Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

13. Ulah Anak Kecil

Hart Plaza
24 September 2045
09.43

Hari yang cukup menyenangkan bagi Android bernomor seri RK800 itu. Belum pernah ia merasakan ini sebelumnya. Berjalan-jalan di Hart Plaza bersama orang yang ia cintai, merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri.

"Terima Kasih kau telah menemaniku berkeliling. Aku merasa tidak enak," ucap Elisa sedikit menunduk.

"Tidak masalah. Aku sedang berpatroli saat ini dan tidak ada salahnya berjalan bersama." Alex mencari alasan.

Alex sedang menyelidiki sebuah kasus aneh. Listrik di Hart Plaza mati secara misterius. Tanpa kerusakan dan tanpa peringatan, siapapun yang melakukannya pasti profesional.

Elisa menoleh ke arah kafe dan melihat teman-temannya. Gadis berambut pirang itu bermaksud untuk menghampiri, tapi ia sedang bersama Alex. Pria android itu sudah menemaninya berkeliling, tapi ia harus mengatakannya.

"Alex, aku ingin menghampiri teman-temanku di sana. Terima kasih sudah menemaniku."

"Kau tidak ingin ditemani lagi?" Alex menawarkan.

"Tidak, terima kasih. Aku bersama teman-temanku. Tidak apa-apa," balas Elisa.

"Baiklah, aku akan meneruskan patroli. Hati-hati!" Alex melambaikan tangan.

Elisa tersenyum dan pergi. Sesaat setelah itu, listrik di tempatnya berada mati. Semua toko gelap total. Pengunjung plaza menjadi panik.

Alex langsung mengaktifkan pemindai dan mencari siapapun yang mencurigakan. Sembari terus memperhatikan, ia menghubungi Markus.

"Markus, di mana posisimu?" tanya Alex.

"Aku sedang berada di sisi barat plaza. Di mana posisimu?" Markus bertanya balik.

"Segara datang ke sisi timur!! Listrik kembali padam!" lapor Alex.

"Aku segera kesana!"

Alex berjalan kesana kemari mencari orang-orang yang mencurigakan. Ia menghampiri satu tempat ke tempat lain, menoleh ke kanan dan kiri. Android itu tidak menemukan siapapun.

Tiba-tiba, listrik kembali menyala. Semua aktivitas yang tersendat mulai diteruskan. Keadaan kembali pulih, namun Alex masih belum menemukan siapa pelakunya.

***

Kepolisian pun dipanggil untuk ikut menyelidiki kejadian misterius ini. Sebagian mulai menyisir tempat tiap tempat dan terpaksa harus memasang garis polisi hologram di lokasi. Alex memindai kembali dengan menyeluruh, tapi tetap tidak menemukan apapun.

Android berambut hitam itu menghampiri pemilik plaza yang sedang mengobrol bersama Inspektut Bartlett.

"Tuan, apa aku boleh bertanya sesuatu?" Alex menepuk pundak pria itu.

Pria berambut pirang itu menoleh dan berkata, "Boleh, apa yang ingin kau tanyakan?"

"Di mana posisi gardu listrik di sekitar sini?"

"Ada dua tempat, satu di belakang bangunan di sana dan satunya ada di gang dibelakangmu," jelas pria itu.

"Terima kasih." Alex langsung menghampiri dua gardu tersebut.

Pertama, tidak ada masalah padanya. Yang kedua justru terdapat hal yang janggal. Ia melihat pintu gardu yang rusak. Ia masuk dan terlihat beberapa kabel yang putus. Listrik memancar darinya.

Alex merasa heran, potongan kabelnya sangat rapih. Ahli listrik saja tidak bisa memotong serapih ini.

Si RK800 itu memindai dan tidak menemukan sidik jari.

"Sang pelaku menggunakan sarung tangan, atau Deviant?" pikir Alex.

Markus pun ikut bergabung dengan penyelidikan Alex. Ia melihat tulisan yang tidak asing baginya.

"Alex, aku rasa kau harus melihat ini." Markus menarik kerah baju Android RK800 itu.

Alex langsung menoleh dan benar saja, tulisan RA6 kembali ditemukan, ditulis dengan spidol merah. Dari bukti yang ditemukan, Alex langsung mengetahui siapa dalang di balik semua ini. Tapi yang mana?

Alex mengajak Markus meninggalkan ruangan dan menghampiri pemilik plaza lagi untuk bertanya.

"Tuan, ada masalah dengan gardu nomor dua. Kabelnya di potong oleh seorang Deviant. Tapi kami tidak bisa menyimpulkan Deviant yang mana," jelas Alex.

"Benarkah? Aku akan segera menghubungi petugas listrik." Pria itu mengeluarkan ponsel-nya.

Alex pun melirik kesana kemari dan melihat sebuah CCTV di depan sebuah toko. Android itu memetik jarinya dan kembali bertanya.

"Tuan, apakah kami boleh melihat rekaman CCTV sebelum kejadian?"

"Boleh, ayo ikut aku!" ajak pria itu.

***

Sampailah mereka di sebuah ruangan yang penuh dengan panel layar. Semuanya menayangkan seluruh plaza. Beberapa mengalami kerusakan dan hanya layar hitam putih rusak yang terlihat. Alex menduga itu pasti dari kamera di sisi barat. Alex pun menghampiri.

"Hai, apakah kau bisa memutar rekaman sebelum kamera rusak?" tanya Alex.

Sang operator pun mengetik dan layar pun memunculkan rekaman. Android RK800 itu memperhatikan dengan seksama, hingga ia menemukan sesuatu yang janggal.

Seorang anak kecil terlihat di kamera 6, sedang berjalan ke sebuah gang tempat gardu yang rusak itu berada. Tiba-tiba, layar kembali menampilkan hitam putih seperti awal.

"Bagaimana bisa seorang anak kecil menciptakan kerusakan sebesar itu?" pikir Alex.

Lalu, Andro-Human berjas abu-abu gelap itu menoleh ke panel yang lain. Ia meminta hal yang sama dan langsung mengamati. Anak kecil yang sama kembali terlihat di kamera 9 dan melakukan kerusakan yang sama.

Alex mulai curiga, dia anak kecil atau Andro-Human? Bagaimana bisa ia melakukan semua itu? Andro-Human dewasa sekalipun tidak bisa melakukannya.

Kasus ini benar-benar membingungkan. Alex meminta operator untuk menyalin video ke flashdisk. Kemudian, ia mengajak Markus ke kantor kepolisian. Barangkali Andro-Human RK800 itu menemukan pencerahan.

Saat sedang berjalan menuju tempat parkir, Markus tidak sengaja menabrak seorang gadis kecil. Pria berjanggut itu terkejut dan langsung membantu gadis kecil itu berdiri.

"Hai, kau tidak apa-apa? Maaf jika paman menabrakmu," ucap Markus pada gadis itu.

Tanpa berkata, sang gadis berlari menghampiri seorang wanita tua berusia sekitar empat puluh tujuh tahun. Gadis berambut putih itu langsung merengkuh tubuh wanita itu dan bersembunyi di belakangnya.

Wanita berambut hitam itu terkejut dan menoleh ke arah gadis kecil itu. Markus pun menghampiri mereka.

"Hai, nyonya! Saya ingin meminta maaf karena tadi menabrak anak anda," ucap Markus lagi.

"Iya, tidak apa-apa. Ia adalah gadis yang kuat," balas wanita itu sembari tersenyum.

Alex menarik tangan Markus untuk segera meneruskan perjalanan menuju mobil mereka. Sesampainya, mereka langsung masuk dan mengobrol sebentar.

"Mengapa kau mengajakku kembali ke kantor? Ada masalah?" tanya Markus.

"Tidak, aku sedang bingung. Kasus ini tidak mudah diselesaikan. Bagaimana seorang anak kecil bisa menciptakan kerusakan seperti itu?" jelas Alex.

"Ayolah, aku yakin itu pasti ulah para Deviant," sanggah Markus.

"Kau menyaksikan rekaman itu juga, kan? Tidak ada yang memasuki gang selain anak kecil itu. Jika seandainya itu ulah Deviant, mereka tidak akan bisa memotong serapih itu." Alex menyanggah.

"Tapi kalau bukan Deviant, lalu siapa?!" Markus menaikkan nada bicaranya. "Lagipula kita belum melihat Deviant secara keseluruhan. Barangkali mereka bisa melakukan itu."

Alex menghidupkan mobilnya dan menggenggam setir cukup erat.

"Aku tidak tahu," ucapnya.

***

Departemen Kepolisian Detroit
24 September 2045
10.56

Alex langsung memutar ulang rekaman CCTV yang ia minta di komputer dan mempelajarinya. Ini benar-benar kasus yang aneh dalam sepanjang karir sang Andro-Human itu.

"Selama aku menjadi kepolisian dan kasus-kasus aneh yang pernah kutangani, ini adalah salah satu kasus aneh yang paling aneh." Markus menjelaskan sembari menyetel televisi.

Layar kaca sedang menampilkan sebuah tayangan iklan dari Hybrid Life tentang Andro-SubHuman. Markus langsung mengganti siaran.

"Apa-apaan itu? Anak Android? Mereka semakin gila saja," gumam Markus.

"Andro-SubHuman??" Alex memastikan.

"Iya," jawab Markus singkat, "apa maksud mereka menciptakan teknologi yang konyol itu? Andro-Human saja sudah cukup konyol."

"Yang kutahu, Andro-SubHuman diciptakan untuk menjawab permintaan pelanggan yang belum memiliki seorang anak," jelas Alex.

"Untuk apa mereka membeli anak, sedangkan kau bisa menemukan mereka di panti asuhan? Tinggal pilih, lalu dibawa pulang," ujar Markus.

"Entahlah." Andro-Human RK800 itu tidak terlalu peduli.

"Jika aku bertemu dengan pencipta Andro-Human, ingin sekali aku berkata, "Hey, sialan! Aku ingin memesan Android bayi dengan ekstra popok!"" ujar Markus yang mengejek.

Alex hanya diam dan terus menatap layar komputernya. Ia masih ragu. Potongan kabel yang rapih dan pintu gardu yang rusak parah, tidak menggambarkan jika ini perbuatan seorang gadis kecil.

Ia beranjak dari kursi dan bermaksud berkeliling sebentar menemui beberapa Andro-Human polisi. Mungkin saja Android itu menemukan informasi tambahan.

"Markus, aku ingin keluar sebentar. Jika ada yang mencariku, suruh tunggu saja disini," pesan Alex.

***

Alex terus menelusuri lorong dan melewati beberapa meja anggota polisi. Ia juga bertemu dengan beberapa Andro-Human, Connor, Alfred, Wanda, dan Brody, lalu meminta keterangan dari mereka. RK800 itu kembali ke ruangannya dengan wajah cerah.

Ia melihat rekannya sedang mengobrol dengan seorang Andro-Human kepolisian. Markus yang melihatnya langsung menegur.

"Alex, ada yang mencarimu!" ujar Markus.

Alex menoleh ke arah Andro-Human itu. Rambut agak coklat, tinggi sekitar 177 cm, dan berpenampilan seragam polisi.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Alex.

"Brad, dengan kode HPC - 17834D, melapor untuk memberikan berkas kasus Hart Plaza!" ujar Andro-Human itu sembari menyerahkan beberapa berkas.

Alex menerima berkas tersebut dan Android berambut agak coklat itu membungkuk lalu berjalan keluar. Android RK800 itu langsung membuka berkas dan beberapa foto keluar darinya.

Foto-foto itu menyajikan gambar gadis kecil yang tertangkap kamera CCTV tadi. Gadis itu sangat asing dan belum dapat ditentukan ia Andro-Human atau bukan.

Lembaran foto-foto itu masih belum sanggup memberikan titik terang. Markus pun ikut melihat foto dan sedikit terkejut.

"Tunggu sebentar, sepertinya aku mengenal gadis ini," ucap Markus, "ia adalah gadis kecil yang kutabrak tadi di Hart Plaza."

"Apa kau yakin?" Alex memastikan pernyataan pria berjanggut itu.

"Yakin sekali. Ia memakai gaun yang sama dengan yang ada di foto," jelas Markus.

"Meragukan jika gadis kecil itu pelakunya. Ia terlihat sangat pemalu dan bahkan menjauh saat kau dekati," sanggah Alex.

Markus menarik-narik janggutnya yang tebal. Kata-kata Alex ada benarnya.

"Aku bingung. Mungkin hanya sebuah kebetulan," ujarnya.

"Mungkin kita harus mencari beberapa keterangan lagi. Ayo kita kembali ke Hart Plaza!" Alex langsung beranjak, namun Markus terlihat malas bergerak.

"Ayolah, apa kita harus kembali ke tempat itu?" tanya Markus yang agak merengek.

"Kita mungkin bisa menemukan beberapa bukti," jawab Alex, "nanti kita akan singgah di kedai La Coffee."

Markus langsung bersemangat dan berjalan keluar. Dasar si pria berjanggut ini! Di bujuk seperti itu langsung bergerak.

***

Hart Plaza
24 September 2045
12.02

Beberapa polisi masih melakukan olah tempat kejadian perkara. Alex dan Markus ikut bergabung dan menemukan sebuah gunting kabel yang cukup besar terselip di antara kabel-kabel gardu.

Alex memindai namun tidak menemukan sidik jari. Mungkinkah ini ulah manusia ... atau Deviant? Pikiran itu kembali muncul.

"Alex, aku rasa kembali ke tempat ini tidak membuahkan hasil yang signifikan. Kita hanya menemukan sebuah gunting kabel," ujar Markus.

"Aku tahu, tapi pasti ada sesuatu yang kita lewatkan," sanggah Alex.

Markus memilih mendatangi sebuah kafe dan memesan satu cangkir kopi.

Android berjas abu-abu gelap itu masih melakukan idenfikasi. Ia yakin ada sesuatu yang mencurigakan. Ia terus melakukan pemindaian tanpa henti.

Rasa curiganya pun terbalas. Sebuah jepit rambut berbentuk bunga berwarna putih ditemukan di luar gang. Benda itu sudah berada di sana sekitar dua jam yang lalu. Masih baru.

Jika dilihat dari posisinya, sang pelaku berjalan dari arah kanan gang. Satu bukti ditemukan. Pasti ada bukti lain yang lebih kuat dari jepit rambut.

Pencariannya kembali menemukan hasil. Sebuah kancing baju berbentuk lingkaran dengan warna putih. Dilihat dari ukurannya, ini adalah kancing gaun. Persis seperti pakaian yang pelaku kenakan di rekaman CCTV.

Dua barang bukti itu belum sanggup menjawab pertanyaan otak prosesor-nya. Ia tidak menemukan barang bukti lain. Ia memutuskan menemui Markus.
Baru saja Alex berbalik badan, rekan yang ia cari telah berada di sana.

"Menemukan sesuatu?" tanya Markus.

"Dari mana saja kau?" tanya Alex balik.

"Dari kafe di sebelah," jawab Markus, "Aku ulangi, menemukan sesuatu?"

"Hanya sebuah jepit rambut dan sebuah kancing," ucap Alex sembari menyodorkan dua benda yang ia maksud.

"Mungkin kita harus mencari di tempat lain." Markus memberi saran.

"Tapi di mana?" Alex teringat sesuatu, "baru kuingat, kita belum mengecek di sektor B!"

"Lalu kenapa kau diam saja? Ayo segera kesana!"

***

Tibalah mereka di sisi barat Hart Plaza. Investigasi diteruskan. Kali ini, Markus ikut serta di dalamnya.

Penyelidikan belum membuahkan hasil selama sepuluh menit pencarian. Sepertinya pelaku tidak menanggalkan barang bukti. Mereka mencari sudut demi sudut.

Tidak ada yang bisa ditemukan. Gang terlihat bersih. Polisi mungkin sudah menemukan barang bukti. Mereka memutuskan untuk pergi.

"Aku tidak mengerti, sisi barat sangat bersih. Apakah pelaku tidak meninggalkan barang bukti atau polisi sudah menemukannya?" Markus merasa ragu.

"Tidak mungkin jika polisi sudah menemukannya. Kita ikut dalam penyelidikan dan memang tidak ada apa-apa disana," jelas Alex.

"Lalu apa yang harus kita lakukan? Menjebak sang pelaku?" tanya Markus memberi saran.

"Ide yang bagus, tapi kita tidak tahu kapan ia akan kembali," ucap Alex, "kita juga tidak bisa berada di sini terus. Banyak hal yang harus kita kerjakan."

"Jika begitu, suruhlah beberapa anggotamu," sahut Markus.

"Tidak bisa. Aku bukan pimpinan tertinggi di Huma-Police. Menyuruh mereka berarti aku harus minta izin ke kapten," bantah Alex.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?!" Markus mulai geram.

Alex menunduk dan menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu."

***

Taman Kota Detroit
24 September 2045
14.45

Daun-daun berguguran dan berserakan. Suhu udara cukup dingin. Namun Alex dan Markus harus menyelesaikan kasus yang membingungkan.

Mereka duduk di kursi taman dan memperhatikan orang-orang bermain.

"Senang rasanya bisa melihat orang-orang bermain bersama. Aku sering melakukan itu bersama putra sulungku. Saat itu, musim gugur tahun 2034. Kami bermain dengan daun-daun coklat yang berserakan di halaman rumah kami. Kami sangat bahagia saat itu. Andai waktu bisa diputar kembali." Markus bercerita masa lalunya.

Ketika sedang mendengar cerita, Alex melihat seorang ibu dan anak yang tidak asing. Andro-Human itu menunjuk dan Markus meliriknya, lalu menghampirinya.

"Hai, selamat sore!" sapa pria berjanggut itu.

"Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?" balas wanita itu.

"Maaf jika kami mengganggu anda. Kami hanya kebetulan lewat." Markus menoleh ke arah anak perempuan dari wanita itu. "Apakah itu putrimu?"

"Iya, ini anak perempuanku. Maria namanya," ucap wanita itu sembari menyodorkan tubuh anaknya, "ayo ucapkan salam pada paman-paman ini!"

Gadis kecil itu justru lari menjauh. Entah apa yang terjadi. Sang wanita merasa bersalah atas ketidaksopanan anaknya.

"Maafkan anak saya. Ia pemalu," ucap wanita itu.

"Tidak apa-apa," sahut Markus.
"Maaf, boleh saya bertanya sesuatu?" sela Alex.

"Silakan," jawab Wanita itu.

Alex merogoh kantung kemejanya. "Apakah ini milik anak anda?" tanya Alex sembari menyodorkan sebuah jepit rambut.

"Iya, ini milik anak saya. Lelah saya mencarinya kemana-mana. Kalian pasti telah mencurinya!! Wanita itu tampak curiga.

"Tolong jangan berburuk sangka dulu. Kami menemukannya di Hart Plaza, tergeletak di depan kafe," sahut Alex sembari menyerahkan jepit rambut itu dan mencoba membela diri.

Wanita itu memberi tatapan sinis ke arah Alex. Perlahan ia menjulurkan tangan mengambil jepit rambut itu.

Alex merasa curiga dengan wanita itu. Mengapa wanita itu marah padahal ia hanya ingin mengembalikan jepit rambut itu?

Selain itu ada kejanggalan pada kulit di sekitar wajah wanita tua itu. Terlihat kendur sekali. Bahkan orang tua yang sering berjumpa dengannya tidak selonggar itu. Alex memindai dan benar saja.

Wanita itu pergi tanpa berkata apa-apa, menarik tangan anak perempuannya agak keras.

***

Departemen Kepolisian Detroit
18.45

Alex pun menceritakan pemindaiannya pada Markus. Namun pria berambut abu-abu itu tidak percaya.

"Jadi maksudmu wanita itu menggunakan penyamaran?" Markus memastikan.

"Iya, dia sebenarnya belum tua. Itu hanyalah topeng. Usia sebenarnya adalah dua puluh dua tahun." Alex menjelaskan.

"Benarkah? Itu berarti ia pelakunya?" Markus masih penasaran.

"Mungkin saja. Tapi tidak mungkin jika ia melakukan kerusakan di hart plaza," bantah Alex.

"Lalu siapa yang melakukannya? Anak perempuannya?"

"Entahlah, kita masih harus melakukan penyelidikan lebih lanjut."

***

Alma Street
24 Desember 2045
22.45

Malam yang begitu dingin, dengan udara yang cukup membekukan kulit, tidak menyurutkan seorang pria negro melintasi jalan Alma yang sepi, hendak pulang.

Ia berjalan melewati sebuah gang yang cukup gelap dengan menenteng kantong belanja berisi makanan. Pria negro itu mendengar suara tangisan anak kecil. Ia mencari kesana kemari dan suaranya berasal dari gang.

Pria itu agak ragu untuk masuk. Ia khawatir itu adalah jebakan para perampok. Dengan rasa terpaksa, ia memberanikan diri memasuki gang.

Gelapnya malam pada gang membuat penglihatan pria negro itu buta. Beberapa kali ia menabrak benda-benda. Akhirnya, sumber suara pun ditemukan.

Seorang gadis tampak duduk meringkul, menangis sesegukan. Pria negro itu menjulurkan tangan, mengelus rambut gadis itu.

"Hei, kau tidak apa-apa?" katanya.

Tidak ada respon. Pria itu merasa anak ini sedang kelaparan. Ia menyerahkan kantung belanjanya.

"Apa kau lapar? Aku punya banyak makanan. Kau boleh mengambil semuanya," ucapnya.

Tiba-tiba, gadis kecil itu mencekik pria negro itu dengan keras. Pria itu terkejut dan mencoba melepaskan diri. Genggaman tangan gadis itu cukup kuat.

Setelah berjuang cukup keras, pria berambut hitam itu berhasil lepas dan lari. Tanpa disadari, ia menghantam sesuatu tepat di kepalanya. Ia jatuh pingsan.

***

Bersambung ...
(Next chapter: Misteri Wanita Tua)

Vote-nya ditekan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro