru ditempatinya sejak enam bulan lalu.

"Perasaan kemarin aku nyuruh kamu langsung istirahat. Ngelihat kamu masih ngantuk padahal udah jam segini, pasti kamu begadang lagi," tuduh Sean. Kedua tangannya masih bertumpu pada kemudi, namun kepalanya menoleh menghadapku. Aku pura-pura tidak mendengar ocehannya dengan menyibukkan diri melepas sabuk pengaman.

"Kamu habis nonton apa semalem?" oceh Sean lagi.

"Bridgerton," jawabku lirih. Benakku langsung memutar kembali adegan Daphne dan Simon bercinta di lapangan yang membuatku tak bisa tidur semalam. Aku tak habis pikir mengapa adegan itu membuatku berfantasi liar membayangkan jika itu adalah aku dan Sean. Aku tersedak saat tiba-tiba Sean mendekatkan wajahnya hingga nyaris tak ada jarak di antara kami. Sial. Audrey sadarlah dari fantasi liarmu itu. Ini masih pagi!

"Apa yang kamu pikirin, Drey?" tanya Sean dengan nada menggoda.

Astaga. Tidak bisakah Sean bersikap biasa saja? Baru segini saja aku sudah kepanasan, apalagi kalau fantasi liarku betulan terjadi.

Aku seketika tersadar dari lamunan saat Sean mengecup bibirku singkat.

"Cepat turun. Pekerjaanku udah nunggu di dalem." Sean akhirnya kembali bersikap normal, lalu turun dari mobil. Laki-laki itu bahkan langsung menuju pintu studio tanpa membukakan pintu untukku. Dasar Sean sialan. Sikap manisnya hanya berlaku di awal masa pacaran saja.

***

"Aku tahu ini hari liburku. Tapi harus banget ya aku nemenin kamu kerja di hari libur nan indah ini?"

Sean tampak tak terusik oleh protesku. Dia masih saja asyik menggambar di drawing padnya seolah tidak ada manusia selain dirinya di studio ini. Namun, aku tahu cara apa yang ampuh untuk mendistraksi konsentrasinya. Laki-laki itu akan langsung buyar fokusnya jika aku peluk dari belakang. Kali ini aku juga meletakkan daguku di bahunya agar bisa ikut melihat apa yang sedang dikerjakannya. Dan benar saja, Sean sedikit terperanjat oleh aksi dadakanku.

"Kamu lagi ngerjain apa sih?"

Ada lima panel dengan beragam sketsa pose pasangan tersaji di layar. Apakah ini rancangan komik terbarunya? Aku baru ingat Sean sudah lama tidak memperbarui serial komik di websitenya.

Sean melepaskan pelukanku, lalu mengisyaratkanku untuk duduk di sebelahnya.

"Kita terlalu sibuk nyari WO sampai lupa foto prewed. Gimana? Apa kamu ada ide untuk konsep prewed kita?"

Ah, benar juga. Aku bahkan sama sekali belum terpikirkan untuk melakukan foto pre wedding dalam waktu dekat.

"Itu sketsa buat foto prewed kita?" tanyaku sambil menunjuk panel-panel di layar komputernya. Ada satu sketsa yang sangat menarik perhatianku. Konsep itu terlihat sederhana hingga aku yakin kami bahkan bisa melakukannya saat ini juga.

"Kamu suka yang ini?" tanya Sean setelah melihatku sedari tadi memperhatikan salah satu panel.

Begitu aku mengangguk, Sean dengan sigap mengambil kamera polaroid yang entah sejak kapan sudah ada di atas mejanya. Setelahnya kami justru asyik berfoto ria, mulai dari saling mengambil potret masing-masing, hingga berfoto selfie berdua. Untungnya studio Sean ini cukup estetik, sehingga kami dapat memanfaatkan nyaris seluruh sudut untuk dijadikan latar foto.

Sean ganti menggunakan kamera ponselnya saat harus mengambil potret kami berdua. Bermodalkan fitur timer, kami dapat mengambil foto tanpa bantuan fotografer.

"Aku baru sadar kita sama sekali nggak mempratekkan sketsa yang kamu pilih tadi," ujar Sean saat melihat-lihat hasil photoshoot dadakan kami. Aku seketika tertawa saat ikut mengecek hasil foto. Aku dan Sean malah tampak seperti habis foto-foto biasa layaknya saat kami kencan, hanya saja kali ini dibuat dengan sedikit lebih niat.

"Eh yang ini bagus!" Aku menunjuk foto kami berdua yang sedang berdiri bersebelahan sambil tersenyum lebar. Eskpresi kami terlihat seperti anak kecil yang habis diberi THR. Foto yang sederhana, namun terkesan mewah karena sentuhan senyumku dan Sean.

"Boleh juga. Aku tandai dulu deh."

"Buat apa ditandai? Gimana kalau langsung upload di IG aja? Hahaha"

Sean menggelengkan kepalanya. "Gak bisa Audrey sayang. Yang kayak gini tuh cocok buat jadi foto pre wedding kita."

Aku membeliak tak percaya. Jadi barusan tadi itu photoshoot buat pre wedding?

"Kok? Kamu nggak bilang? Sean?! Aku bahkan lagi nggak pake make up! Bajuku juga lagi gak bagus. Sean?!"

Namun, Sean sialan itu justru terbahak-bahak melihatku panik. Aku kembali mengecek foto-foto polaroidku yang terhampar di meja. Lalu beralih melihat foto-foto di ponsel Sean. Hasilnya memang bagus sih, terlihat natural. Tapi, menjadikan ini semua sebagai foto pre wedding? Sepertinya Sean sudah gila.

"Sebenarnya aku udah lama niat foto tapi yang natural aja gitu konsepnya. Malah bagus kan, nggak kayak foto prewed yang lain?"

Sean makin terbahak ketika aku hanya memberinya tatapan tajam.

"Tapi kan aku udah beli dress khusus buat prewed. Ya kali nggak kepake?"

"Oh, yang merah itu? Ya udah, kita kan bisa foto lagi. Outdoor, gimana? Hasil hari ini kita pilih beberapa aja."

Aku masih pada aksi merajukku walau dalam hati menyetujui ide Sean.

"Audrey, jangan ngambek dong. Kamu jelek kalau ngambek."

Tanpa pikir panjang aku memberi pukulan keras di punggungnya. Bukannya mengaduh kesakitan, Sean justru kembali terbahak.

"Beliin aku ayam geprek kalau nggak mau aku ngambek. Aku laper, belum sarapan."

"Oh jadi dari tadi senewen terus karena lagi laper rupanya. Kenapa aku nggak kepikiran hahaha"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro