Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 15

Yuhuu sesuai janjiku update lagi🤗🤗😘

Bisa nggak nih komennya 1k? ehehehe kalau bisa aku double update!

Tapi double updatenya lusa ya, soalnya besok aku ada kegiatan :') jadi kalau hari ini bisa 1k, aku update double up pas lusa🙈

#Playlist: A Little Bit More - Jinho, Rothy (Ost What's Wrong With Secretary Kim)

Unique menikmati acara yang diadakan keluarga Atmaja, terutama kegiatan berkemah yang mereka lakukan di halaman belakang rumah Opa. Ada delapan tenda yang didirikan. Mereka duduk melingkari api unggun yang berada di tengah-tengah. Para cucu bernyanyi dengan riang dan meramaikan suasana, sedangkan Opa dan Oma hanya menyaksikan sambil tertawa. Pemandangan seperti ini terlihat sangat indah. Unique mengabadikan momen-momen kebersamaan ini dalam potret ponselnya.

Setelah acara api unggun selesai, mereka semua masuk ke dalam tenda masing-masing. Begitu pula Cloud dan Unique.

Di dalam tenda Cloud membatasi tempatnya dengan guling yang diambil dari kamar. Meski sudah dibatasi, Cloud tidak bisa tidur. Sesekali Cloud melihat ke samping dan melihat Unique memunggunginya.

"Bu Unique udah tidur?" tanya Cloud.

"Belum."

"Oh, kirain udah tidur."

"Kenapa, Pak?"

"Nggak, Bu."

Kemudian hening. Selama beberapa menit tidak ada obrolan apa-apa. Mereka bahkan mendengar Nerakasara tertawa kencang dan Heaven yang berteriak karena menarik belalang keluar dari tenda. Kedua kakak-beradik itu paling kompak menciptakan suasana menjadi lebih ramai.

"Bu Unique nggak masalah tidur begini?" Cloud membuka obrolan setelah cukup lama diam.

"Nggak apa-apa kok, Pak. Kenapa harus masalah?"

"Takutnya sakit atau kurang nyaman tidur di rerumputan gini."

Unique tertawa pelan. "Santai aja. Saya pernah tidur di aspal."

"Beneran, Bu?" tanya Cloud kaget.

"Pernah, waktu kecelakaan." Unique melihat langit-langit tenda. Mengenang kecelakaan motor yang terjadi empat tahun silam dengan kakaknya. "Waktu itu saya kecelakaan sama Kak Petir. Dia bawa motornya ngebut terus ada truk yang nyelip dan ngebut. Motor Kak Petir disenggol dan kami berdua jatuh. Rasanya sakit banget karena motor lagi kencang dan motornya tinggi. Kak Petir patah kaki dan lengan saya patah dan terbaring di aspal," ceritanya.

"Pantes waktu itu Bu Unique takut saya ngebut kendarain motornya," kata Cloud. Walau sudah tahu dari Ombak, dia masih perlu berpura-pura baru mengetahuinya.

"Iya. Pak Cloud jangan keseringan ngebut. Jalan raya gitu bahaya kalau ngebut. Bahkan pembalap di lintasan balap aja bisa meninggal. Gimana di jalan raya yang isinya banyak transportasi umum," nasihat Unique.

"Iya, Bu. Tenang aja. Saya jago kok jadi nggak perlu khawatir."

"Mau sejago apa pun orang kendarain mobil dan motor, kalau musibah datang bisa apa, Pak? Bahkan udah pelan-pelan aja bisa kecelakaan parah dan meninggal. Gimana kalau ngebut? Bisa remuk itu badan kalau kelindes truk." Suara Unique tidak menunjukkan kekesalan, tapi menyiratkan kesedihan.

Unique teringat kecelakaan yang menimpanya dan Herom. Mobil mereka tidak mengebut bahkan dalam kondisi jalan pelan. Dan musibah datang menghancurkan segalanya.

Cloud melirik Unique. Dari kalimat yang diucapkan Unique terselip sesuatu yang belum mau diceritakan istrinya. Entah kapan Unique menceritakan tentang Herom. Demi mengusir kekhawatiran Unique, dia mengusap-usap kepala Unique.

"Iya, Bu. Tenang aja. Saya akan lebih berhati-hati," ucap Cloud.

Perbincangan mereka berakhir begitu saja. Menit demi menit berlalu sampai menciptakan tiga puluh menit tanpa pembicaraan. Suasana sekitar juga sudah hening. Tak ada lagi tawa Nerakasara atau suara Heaven. Benar-benar hening.

"Bu Unique? Udah tidur?" panggil Cloud.

Unique tidak menjawab. Cloud bangun dari posisinya dan melihat Unique. Ternyata Unique sudah jatuh terlelap. Dalam diamnya, Cloud memandangi Unique cukup lama. Detak jantung Cloud berpacu cepat seperti sebelumnya.

Hati Cloud menghangat setiap kali melihat Unique. Debaran demi debaran yang menyapa tanpa permisi itu membentuk spekulasi. Cloud bukan sosok yang tidak pernah pacaran. Sudah ada banyak perempuan yang dia jadikan pacar. Tentunya dia tahu maksud debaran itu.

Cloud tahu dia mulai jatuh cinta dengan Unique. Walau mungkin masih samar-samar, tapi ada hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam menyatakan keyakinan hatinya. Cloud tidak akan mengharapkan apa-apa untuk sekarang karena tahu Unique belum bisa move on.

Ketika Unique berbalik badan dan memeluk guling yang berada di sampingnya, Cloud menarik selimut Unique sampai menutupi ceruk leher. Pelan-pelan Cloud mendekati wajah Unique dan mendaratkan kecupan di keningnya.

"Have a nice dream, Unique," ucapnya lembut.

Setelah itu Cloud keluar dari tenda setelah mengambil ponselnya. Beberapa menit setelah Cloud keluar dari tenda, Unique membuka kelopak matanya. Unique menyentuh keningnya. Dia belum sepenuhnya tidur dan merasakan dengan jelas kecupan itu.

Unique pikir Cloud sudah pergi dari depan tenda, tapi laki-laki itu masih berdiri di sana. Dia mendengar suara Tiffany.

"Cloud? Kok belum tidur? Mau ke mana?" tanya Tiffany di luar tenda.

"Mau telepon Hellora. Lo kenapa nggak tidur?" jawab Cloud.

"Ngapain telepon Hellora?"

"Dia tadi telepon tapi hape gue silent. Mau nanya kenapa telepon."

"After all these years, kenapa masih berhubungan sama Hellora?"

"Same question buat lo. Kenapa masih deket sama Marco setelah kalian udah pisah?"

"Gue temenan sama Marco dan kami berdua merawat anak bareng."

"Begitu juga dengan gue," jawab Cloud.

"Lo mah bukan temenan. Last time, lo nangis denger dia mau nikah sama calon suaminya." Tiffany tertawa meledek.

Cloud berdecak. "Untung lagi berdua dan semua udah tidur. Kalo nggak, bisa diledek Snow sama Neraka."

Tiffany tertawa pelan. "Haha... rahasia lo aman. Tenang."

Unique mendengar semua percakapan itu. Entah kenapa ada rasa sedih yang muncul ketika mendengarnya. Unique sendiri bingung. Dari kebingungan itu, setidaknya ada satu hal yang pasti; Cloud dan Hellora masih sangat akrab. Mungkin benar Hellora adalah mantan terindah dan sulit dilupakan Cloud sampai detik ini.

Tidak mau memusingkan hal itu, Unique memejamkan matanya kembali. Biarlah mimpi membawanya pada hal-hal yang lebih indah.

📱📱📱

Setelah pulang dari Bogor, baik Unique maupun Cloud sudah beraktifitas kembali seperti biasa.

Cloud duduk bersama Anatomi dan Tebing, menyantap makan siang di kantin. Mereka bertiga selalu janjian kalau ingin makan bersama. Kalaupun tidak bareng, mereka pasti akan mengabari satu sama lain.

"Gimana acara bulan madu di Bogor, Pak Cloud?" goda Tebing membuka obrolan.

"Nggak gimana-gimana." Cloud tidak mau memberitahu soal permainan kertas dan kecupan yang diberikan Unique. Sebisa mungkin dia pendam dulu. Dia tidak mau diledek Anatomi ataupun Tebing.

"Kalian yakin nggak perlu bulan madu? Ambil cuti aja tiga harian," sela Anatomi.

"Nggak usah. Kapan-kapan aja," balas Cloud.

"Ya, elah... siapa tau dengan bulan madu cinta datang. Bahasa gue udah puitis belum?" serobot Tebing sambil cengengesan.

"Lo banyak ngomong ye. Lebih baik urus sana Vanessa. Dasar, Tukang Galau!" cibir Cloud.

"Kok sewot? Sehat lo? Kenapa sewot coba?" Tebing geleng-geleng kepala. Dia menyenggol lengan Anatomi yang duduk di sampingnya. "An, An, coba tuh lo kasih obat bucin. Cloud lagi galak."

Anatomi santap melahap makanannya dan tidak menanggapi Tebing. Hal itu membuat Cloud seperti bocah kecil dan spontan menjulurkan lidahnya meledek Tebing.

"Mungkin Cloud berantem sama Unique," kata Anatomi tiba-tiba.

"Wih... Ana pinter." Tebing menepuk pundak Anatomi berulang kali. Melihat Cloud di depannya, laki-laki itu tak lagi meledek, tapi menyantap makanannya. "Lo berantem sama Unique? Tapi setiap hari lo sama dia ribut mulu."

"Nggak berantem. Gosip mulu lo berdua." Cloud menyantap nasi goreng kambing dengan santai sambil sesekali mengedarkan pandangan di sekitar kantin. "Omong-omong, ada dosen baru masuk fakultas hukum ya?"

"Iya. Dosen Filsafat Hukum," jawab Anatomi.

"Omong-omong, Unique akrab banget ya sama dosen baru fakultas hukum? Bukan Industri. Yang satu lagi. Siapa namanya?" tanya Tebing.

"Taro." Anatomi memberitahu.

"Nah, itu. Mereka kelihatan nggak malu-malu ya. Orangnya yang itu, kan, An? Yang usap-usap kepala Unique?" Tebing menunjuk dengan ujung dagunya.

Cloud spontan menoleh ke belakang, menemukan Unique duduk bersampingan dengan Taro seperti kata Tebing. Tindakan mengusap kepala dapat terlihat dengan jelas. Ada yang terbakar di dalam diri Cloud. Dia berdecak kasar.

"Ngapain sih si tukang peluk mepet-mepet. Gatel banget," gerutu Cloud kesal.

Tebing dan Anatomi dapat mendengar gerutuan Cloud. Tebing menyenggol kaki Anatomi bermaksud melakukan sesuatu untuk membuat Cloud semakin cemburu.

"Unique cocok sih sama Taro. Ganteng gitu. Gue denger dari Anatomi, mereka akrabnya natural. Unique sama Taro definisi match made in heaven. Emang udah diciptakan untuk bersama," mulai Tebing memanasi.

"Taro lebih dewasa sih. Kelihatan dari cara bicaranya yang tenang, berisi, dan berwibawa," timpal Anatomi ikut-ikutan memanasi.

Cloud berdecak dan meletakkan alat makannya di atas meja dengan kasar. "Gue pindah sana. Terserah lo berdua mau di sini atau ikut pindah."

Selagi Cloud pindah menenteng nampan berisi makanannya, Tebing dan Anatomi tertawa puas sambil melakukan fist bump karena berhasil memanasi Cloud. Mereka tidak mau pindah dan memilih memantau apa yang akan terjadi selanjutnya dari jauh.

Unique tertawa mendengar lelucon yang dilontarkan Chanon. Namun, tawanya mulai hilang setelah Cloud meletakkan nampan dan tersenyum. Bukan senyum tulus. Unique tahu senyum itu dipaksakan.

"Saya boleh gabung di sini?" tanya Cloud saat melihat Taro dan Chanon.

"Mau ngap...." Unique mendadak diam dan memelototi Cloud saat duduk di samping Chanon. Padahal Chanon dan Taro belum menjawab apa-apa.

"Oh, silakan, Pak Cloud," sambut Chanon terlambat sambil tersenyum kikuk.

Unique mengamati Cloud dengan terheran-heran. Suaminya melahap makanan dengan santai tanpa mengatakan apa-apa. Dia melirik Taro dan Chanon, keduanya mengedikkan bahu.

"Tumben gabung," sindir Unique.

"Nggak apa-apa kali, Unique. Jangan jutek-jutek sama suami sendiri," celetuk Chanon.

Cloud menarik senyum sambil menatap Unique. "Nah, itu. Saya setuju sama Kak Chanon."

Taro dan Chanon saling melempar pandang. Mereka merasa canggung dengan kedatangan Cloud yang tiba-tiba. Namun, mereka merasakan sesuatu yang kurang bersahabat dari cara Cloud menunjukkan senyum pada mereka berdua. Juga, mereka merasa seperti sedang dipantau.

Unique tidak menanggapi lagi dan menepuk lengan Taro. "Tolong lihatin dong, Taro. Ada bulu mata masuk di mata gue ya?" tanyanya.

Taro memiringkan tubuhnya agar lebih leluasa melihat mata Unique. "Coba gue––"

"Ehem!" Cloud berdeham kencang, mengejutkan Taro dan Unique. "Sini saya aja yang lihat." Cloud menawarkan diri, berpindah tempat duduk dan menyingkirkan Taro dari sebelah Unique.

Ketika Cloud hendak memeriksa mata Unique, perempuan itu menepis tangan Cloud. Alhasil Cloud kesal sendiri.

"Udah nggak apa-apa," kata Unique.

Taro dan Chanon saling melirik. Mereka sepakat untuk pergi sebelum kena sinis Cloud lagi.

"Kita duluan ya, Unique. Soalnya bentar lagi masuk," pamit Taro seraya bangun dari tempat duduknya. "Duluan ya, Cloud."

"Iya, kita duluan." Chanon ikut bangun dari tempatnya. "Duluan ya, Cloud."

"Iya," sahut Cloud singkat.

Setelah Taro dan Chanon pergi, pandangan Unique tertuju pada Cloud yang tengah menyeruput jus jeruknya.

"Pak Cloud ngapain sih ikut nimbrung segala?" omel Unique. "Saya, Taro, dan Chanon bukan geng tukang gosip kayak Bapak sama Pak Tebing dan Anatomi. Jadinya sepi-sepi aja."

"Sepi? Tapi Bu Unique ketawa-ketiwi sama Pak Taro."

"Ya, ngobrol."

"Ngobrolin apa sampai ketawa?" tanya Cloud.

"Rahasia. Saya aja nggak pernah nanya Bapak ngobrolin apa sama Tebing dan Anatomi." Unique menyeruput jus melonnya sampai habis. Kemudian, dia menyeka bibirnya dengan tisu yang disediakan di atas meja. "Apa jangan-jangan suamiku cemburu?" godanya.

"Iya, saya cemburu," aku Cloud.

Ada beberapa kali Cloud merasa sangat tidak suka Unique dekat dengan Taro. Dia tidak begitu peduli ketika Unique berbincang dengan Chanon. Dia hanya cemburu dengan Taro. Dari segi apa pun Taro kelihatan lebih unggul dan memungkinkan menjadi idaman Unique. Pemikiran gila ini muncul tiba-tiba.

Unique mendaratkan punggung tangannya di kening Cloud. "Oh, pantes ngawur."

Sebelum Unique menarik tangannya, Cloud sudah lebih dahulu menahan dan menggenggam tangan Unique. Sambil menatap Unique, dia berkata, "Saya beneran cemburu."

Unique kaget. Dia tidak mau mengambil serius kata-kata suaminya. "Cemburu dalam hubungan itu hanya untuk orang yang jatuh cinta, Pak."

"Itu benar karena saya jatuh cinta sama Bu Unique." 

📱📱📱

Jangan lupa vote dan komen kalin🤗🤗🤗😘❤️

Follow IG & Twitter: anothermissjo

Yuhuuu Bu Unique dan Pak Cloud lagi😍😍😍🙈 cocok ya😍😍😍

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro