Bonus: Tentang Herom
Sebuah bonus supaya kalian lihat Herom gimana hehe
Sebenarnya mau kasih momen manis Unique - Herom yang banyak nanti kalian oleng wakakakak🤣🤣 akhirnya nggak jadi😂😂
#Playlist: Kerispatih - Mengenangmu
•
•
Delapan tahun yang lalu...
Unique baru saja keluar bersama Herom setelah selesai fitting gaun pengantin. Ini bukan fitting untuk pertama kali, tapi fitting terakhir sebelum dikirim ke rumah. Dua minggu lagi pernikahannya diselenggarakan. Semua sudah siap dan tinggal menunggu saja.
Selama beberapa menit Unique memandangi cincin tunangan yang ada di jari manisnya. Senyum tak pernah hilang setiap kali Unique mengingat momen lamaran Herom tiga bulan lalu.
"Lihatin cincin mulu. Apa udah bosen lihatin muka calon suaminya?" goda Herom.
Unique terkekeh. "Hehe... mana mungkin aku bosen lihat kamu. Tapi cincinnya cantik. Aku senang."
"Aku lebih senang bisa lihat kamu senyum setiap hari. Aku harap aku bisa tetap lihat kamu senyum seperti ini bahkan setelah kita nikah nanti. Semoga aku nggak bikin kamu sedih atau nangis. Aku nggak mau senyum itu pudar," ucap Herom sambil memiringkan posisi duduknya menghadap Unique.
Unique mengusap pipi Herom. Selama ini Herom tidak pernah membuatnya menangis. Sekalipun tidak pernah. Herom selalu membahagiakannya dengan hal-hal kecil. Herom yang membuat hidupnya lebih berwarna.
"Kamu nggak pernah gagal membahagiakan aku. Kamu tuh definisi laki-laki satu banding berjuta-juta. Ibaratnya cuma ada di dunia novel."
"Waduh! Aku manusia yang keluar dari dunia novel nih?" kekeh Herom setengah bercanda.
Unique mengangguk. "Iya. Terus aku beruntung punya kamu."
"Duh, gini amat cobaan mau nikah. Uniqueku makin gombal aja. Belajar dari mana nih? Taro apa Chanon? Hayo, ngaku." Herom mencubit gemas hidung Unique.
"Belajar dari kamu dong." Unique memeluk Herom cukup lama. "Rasanya mau pelukin terus."
Herom mengusap-usap kepala Unique. "Apa kita nginep di parkiran aja nih? Biar kamu meluk aku seharian gitu."
Unique terkekeh. "Nggak ah. Bisa diomelin nanti sama Mama karena aku nggak pulang. Ayo, makan. Kita mau makan di restoran biasa, kan, Sayang?" Dia menarik diri sambil mengusap pipi Herom.
"Iya, Ibu Negara. Mari kita pergi." Herom mulai melajukan mobilnya pergi.
"Aku mau makan spaghetti lagi kayak kemarin," kata Unique. Suaranya terdengar sangat ceria.
"Kamu nggak bosan hm?"
"Nggak. Spaghetti mereka tuh enak banget. Kamu harus coba...." Unique berhenti sebentar setelah menyadari Herom meraih tangannya dan menggenggamnya dengan erat. Herom mengecup punggung tangannya. Hal seperti ini yang membuat Unique gemas sendiri dan berakhir menyandarkan kepala di pundak Herom. Untung saja sedang lampu merah jadi dia bebas melakukan ini walau sebentar. "Aku deg-deg-an," lanjutnya.
"Menunggu hari pernikahan kita?" tebak Herom. Unique mengangguk. Dia mengusap kepala Unique dengan lembut. "Aku pun sama deg-deg-annya kayak kamu. Makin nggak sabar lihat tunanganku yang energik ini pakai gaun pengantin. Biarpun aku udah lihat kamu pakai gaunnya di toko tadi, tapi aku mau lihat saat kita mengikrar sumpah pernikahan. Aku pasti nangis karena sangat beruntung memiliki pasangan seperti kamu, Unique."
Unique mendongak sedikit. "Gombal!"
"Padahal udah dikurangi tuh kata-kata gombalnya," canda Herom sambil terkekeh.
"Ish! Bisa banget." Unique memukul pelan punggung tangan Herom. Tunangannya itu tertawa pelan sambil tetap mengusap kepalanya. "Omong-omong, kita jadi pindah ke London?"
"Jadi. Tunggu enam bulan katanya. Soalnya bos lagi butuh aku di sini. Tapi kita jadi pindah ke sana. Aku udah cari rumah yang dekat sama rumahnya Taro. Biar bisa gangguin dia sama Spora," jawab Herom sambil tertawa pelan.
"Eh, bahas mereka. Kapan mereka nikah?" tanya Unique.
"Kelihatannya masih lama. Kemarin Taro curhat kalau Spora belum mau bahas pernikahan. Spora bilang nanti dulu. Aku juga kurang paham sih kenapa begitu. Nanti kita video call sama Taro. Kita gangguin dia supaya nggak galau," jawab Herom.
Unique mengangguk. "Kalau Chanon sama Flamora gimana?"
"Chanon bilang udah putus. Soalnya Flamora makin sibuk semenjak gabung jadi personel girlband Pulchra. Ya, begitulah. Aku cuma dengerin aja dan mendoakan mereka yang terbaik."
"Setelah sepuluh tahun mereka putus gitu aja?" tanya Unique tidak percaya.
"Iya. Dengar cerita mereka berdua, aku merasa lebih beruntung karena apa pun keadaannya kamu tetap bertahan di samping aku. Kamu menerima aku dengan baik. Makasih untuk sepuluh tahun ini, Sayang. Aku bahagia banget punya pasangan yang baik, sabar, pengertian, gemesin, dan lucu seperti kamu. You're amazing, Unique. I love you more and more everyday." Herom mengecup kening Unique.
Unique merasakan ketulusan Herom saat mengatakan kalimat itu. Sambil tersenyum, Unique menangkup wajah Herom. "Kamu bisa banget bikin aku tersipu malu. Padahal kamu yang nggak pernah berhenti bersabar memahami aku. Makasih selama sepuluh tahun ini kamu tetap menjadi Herom yang mengerti aku. Kamu menerima aku apa adanya. I love you too, Heromku. More than words!" Lalu, dia mengecup singkat bibir Herom.
"Wah... pencuri kecupan. Unique nakal ya," goda Herom sambil mencubit pelan pipi Unique. Tunangannya itu hanya nyengir. "Aduh, ampun... makin gemes. Kalau bukan di mobil, udah aku kelitikin nih. Biar kamu kapok."
Unique menjulurkan lidahnya meledek Herom. "Rasain."
Herom tertawa pelan, lalu mengacak-acak rambut Unique. "Uniqueku Sayang. Jangan lucu-lucu dong. Hati Kak Herom nggak sanggup lihatnya. Kalau meledak gimana?"
"Kamu kok lama-lama menggelikan sih? Calon suaminya siapa nih?" Unique menguyel pipi Herom dengan gemasnya.
Herom tetap mempertahankan senyum manisnya. Herom menjawab, "Calon suaminya Unique Lautany Ratmojo. Eh, bentar lagi Ratmojonya ganti jadi Indrawan."
Unique berhenti menguyel Herom, lalu memasang wajah sok imut dan mengubah suaranya seperti anak kecil. "Kakak Herom kenapa gemesin banget sih? Dedek Unique, kan, makin gemas-gemas gitu."
Herom sudah sering melihat tingkah Unique yang seperti ini. Apalagi mendengar suara sok imut seperti anak kecil itu. Bukannya geli, Herom malah menyukainya. Kedua sahabatnya mengatakan kalau dia sudah bucin akut. Herom tidak peduli. Dia memang bucinnya Unique sampai kapanpun. Justru dia senang karena bisa menjadi pasangan Unique dan sebentar lagi mereka akan menggelar pernikahan yang meriah.
"Gemas, gemas, gemas!" Herom mengecup pipi kanan Unique berulang kali. "Jangan sampai yang lain lihat lucunya kamu. Pokoknya harus bersikap dingin dan jutek. Cukup imut-imutnya di depan Herom seorang. Aku nggak mau berbagi keimutan calon istriku. Biarin aja dibilang egois. Aku emang serakah."
Unique memeluk Herom sebentar sambil mengangguk. "Jangan khawatir, mereka nggak akan aku tunjukkin sisi ini. Pokoknya cuma buat Heromku. Eh, omong-omong udah lampu hijau." Dia menarik diri setelah menyadari lampu lalu lintas berganti menjadi hijau.
"Ayo, kita jalan lagi. Akhirnya ya lampu lalu lintasnya hijau juga. Lumayan lama nih lampu merahnya. Untung perginya sama kamu, kalau sendirian mah bete nunggu lampu merah," kata Herom.
Sambil memandangi Herom yang fokus menyetir, Unique membalas, "Aku senang bisa bikin kamu nggak bete. Semoga tetap begitu sampai setelah nikah ya, Sayang."
"Pasti akan tetap begitu. Aku menantikan momen-momen indah lainnya setelah kita menikah. I can't wait to spend forever with you." Herom mengusap kepala Unique sebentar sambil tersenyum.
"Me too, Sayang."
Mereka berdua terkekeh. Mobil yang dikemudikan Herom mulai melaju dengan cepat karena berada di barisan paling depan. Namun, pada saat yang sama ada truk nakal dari arah samping kanan melaju dengan kecepatan tinggi. Dikarenakan mobil mereka melaju di saat yang bersamaan, truk itu tidak bisa membanting setir dan menabrak mobil Herom––tepat di bagian Herom duduk. Mobil Herom terhempas jauh dan rusak parah.
📱📱📱
Cahaya yang menyilaukan berhasil memaksa Unique membuka kelopak matanya. Unique tahu ini bukanlah kamarnya melainkan ruang kamar rumah sakit. Hal ini semakin diperkuat dengan jarum infus yang ada di tangan kirinya. Sosok pertama yang Unique lihat adalah kakaknya, Petir.
Hal terakhir yang Unique ingat adalah truk yang menabrak mobil Herom. Namun, dia tidak melihat Herom sama sekali. Jika melihat waktu pada jam dinding, ini sudah pukul sembilan malam. Sementara kecelakaan terjadi pukul dua belas siang.
"Herom... di mana?" tanya Unique lemah.
Petir tidak menjawab. Begitu pula dengan Ombak yang berdiri di belakangnya. Di sana tidak ada orangtuanya. Unique bingung ke mana orangtuanya.
"Herom baik-baik aja? Aku mau lihat Herom." Unique memaksakan diri bangun dari tempat tidur dan menurunkan kakinya. "Kak, anterin aku."
"Kamu istirahat dulu aja, Unique. Tadi kamu kecelakaan lumayan parah. Badan kamu pasti sakit." Petir berusaha menyuruh adiknya tiduran seperti semula, tapi Unique menolak. "Unique, istirahat dulu."
"Nggak mau. Aku mau lihat Herom dulu. Dia baik-baik aja, kan?" tanya Unique was-was. Melihat Petir hanya diam dan memasang wajah yang sulit dia tebak, dia bertanya lagi. "Kak Petir jawab dong. Kenapa diem aja?"
"Kak Herom meninggal, Kak," sela Ombak.
"Ombak!" omel Petir.
"Meninggal?" Jantung Unique seakan berhenti berdetak selama beberapa detik saat mendengar kabar itu. "Nggak mungkin. Herom pasti baik-baik aja. Nggak mungkin meninggal. Lo bohong ya, Ombak? Bilang lo bohong..." Air mata Unique mengembang sempurna dan siap jatuh.
Ombak menunduk. Petir menjawab, "Lo istirahat dulu. Nanti kita ketemu Herom."
"Nggak mau. Gue mau ketemu Herom. Gue mau ketemu dia. Ombak pasti bohong." Unique menarik infus di tangannya. Meskipun rasanya sakit, Unique tidak peduli. Air matanya sudah jatuh membasahi pipinya. "Gue mau ketemu Herom. Dia pasti nyariin gue."
Ombak tidak bisa melihat kakaknya menangis dan memilih keluar dari ruang kamar. Sementara itu, Unique mendekati Petir dan menarik tangan kakaknya.
"Kak, anterin gue ketemu Herom. Dia baik-baik aja, kan? Iya, kan?" tanya Unique.
"Ayo, gue antar."
Petir menggendong tubuh Unique supaya adiknya tidak perlu berjalan karena tahu adiknya masih begitu lemah. Petir membawa Unique menuju ruang kamar yang berjarak beberapa kamar dari kamar Unique. Di depan kamar itu ada orangtuanya bersama beberapa sepupu Herom termasuk Sweety. Selain itu ada pula Chanon. Wajah-wajah mereka menunjukkan kesedihan yang amat dalam.
"Ini kamarnya Herom." Petir memberitahu.
Pelan-pelan Unique masuk ke dalam kamar. Di sana dia melihat orangtua Herom menangis histeris bersama adiknya, Holiday. Awalnya Unique tidak percaya, tapi begitu menyadari kain putih menutupi tubuh di atas ranjang, dia percaya.
"Kak Unique." Holiday menghampiri Unique.
"Itu bukan Herom, kan?" Unique masih ingin menyangkal semua yang terjadi.
Holiday tidak menjawab. Hanya tangis yang lolos dari perempuan itu. Melihat Holiday menangis firasat Unique semakin buruk.
Dengan langkah pelan Unique mendekati ranjang itu. Unique menarik turun kain putih yang menutupi wajah sosok di atas ranjang itu. Seperti kata Ombak, tunangannya sudah tak bernyawa lagi. Herom meninggalkannya. Air mata Unique jatuh semakin deras.
"Herom..." Unique menangis terisak-isak. "Herom, bangun..."
Unique memukul dada Herom berulang kali sampai pukulan itu melemah dengan sendirinya. Unique terus menangis dan memanggil nama Herom berulang kali.
"Dua minggu lagi kita nikah, Herom. Kenapa kamu pergi begitu aja? Kenapa...?" Unique menangis tanpa henti. Suara tangisnya menggema di seisi ruangan.
Orangtua Herom dan Holiday merasa sangat terpukul dengan kepergian Herom. Namun, mereka tahu Unique lebih terpukul lagi. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan Unique menangisi kepergian Herom untuk selamanya.
Dalam kecelakaan itu, baik Herom maupun Unique berhasil diselamatkan. Herom berhasil melalui masa-masa kritis setelah ditangani dokter dan dipindahkan ke kamar. Satu jam setelah sadar Herom sempat berbincang dengan Chanon. Namun, takdir menggariskan hal lain. Kondisi Herom mendadak turun drastis hingga akhirnya meninggal.
"Herom... jangan tinggalin aku sendirian. Herom..."
Petir ingin mendekati adiknya, tapi orangtuanya melarang. Orangtua Unique ingin membiarkan anak mereka melepas kepergian Herom meskipun dengan cara yang tiba-tiba seperti ini.
Unique menyentuh pipi Herom yang penuh luka. Tangannya gemetar. Sambil tetap menangis, Unique mendaratkan kecupan di kening, hidung, pipi, dan terakhir bibirnya.
"Herom, bangun. Aku udah cium semuanya seperti biasa. Ini pasti mimpi. Ayo, bangun..."
Unique tidak mau mempercayai ini. Dia yakin semua hanyalah mimpi. Herom tidak mungkin meninggalkannya di dunia yang kejam ini.
"Herom..." Unique memeluk tubuh Herom dan menidurkan kepala di dada laki-laki itu. Sambil terus menangis, Unique memanggil nama tunangannya berulang kali dan mengatakan kalimat yang sama supaya Herom bangun.
Kehilangan Herom menjadi patah hati terbesar Unique. Kehilangan Herom seperti kehilangan separuh jiwanya.
📱📱📱
Jangan lupa vote dan komen kalian🤗🤗🤗😘❤
Follow IG & Twitter: anothermissjo
Dalam bayanganku Herom tuh ini... :")
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro