Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 17

Keyna terbelalak, bangkit dari rehatnya. Ia masih terkurung di dalam laci. Sejenak terdengar jerit mengerikan dari luar sana, mengenal bahwa suara itu Azky punya. Gelombang bunyi di luar mulai menghilang, masa yang tepat untuk keluar. Susah payah Keyna keluar, berakhir terjerembap meninggalkan sakit hebat di pergelangan kaki.

"Tahan sedikit, Keyna," ocehnya bangkit mendesis berkali-kali. Ia terseok-seok, mengambil beberapa butir peluru untuk memenuhi kapasitas magasin pistol. "Sial, aku tak dapat berlari dengan cepat."

Setidaknya Keyna bersyukur, hanya satu atau dua pasien Vyeosick yang gampang ia taklukan. Tak lupa kapsul bius yang menghiasi leher mereka diambil, manalah tahu Keyna membutuhkan banyak peluru dalam situasi darurat.

"Keyna? Kau dengar aku?" Suara nyaring kembali terdengar di alat komunikasinya. Gadis berpakaian kemeja itu enggan membalas. Di saat begini, dia masih sempat mencari Keyna lewat sambungan telepon.

Sirine menjerit menggetarkan seluruh area sekolah ini. Para Vyeosick melolong horor, berlari ke sana kemari bagai semut yang diganggu manusia. Beberapa dari mereka mengincar Keyna.

"Seriusan kalian incar aku?" Keyna ambil ancang-ancang berlari sejauh mungkin, meski kaki yang sakit ini akan makin parah. "Jangan bercanda!"

Dalam keadaan terdesak, Keyna merogoh botol kaca berisi bius racikan Zee. Benda itu pecah di tengah kerumunan Vyeosick. Semerbak bau obat menyeruak memberi efek kantuk, tapu sedikit dari populasi yang mengejarnya tak mempan----lebih tepatnya alt respirasi mereka tak berfungsi----dan langkah mereka makin menarik jarak dengan Keyna.

Gadis itu menyusuri banyak jalan kecil demi menyumbat jumlah para Vyeosick yang mengejarnya. Kaki ini tak mampu berlari lagi, lantas berhenti dengan teratur. Selama mereka tak muat ke jalan kecil, ia melemparkan dua botol molotov ke arah mereka. Persetan mereka terluka kena pecahan beling. Keyna harus cari orang yang mencarinya.

Sekelebat bayang menarik perhatian Keyna. Ia bergerak cepat sambil menyeret sebelah kakinya yang terlampau sakit. Begitu keluar dari jalan kecil, barulah terlihat Tasya dan Zee berlari menuju ruang TU. Mereka juga dikejar pasien Vyeosick, jauh lebih banyak ketimbang ia. Namun, Keyna wajib mengamati pergerakan mereka berdua dari jauh, menembaki banyak pasien. Tak peduli peluru akan habis, ia hanya ingin mereka selamat.

Pintu ruang TU tumbang menimpa minoritas penduduk terdampak serbuk gila itu, setidaknya jumlah mereka yang masih sadar tinggal sedikit. Moncong pistol ia arahkan ke bangunan sumber sirine mengisi keheningan malam hari, berjalan menyamping dengan pelan.

Gemericik kaca terdengar di kejauhan sana, memberikan kilau indah mirip bintang di langit. Seorang lelaki muncul di ambang bingkai jendela, mulai turun dalam bimbingan seutas tali tambang. Di bawah mereka bergerombol menginginkan daging orang itu. Itu berarti satu orang lagi dalam bahaya, alangkah liarnya imajinasi Keyna. Lantas ia terpincang-pincang sambil meletuskan banyak peluru pada mereka yang masih berkeliaran di depan pintu.

Makin berdebar hati Keyna mendengar jerit histeris Tasya. Tangan gatal ingin melelapkan dia. Ia berdiri di ambang pintu, membidik target yang mengacungkan tangan berlumuran darah dengan sebelah tangan. Dua tembakan telah ia bebaskan, berharap sang lawan terkulai dibuai mimpi. Ia sangat yakin akan hal itu.

Dia mulai melemah, membiarkan Tasya pergi bersama Zee entah ke mana. Lelaki itu tak bergerak lagi selain dadanya yang kembang-kempis. Sepasang sepatu boot berjalan santai memunguti kapsul bius di leher, kemudian masuk ke saku tas.

"Kau tak jeranya memperjuangkan Keyna mati, Azky, " katanya tersenyum sinis. Ia melangkahi tubuh Azky menjemput sistem yang menyalakan sirine. Jemari ramping berbalut luka dan debu mengelus permukaan benda mirip meja yang sering ada di gereja dengan manja.

"Jadi ini benda andalanmu, Azky?" Manik cokelat Keyna kian gelap meski bercahaya dari monitor di samping. "Suatu saat aku akan menghancurkan senjatamu."

Suara serak bernada tinggi mengagetkannya, spontan berbalik memandang jumlah Vyeosick yang kalah telak dengan amunisi senjata tembak Keyna. Ia mendesah pasrah. "Mau tak mau...."

Ia menyabet kursi kantor, menariknya untuk dilempar pada mereka. Begitu ambruk kena dampak, Keyna langsung berlari keluar dari area warga tak waras, masa bodoh apa yang ia pijak membuat mereka tewas. Sepanjang Keyna berlari, mereka menyerbu bagaikan merebut sebongkah berlian.

Salah satu tempat yang tepat untuk bersembunyi hanyalah ruang UKS, tapi di samping terdapat segelintir Vyeosick membobol ruang kesenian. Ia buru-buru masuk dan menutup pintu rapat-rapat. Pikiran Keyna runyam, harus ada satu pengganjal pintu. Terpikirkan sebuah almari yang berdiri gagah di sisi ruangan meski dimakan usia dan rayap. Ia dorong furniture dengan tinggi melebihi dirinya. Sedikit demi sedikit lemari itu mulai berpindah meninggalkan decitan keras.

"Jangan ... bersuara," kata Keyna akan kehabisan napas. "Dasar lemari sialan...."

Sedikitnya lemari menutupi pintu, mereka menggebrak-gebrak tak karuan. Ia tak peduli dengan mereka. Dari sini terlihat tangannya menggelepar masuk ke ruangan.

"Dasar penghalang...." Ia meletuskan satu peluru mengenai lengan Vyeosick. Akhirnya, lemari mendominasi pintu dengan sempurna, ditambah tangan Vyeosick selaku penghias.

Keyna menghempaskan bokongnya ke tepi brankar, mengembuskan napas panjang, membuang rasa penat dalam tubuh. Sorot mata yang sendu mewakili reaksi semua orang tentang serbuk Vyeoflower.

"Apa kita akan selamanya menderita di bawah kuasa Vyeoflower?" Dengan berat, ia memejam serta menghela napas. Terlintas sebuah buku catatan telah lama disentuh, terakhir kali ia mencatat kejadian di buku tersebut saat bersua dengan Zee.

Ia keluarkan buku seukuran komik, menuliskan hal yang ia alami selama di sini.

Lapor....
Orang itu ... Azky tak henti-hentinya mengejarku, menghabisi nyawa orang tak bersalah, bahkan memanfaatkan penduduk terdampak serbuk Vyeoflower layaknya domba. Semua dia lakukan demi mendapatkanku. Aku ingin dia takluk padaku. Tak lagi menambah kambing hitam, tak lagi adanya perbudakan, tak lagi ada Vyeoflower berkembangbiak di bumi yang sakit-sakitan ini.

Tiba-tiba telinga Keyna berdenging hebat. Gelombang denging mirip cicitan kelelawar mengguncang isi kepalanya, mengundang nyeri hebat yang tak mampu ia tahankan. Sekelebat potongan gambar menunjukkan diri ini meringkuk melindungi kepala dan wajah, membiarkan mereka menendang ia hingga puas.

"Berhenti ... buat aku gila!" Suara Keyna tertahan, tak dapat berkata apa-apa selain meringik gusar. "Kumohon...."

****

"AAA!!" Jeritan melengking mengagetkan para relawan yang asyik bercanda gurau. Mereka terheran-heran akan sikap Keyna, berteriak membuang buku catatan seseorang yang menganggap dirinya 'Keyna'. Ia berdiri menutup telinga, luntang-lantung mengelilingi ruangan berisi banyak alat musik.

Memandang barang itu saja buat Keyna gila diserang lembaran adegan masa lalu. Ia ingat dirinya dipukuli stik drum, menghantam kepala dengan gitar, pun sorak-sorai dengan embel-embel 'pembunuh'. Keyna tersentak menjauh dari alat musik. Jangan sampai syarafnya putus karena perihal masa lalu. Keyna tak mau itu.

"Makanya biarkan aku mengambil alih tubuhmu, Keyna." Dan suara itu kembali lagi di telinganya. []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro