Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 20

Keyna masih sibuk membaca dan memahami tulisan Citra. Hingga sore hari ia masih berkutat dengan buku itu di atap ruang kesenian. Alter ego dari Keyna sedari tadi terus membisikkan sesuatu dan menginginkan Keyna agar mau mendengar dan mengambil kendali tubuhnya.

"Aku tak akan mendengarkan ocehan itu lagi." Sesuai dengan pilihan Zikra semasa memberikan terapi di sini, Keyna memutuskan untuk tak mendengar bisikan alter egonya. Menurut Keyna, alangkah lebih baik kalau ia sendiri mencari Azky dan menanyakan alasan mengapa dia membully diri ini.

Matahari mulai turun, memudarkan layung senja yang terlalu indah untuk dilewatkan. Keyna pun menutup buku berisi tulisan Citra dan turun dari atap ruang kesenian untuk bertemu dengan Zikra. Namun sebelum itu, sepasang mata bulat Keyna menangkap dua buah mobil yang melaju memasuki area sekolah. Ia mengernyit bingung, seingatnya itu adalah mobil para tentara. Kenapa mereka ke sini?

Setelah beberapa menit mencari, ia pun menemukan Zikra yang sedang mengobrol dengan salah satu pasien Vyeosick yang sembuh. Dia baru saja selesai dengan elusan lembut di kepala orang itu sebagai bentuk penyemangat. Lelaki itu tersadar akan kehadiran Keyna yang mendekap buku catatan sang alter ego.

"Ada apa, Key?" Tanya Zikra mengambil secangkir teh hitam. "Kau sudah putuskan mau pilih mana?"

"Sudah kuputuskan," ucap Keyna gantung. "Tapi aku takkan memberitahu Kakak."

"Apa?" Zikra terbatuk-batuk mendengar sambungannya, mengerjap tak percaya. Gadis itu hanya tersenyum manis.

"Terima kasih kak Zikra," ujarnya yang kemudian berlalu meninggalkan Zikra yang kebingungan atas tingkahnya.

****

Hari kini sudah benar-benar malam. Keyna memandang langit di atas ranjang----ia memakai ranjang milik Tasya. Tiada bintang maupun bulan. Selain itu, ratusan aparat keamanan berdatangan dan mulai bertugas untuk patroli, tiga orang berjaga di sekitar ruang kesenian. Aparat keamanan itu tidak lain adalah penjagaan yang diminta oleh Tasya untuk menjaga para relawan terutama Keyna.

Orang itu.... Dia mengejar demi aku.

Orang sembuh hanya dengan sebuah barang? Jangan bercanda!

Dia tak henti-hentinya melukaiku. Apa dia pikir derajatku setara dengan binatang?

Mata Keyna terpejam erat. Ia terlampau penasaran akan maksud dari catatan harian sang alter ego. Bukankah lebih baik membuktikan apa yang beliau tulis? Ia berpegang teguh pada rasa penasaran, lantas bersiap mengenakan pakaian serba panjang. Tak lupa masker respirator supaya tak terhirup partikel mahkota bunga Vyeoflower.

Hanya minta izin kepada Zikra, memohon, dan selesai sudah. Keyna bisa berpetualang di malam hari. Akan tetapi, sosoknya tiada. Dia lenyap dimakan ramainya penghuni yang memasuki ruang kesenian. Melirik ke sana kemari, ia menemukan Zikra tengah tertawa bersama pria jangkung dengan baret hijau. Cerahlah wajah Keyna, segera menjemput dua orang yang bercengkerama di lapak perlengkapan senjata.

"Kak, malam ini aku mau mencari Azky. Bolehkah?"

Wajah Zikra yang berawal ceria berubah muram dalam waktu singkat. "Keyna, kau sadar bahwa itu terlalu berbahaya untukmu. Aku tidak akan mengizinkannya," tegas Zikra.

"Tapi kak, aku benar-benar harus mencari Azky," kata Keyna menggigit bibir bawahnya. "Hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa menjawab semua pertanyaan yang selama ini memenuhi kepalaku."

Ini cewek udah mengerti cara persuasif ya. Senyum pun hanya sebatas garis miring bernilai sebal. Pada ujungnya ia mendesah pasrah. "Baiklah, tapi dengan satu syarat."

"Kau akan ditemani oleh seorang aparat." Wajah manis Keyna bertukar bingung.

"Maukah anda melindungi rekan kerjaku ini?" pinta Zikra terkekeh sumbang. "Kalau perlu, ajaklah seseorang lagi, supaya kalian jaga Keyna depan-belakang."

"Jadi nama anda Keyna, Nona?" Dia mulai menampakkan diri. Mata sipit termakan usia tak mengendurkan sisi tua, dilengkapi kumis dan janggut tebal yang masih hitam. Sudah jelas dia awet muda.

Keyna mengangguk setuju. Karena hanya dengan begitu ia bisa mendapatkan izin keluar mencari Azky. Salah satu tentara yang beliau ajak adalah seorang pemuda berbadan tegap bin jangkung melebihi atasannya sendiri.

****

Setelah beberapa jam mencari ke mana-mana, mengendap-endap berusaha tak memancing perhatian pasien Vyeosick, akhirnya Keyna bertemu dengan Azky. Dia berjalan luntang-lantung di jalanan sepi. Kesempatan emas bagi Keyna untuk masuk ke dalam rencana.

"Azky!" seru Keyna dari kejauhan.

Sosoknya berhenti di tempat, dengan pelan berbalik menatap kosong ke sumber suara.

Tatapan itu menciutkan manik cokelatnya. Tatapan yang membawa rasa takut pada Keyna. Perlahan-lahan kepala Keyna terasa berat dan pusing. Mendadak tubuh Keyna lemas, nyaris ambruk kalau tak dibantu dua tentara yang mengawal. Ia teringat akan seseorang yang merebut boneka beruang hadiah ulang tahunnya dulu.

Azky tetap diam. Sekejap kemudian ia berbalik pergi terbirit-birit meninggalkan Keyna yang kini kesusahan berjalan karena menahan sakit.

"Azky, tunggu!" Seruan Keyna tak dia pedulikan. Pupus sudah harapan. Ia bergantung ditahan dua pengawal, tak kuat menopang berat tubuhnya. Mereka yang mendapat tugas dari Zikra untuk mengawal Keyna membantunya berdiri.

"Apa dia pasien Vyeosick, Nona?" tanya tentara berbaret hijau.

"Iya," jawab Keyna bernada lemas. "Namanya Azky. Itulah tujuanku keluar malam-malam, untuk menemui dia."

"Tapi setidaknya perlu Nona ketahui," sosok pemuda dengan topi mulai buka suara, "orang yang bernama Azky itu, sewaktu-waktu akan berbuat kejam."

"Berlaku kejam?" Keyna mengangkat kedua alisnya. "Kenapa kamu bisa bilang begitu? Memangnya kamu pernah mengalami hal yang sama seperti 'dia'?" Dia yang Keyna maksud adalah alter ego berwatak tenang bin dingin itu.

"Iya." Lelaki berkaos loreng mengangguk mantap. "Itu menurut pengalaman saya selama berjaga di sebuah rumah sakit, Nona." []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro