Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 14

Sesuaiiii janji aku update lagi😍😍😍

Setiap kalian menuhin target, maka 1 chapternya lebih panjang🤣🤣🤣

Mari komennya sampai 700, besok aku update lagi🤗 bisa nggak nih?🤭

#Playlist: Eric Nam ft Cheeze - Perhaps Love

Suasana kamar sepi dan sunyi. Unique dan Cloud terpaksa satu kamar. Mereka berdua berniat pulang malam-malam dan sialnya tidak diperbolehkan karena disuruh menginap. Walau mereka tidak menyiapkan apa-apa, keluarga Atmaja sudah menyediakan pakaian sampai pakaian dalam yang baru dan sudah dicuci. Mereka diberikan pula piyama couple bergambar beruang untuk dipakai malam ini.

Di dalam kamar yang luas terdapat sofa bed. Cloud tidur di sana, sedangkan Unique di atas tempat tidur. Meskipun sudah tidur terpisah, mereka tidak tenang dan belum memejamkan mata.

"Bu Unique?" panggil Cloud.

"Hm?" sahut Unique seadanya.

"Saya pikir udah tidur."

"Belum."

Cloud tidak bertanya lagi. Sejak permainan sialan itu, Cloud jadi terbayang-bayang kecupan singkat yang dirasakan bibirnya. Hanya begitu saja hatinya sudah tidak karuan.

"Pak Cloud?" Kali ini Unique memanggil.

"Ya, Bu?"

"Saya nggak bisa tidur. Mungkin Pak Cloud mau dongengin saya sesuatu? Atau, boleh juga ceritain mantan-mantan Pak Cloud. Siapa tau ada yang lucu."

"Saya nggak ada momen lucu. Bu Unique aja yang ngedongeng. Saya dengerin."

"Kalau sama Hellora?" tembak Unique sekenanya.

Cloud tidak menjawab. Tiba-tiba hening. Pertanyaan Unique diabaikan cukup lama. Bahkan sudah melewati sepuluh menit, Cloud tidak mengatakan apa-apa.

"Hellora mantan terindah ya, Pak?" lanjut Unique belum menyerah.

Seperti sebelumnya, Cloud tidak menjawab. Unique kembali bersuara. "Pak Cloud? Belum tidur, kan?"

"Belum, Bu," jawab Cloud cepat.

"Kenapa nggak jawab pertanyaan saya, Pak?"

Cloud menatap langit-langit kamar. Dia memilih menjawab semuanya di dalam hati ketimbang diutarakan. Hellora memang mantan terindah sekaligus mantan yang membuatnya selalu menyesali hal-hal di masa lalu.

"Kalau Pak Cloud nggak mau jawab soal––"

Cloud memotong kalimat Unique yang belum selesai. "Anggap aja mantan terindah."

Unique baru saja ingin membahas hal lain. Ternyata Cloud menjawab pertanyaannya. Hal ini ingin Unique gunakan untuk mengetahui alasan Cloud putus-nyambung dengan Hellora. Satu teka-teki itu masih belum terjawab.

"Kalau terindah kenapa putus?"

Cloud tersenyum pahit. "Saya bohong nggak pernah selingkuh. Waktu pacaran sama Hellora, saya selingkuh berulang kali. Kami satu sekolah SMA. Dengan semua kebodohan dan kesalahan yang saya perbuat, Hellora selalu memaafkan. Akhirnya saya mutusin Hellora. Saya merasa dia terlalu baik. Benar, dia terlalu baik karena selalu memberi saya kesempatan meskipun tau saya akan mengulang kesalahan yang sama. Seumur hidup, saya nggak pernah ketemu perempuan sebaik Hellora. Dan akhirnya saya kena karma. Setiap pacaran dengan orang baru, saya diselingkuhi terus. Seperti halnya Hellora dulu, saya memaafkan mantan-mantan saya."

Unique mengerti sekarang. Namun, dia masih belum mendapatkan jawaban alasan dari putus-nyambungnya. Semakin penasaran, Unique bertanya, "Apa karena Hellora baik, Pak Cloud jadi putus-nyambung sama dia?"

"Iya. Saya nggak bisa menemukan perempuan sebaik Hellora. Sebenarnya saya udah malamar Hellora, tapi ditolak. Dia bilang bukan karena kesalahan saya di masa lalu. Ada hal lain yang menjadi pertimbangan dia entah apa itu. Dia nggak bilang alasan lainnya." Suara Cloud terdengar lebih lembut dan lirih dari biasanya.

"Pak Cloud sedih dong? Nangis nggak?"

Cloud terkekeh kecil. "Nggak sampai nangis kok, Bu. Sedih aja. Saya tau kalau dia udah move on. Biarpun udah nggak sama dia, saya berdoa dia mendapatkan kebahagiaan yang dia inginkan. Pasangannya harus bersyukur karena bertemu perempuan sebaik dia."

"Saya pikir Pak Cloud cuma bisa ngegombal. Ternyata bisa suportif juga," ledek Unique.

"Saingan saya berat, Bu. Pacarnya lawyer di New York. Mending saya mundur. Jadi lawyer di Amerika nggak gampang. Tahapannya banyak banget. Saya minder."

Unique tertawa meledek. "Haha... ternyata playboy kayak Pak Cloud bisa minder juga. Saya pikir udah merasa dirinya paling ganteng sedunia."

"Kok nusuk ya, Bu..."

Unique masih tertawa, tapi tidak sekeras sebelumnya. Kali ini lebih terkontrol dan mulai hilang sedikit demi sedikit. "Saya bercanda, Pak. Tapi saya kaget Pak Cloud bisa minder."

"Setiap orang pasti pernah minder, Bu. Walau nggak minder berkepanjangan, pasti pernah. Bu Unique nggak pernah minder ya?" Belum dijawab, Cloud meralat, "Saya salah nanya. Bu Unique mana pernah minder. Banyak dosen di kampus naksir Bu Unique."

Unique mengeluarkan tangannya dari balik selimut dan meletakkan di dadanya sambil menatap langit-langit. Dia diam selama beberapa menit.

"Bukan minder, tapi saya sering nggak percaya diri. Apa saya pantas dicintai orang lain sebegitu besarnya? Apakah saya bisa mendekap orang yang saya cintai selamanya dan nggak ditinggalkan sendirian?" balas Unique akhirnya setelah cukup lama diam.

Cloud hampir saja lupa kalau dia tidak boleh membahas Herom. Kemungkinan besar maksud kalimat Unique sebelumnya muncul karena kehilangan Herom.

"Ah, saya bahas apa sih. Saya mulai melantur. Saya tidur aja deh. Selamat malam, Pak Cloud." Unique menyudahi percakapan. Dia tidak mau membahas hal-hal yang lebih jauh. Mengingat Herom hanya akan membuatnya menangis. Oleh karena itu, dia menyudahinya karena tidak ingin menangis di depan Cloud saat mengenang Herom.

"Saya cuma mau bilang, Bu Unique pantas dicintai sebesar apa pun itu. Hidup ini sering kali dimulai dengan pertemuan dan diakhiri dengan perpisahan. Kita nggak tau sampai kapan bisa mendekap orang yang kita sayang. Tapi kalau akhirnya orang itu pergi, kita harus mencoba ikhlas dan merelakan. Mungkin berat, tapi hidup nggak bisa stuck di tempat yang sama. Kita harus bergerak maju dan merelakan yang telah pergi. Ini berlaku untuk konteks ditinggalkan karena udah nggak berjodoh atau ditinggalkan selamanya karena meninggal. Kita nggak akan tau kebahagiaan apa yang menunggu setelah terpuruk, Bu."

Unique belum memejamkan mata dan mendengarkan semua penuturan Cloud. Tak disangka kata-kata bijak seperti itu keluar dari mulut Cloud. Dia setuju meskipun hatinya masih sulit merelakan Herom.

Sedikit demi sedikit, Unique mulai melihat sisi lain Cloud. Sisinya yang mulai mengubah pandangannya akan Cloud. Senyum hadir begitu saja menghiasi wajah cantiknya sebelum akhirnya Unique jatuh terlelap.

📱📱📱

Di hari Sabtu yang cerah, para perempuan keluarga Atmaja memulai hari mereka dengan bermain tarik tambang. Permainan itu dibagi tiga-tiga. Di sisi kanan ada Milky, Nerakasara, dan Tiffany. Sementara sisi kiri ada Heaven, Snow, dan Matcha.

Unique baru selesai mandi dan tersenyum menonton permainan itu. Cloud menjadi wasit di tengah-tengah. Seperti pada umumnya, permainan itu kelihatan seru. Namun, dia tertawa saat Cloud diomeli karena dibilang tidak becus menjadi wasit.

Suara keturunan perempuan Atmaja sangat kencang dan nyaring. Unique yang berdiri cukup jauh bisa mendengar protes demi protes yang dilayangkan mereka. Unique akhirnya tahu kalau Cloud memang sering dijadikan bulan-bulanan semua sepupunya yang perempuan.

"Unique, sudah baikan, Nak?" Satu tangan hangat mendarat di pundak Unique. Suara lembutnya mendengung jelas di telinga Unique.

Unique menoleh ke samping. "Selamat pagi, Oma. Aku udah merasa baikan."

"Syukurlah. Kata Cloud kemarin kamu kurang enak badan." Oma mengusap wajah Unique dengan lembut. "Jangan berdiri di sini. Ayo, masuk. Oma mau ceritakan sesuatu."

"Cerita apa, Oma?"

Oma Aya tidak menjawab dan menarik Unique masuk ke dalam rumah. Unique mengikuti tanpa membantah.

Di ruang tamu yang luas Unique melihat Opa duduk ditemani Ratri, ibunya Cloud. Sementara para orangtua yang lain sibuk bermain tenis di halaman belakang––tak jauh dari tempat Cloud dan para sepupunya.

"Unique udah baikan, Nak?" tanya Ratri sembari mengusap wajah Unique yang duduk di sampingnya.

"Udah, Ma. Aku udah baik-baik aja," jawab Unique sambil tersenyum.

"Syukurlah. Mama udah beliin vitamin untuk kamu. Lagi diantar sama Pak Sodikin ke sini," kata Ratri.

"Mama repot-repot banget. Aku nggak enak."

Unique tahu Pak Sodikin adalah sopir pribadi Opa. Dia merasa tidak enak setiap kali keluarga Cloud bersikap baik padanya.

"Sayang," Ratri kembali mengusap wajah Unique sambil tersenyum ramah. "Kamu nggak ngerepotin. Mama nggak mau kamu sakit. Kamu sering bolak-balik kampus untuk mengajar. Cloud bilang jadwal kamu padat jadinya Mama takut kamu sakit."

"Mama..." Unique terharu mendengar ibu mertuanya. "Makasih banyak, Ma," ucapnya.

"Sama-sama, Sayang." Ratri masih mempertahankan senyumnya. "Oh, iya, Cloud belikan kamu madu kualitas terbaik dan kaus kaki. Dia bilang khawatir. Katanya semalam kamu kedinginan jadi dia mau beliin kaus kaki sekalian. Jangan bilang tau dari Mama ya. Cloud nyuruh Mama bilang kalau madu dan kaus kakinya dari Mama. Padahal dia yang beli."

"Oke, Ma." Unique mengangguk pelan. Dia tidak tahu kenapa Cloud harus menyuruh ibunya berbohong. Padahal memberi madu dan kaus kaki bukan hal yang salah.

"Cloud kebiasaan ya. Manisnya suka disembunyiin," sela Oma Aya.

"Dari kecil bukannya Cloud begitu?" sambung Opa.

"Iya, bener, Pa. Bicara soal Cloud, ingat waktu dia kecil pas sering ditindas sama anak-anak laki di kelas karena dia populer," mulai Ratri bercerita.

"Ditindas gimana, Ma?" tanya Unique.

"Iya, Cloud pernah dikunciin di kamar mandi karena banyak perempuan yang naksir dia. Soalnya ada satu anak yang ditaksir pentolan di kelas itu, tapi nolak karena suka sama Cloud. Berhubung Tiffany dan Heaven satu sekolah sama Cloud, mereka samperin anak nakal itu. Dilabrak dong sama mereka berdua. Cloud sering banget ditolong sepupunya. Jadi Cloud kecil tuh payah banget," cerita Ratri sambil tertawa.

"Iya, betul. Oma inget Cloud dibelain sama Snow pas ada anak yang palakin dia. Padahal Snow lebih kecil dari Cloud, tapi lebih berani," tambah Oma.

"Cloud kecilnya tuh nggak banyak bicara. Sering diam gitu. Kalau ditindas diam aja, makanya semua sepupu dan adiknya selalu turun tangan bantuin,"  lanjut Ratri, masih tertawa geli mengingat momen-momen itu.

Unique tidak percaya Cloud kecil adalah anak yang diam dan mudah ditindas. Ya, meskipun sekarang pun keluhatan sering ditindas sama sepupunya juga.

"Seiring jalannya waktu, setelah Cloud semakin besar, dia yang nolong semua sepupunya. Cloud pernah beberapa kali masuk ruang guru karena mukulin temennya. Soalnya temennya itu sering godain Heaven dengan kata-kata nggak senonoh. Terus waktu Tiffany digodain laki-laki di sekolah, Cloud datengin orangnya. Dia tegur dan nyuruh jauhin Tiffany. Ya, meskipun berujung berantem tapi Cloud nggak mau ada yang ganggu sepupunya. Cloud mulai berubah jadi berani dan jago beladiri." Ratri kembali bercerita. Kali ini tanpa tawa dan menggantinya dengan senyum.

"Cloud kelihatan nyebelin dari luar, tapi hatinya selembut boneka Hello Kitty. Jadi kalau nanti Unique dengar Cloud pukul seseorang karena belain sepupunya, jangan kaget. Dia emang begitu," serobot Opa.

Unique mengangguk pelan. "Baik, Opa. Makasih udah kasih tau. Dan makasih untuk ceritanya, Ma dan Oma."

"Sama-sama, Sayang." Ratri masih tetap tersenyum hangat. "Cloud kelihatan sayang banget sama Unique. Kemarin waktu kalian tiba, Cloud gendong sampai kamar. Katanya nggak tega bangunin Unique. Mama senang lihatnya."

Unique baru tahu hal itu. Dia pikir Ombak yang menggendongnya karena dia tahu adiknya yang mengantar mereka ke Bogor. Perlahan, dia melihat ke arah jendela––yang mana langsung tertuju pada posisi Cloud. Unique menarik senyum memandangi Cloud yang tengah direpotkan para sepupunya.

"Jadi kapan kalian mau melangsungkan resepsi?" tembak Opa tanpa basa-basi.

Unique tersentak. "Ah, itu... mungkin nanti, Opa. Aku sama Cloud belum membicarakan ini."

"Kami tunggu ya, Sayang. Mau lihat cantiknya Unique pakai gaun pengantin. Pasti cantik banget," ucap Ratri sembari mengusap pelan pipi Unique.

"Makasih, Ma. Oh, iya. Aku boleh nyamper Cloud dulu?" pamit Unique.

Ratri mengangguk. "Boleh, silakan, Sayang. Nanti duduk bareng lagi ya."

"Iya, Ma. Permisi, Ma, Opa, dan Oma." Unique tersenyum lebar pada ketiganya sebelum akhirnya keluar dari rumah menuju halaman belakang.

Pada saat yang tepat, dia melihat Cloud datang menghampirinya. Unique berhenti di tengah jalan dan berdiri di depan laki-laki itu.

"Tadi di dalam ngapain, Bu?" tanya Cloud.

"Ngobrol," jawab Unique singkat.

"Bahas apa?"

"Kepo."

"Ya udah nggak usah dija...." Cloud berhenti bicara saat Unique menyeka keringatnya dengan sapu tangan berwarna pink milik Unique. Kening dan sekitar pipinya sudah kering.

"Bu, sehat, kan? Tumben," tanya Cloud terheran-heran.

"Saya baik gini lap keringat suami masa ditanyain sehat atau nggak? Dosa tau, Pak."

"Ya, tumben. Ini bukan ' Bu Unique banget'. Istri yang saya kenal tuh mirip emak tiri."

Unique tertawa pelan. Cloud lebih kaget lagi karena melihat Unique tertawa pagi-pagi.

"Wah... curiga ada setan baik masuk ke dalam tubuh, Bu Unique."

Tanpa basa-basi Unique berjinjit dan mengecup pipi kanan Cloud. Sambil menarik diri, dia tersenyum dan berkata, "Makasih, Cloud."

Pupil mata Cloud membulat. Unique pergi begitu saja melewati tubuhnya. Tangan Cloud spontan mampir di pipinya. Cloud terkaget-kaget. Debaran seperti kemarin kembali menguasai diri.

"Ap... ap... apa-apaan barusan?" tanya Cloud bingung, masih tak percaya.

📱📱📱

Jangan lupa vote dan komentar kalian😘😘😘🤗❤

Gemes nggak? 🤣🤣🤣😂 ngebayangin Cloud kayak ABG kok gumush🙈🤣

Follow IG & Twitter: anothermissjo

Yuhuuu Cloud dan Unique again😍😍😍😍

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro