11. Sang Senator (bagian 1)
Alex mulai bimbang dengan dua pilihan yang membingungkan. Jika ia menolong Markus, maka sang Deviant akan lolos. Namun jika ia lebih memilih untuk mengejar Deviant, kemungkinan besar Markus akan jatuh. Akhirnya Alex mengulurkan tangan dan menarik Markus ke atas. Markus pun selamat, namun sang Deviant berhasil meloloskan diri.
Alex pun merasa bersalah karena telah melepaskan mangsanya. "Maaf, Markus. Aku sepertinya kurang cepat untuk menangkapnya," ucapnya dengan rasa menyesal.
"Tidak apa-apa. Kita bisa menangkapnya lain kali." Markus berbalik badan dan berjalan ke arah pintu. "Terima kasih sudah menyelamatkanku. Ayo kita kembali ke kantor!"
Dalam diri Alex, muncul rasa penyesalan atas tindakannya hari ini. Ia tidak tahu bagaimana harus mengatakan ini di hadapan Kapt. Johnson. Belum pernah ia mengalami hal sial seperti ini.
***
Departemen Kepolisian Detroit
21 September 2045
13.15
Alex dan Markus langsung menuju ruangan Kapt. Johnson yang berada di lantai dua, berjarak dua ruang dari ruangan Alex. Alex menjelaskan semua yang ia alami tadi, termasuk dirinya yang gagal menangkap seorang Deviant. Kapt. Johnson terlihat biasa saja dan sedikit menurunkan alisnya.
"Kau gagal menangkap Deviant itu??!" tanya Kapten dengan tegas.
"Maaf, Kapten. Aku sudah berusaha untuk menangkapnya, namun ia terlalu cepat dan juga aku harus menyelamatkan Markus." Alex menjelaskan.
Kapt. Johnson beranjak dari kursinya dan berjalan menghampiri Alex. "Tidak apa-apa. Seharusnya ini tugas Alfred dan Wanda untuk menangkapnya. Fokuslah pada misimu!" perintah sang Kapten.
"Baik! Terima kasih, Pak!" Alex dan Markus memberi hormat dan pergi meninggalkan ruangan, hendak menuju ke ruangan Alex. Tiba di sana, Alex langsung menuju mejanya dan menyalakan komputernya, sedangkan Markus duduk dan menyalakan televisi. Alex masih tak habis pikir dengan Deviant yang ia kejar tadi. Padahal secara sistem geraknya, ia tidak mungkin bisa berlari secepat itu. Hanya Andro-Human kepolisian saja yang bisa berlari cepat.
Markus memutar tempat duduknya dan memandang wajah Alex yang datar dan sedang menatap layar komputer. Markus merasa bahwa Alex masih menyesali apa yang ia lakukan. Ia pun mencoba menghiburnya. "Sudahlah, Alex. Semua orang sering melakukan kesalahan seperti itu. kedepannya kau dapat memperbaikinya. Berhenti memikirkan itu dan fokuslah pada misi kita!" ucap Markus dengan semangat.
Alex memandang wajah Markus dengan menunjukkan senyuman tipis padanya. Markus kembali jijik melihatnya. "Aarrgghh.., berhenti tersenyum seperti itu!" ujar Markus yang langsung memalingkan wajahnya.
Alex kembali menatap layar komputernya dan sedang membuka situs media sosial Metrogram. Markus sebenarnya penasaran mengapa Alex selalu memandang layar komputer. Markus pun menanyakan hal itu. "Alex, sejak bersamamu, kau selalu menatap layar komputer itu. Apa yang sebenarnya sedang kau kerjakan?" tanya Markus.
"Saat ini aku sedang membuka situs media sosial," jawab Alex.
"Media sosial? Kau punya akun media sosial?" Markus memastikan.
"Iya, Metrogram," jawab Alex.
"Untuk apa kau memiliki akun Metrogram? Apa kau sedang mencari teman kencan?" Markus menyindir.
"Hanya iseng. Kapt. Johnson yang mengajariku," jelas Alex.
Markus langsung bungkam dan kembali menatap televisi. Alex kembali meneruskan aktivitasnya. Ia lalu membuka data kriminal dan mencari informasi dari Deviant yang ia kejar tadi. Andro-Human tersebut memiliki ciri berkulit coklat gelap dan bernomor seri WB300. Ia telah membunuh majikannya yang merupakan pemilik dari sebuah kedai. Alex beranjak dari kursi dan hendak pergi. Markus melirik dan tidak peduli.
Alex bermaksud ingin mencari Alfred dan Wanda untuk menanyakan kemanakah mereka gerangan saat lokasi Deviant diketahui dan menangkapnya. Ia mencari kemana-mana namun tak kunjung berjumpa. Akhirnya ia kembali ke ruangan dan kembali ke kursi. Markus yang tadi tak acuh pun penasaran.
"Kau pergi kemana tadi?" tanya Markus.
"Mencari Alfred dan Wanda. Mereka harus bertanggung jawab atas kaburnya Deviant," jawab Alex.
"Sudahlah, semuanya salah di kejadian ini. Kita salah karena menbiarkan Deviant kabur, dan dua polisi plastik itu juga salah karena menyuruh orang lain menyelesaikan kasus mereka." Markus mencoba menghibur Alex yang sepertinya kesal.
Alex pun kembali netral dan meneruskan pekerjaannya tadi. Ia berpikir bahwa malam ini ia dan Markus harus pergi ke rumah nona Muller bagaimanapun keadaan jalanan.
***
Kediaman keluarga Muller
33th Avenue, Detroit
19.59
Alex menekan tombol bel pintu dan menunggu respon dari dalam. Pintu pun terbuka dan muncullah seorang gadis berambut pirang, menatap mereka dengan kebingungan.
"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" tanya gadis itu.
"Kami dari kepolisian Detroit, ingin menemui nona Sarah Muller." Alex mengeluarkan kartu tanda kepolisiannya.
"Silakan masuk!" Gadis itu mempersilakan Alex dan Markus masuk. "Saat ini ibu saya belum pulang. Silakan menunggu sebentar!" pintanya.
Alex dan Markus melangkah masuk dan dipersilakan duduk. Gadis itu menghampiri mereka dan berkata, "Saya akan menyajikan minum untuk kalian!" Gadis itu pun pergi.
Beberapa menit kemudian, orang yang ditunggu Alex dan Markus, nona Sarah Muller pun pulang. Wanita itu menggantung jaketnya dan terkejut saat ia menoleh ke arah ruang tamu. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya nona Muller.
Alex beranjak dari kursi dan berjalan menghampiri nona Muller. "Maaf jika kami mengganggu waktu istirahat anda. Kami hanya ingin meminta keterangan dari anda," kata Alex.
"Apa itu??" tanya nona Muller.
"Kami ingin meminta informasi perihal rencana tuan senator untuk membangun markas militer di luar kota," ucap Alex.
"Apa yang kalian bicarakan? Saya tidak mengerti," kata nona Muller yang terlihat bingung.
"Anda pasti tahu tentang rencana itu." Alex berjalan mendekat.
"Saya sungguh tidak mengerti apa yang anda katakan." Nona Muller mencoba untuk membela diri.
"Apakah anda yakin tidak tahu? Anda adalah sekretarisnya, orang yang selalu diajak di semua rapatnya. Mustahil jika anda tidak tahu." Alex berusaha menyudutkan nona Muller.
"Tapi saya benar-benar tidak tahu. Apakah saya harus menjelaskannya?!!" Nona Muller mulai terlihat marah.
Alex mengangkat tangan kirinya dan mengacungkan kedua jari dengan rapat, lalu mengayunkannya ke kanan. Markus langsung memegang tangan gadis berambut pirang tadi yang ternyata putri sulung nona Muller. Sang gadis terkejut dan memberontak, namun sia-sia. Nona Muller juga terkejut melihat putrinya dipegang oleh Markus.
"Isabelle!!!" seru nona Muller yang terkejut. "Apa yang ingin kalian lakukan pada putriku?!!"
"Kami akan menahannya karena telah mencuri properti milik seorang pria. Kami juga akan menangkap rekannya yang ikut dalam aksi ini." Alex menjelaskan. "Tapi kami bisa berubah pikiran jika kau mengatakan semua yang kau tahu tentang rencana senator itu."
Nona Muller mulai bimbang. Sebenarnya ia tahu, tapi senator melarang untuk menyebarkan rencana tersebut. Dia akan mendapatkan hukuman jika melanggar perintah. Tetapi jika ia tidak mengatakannya, putri sulungnya akan dimasukkan ke penjara.
"Kuberi anda waktu tiga puluh detik untuk memilih. Waktu habis, pilihan jatuh pada kami. Sebaiknya anda tidak membantah," ancam Alex.
Nona Muller semakin bimbang dan benar-benar harus berhati-hati dalam memilih. Ia merasa kasihan ketika melihat putrinya yang masih dipegang oleh Markus. Waktu terus berjalan dan akhirnya wanita berambut pirang itu membuat pilihan.
"Baik, saya akan mengatakannya!!" ucap nona Muller dengan terpaksa.
Alex memberi isyarat dengan melakukan hal yang sama. Markus pun melepaskan tangan Isabelle. Nona Muller mempersilakan Alex dan Markus untuk duduk kembali.
"Isabelle, tolong buatkan minum untukku!" Nona Muller duduk di sofa dan mulai menjelaskan semuanya. "Saya tidak begitu tahu, tapi saya pernah dengar bahwa beliau membangun markas militer untuk melakukan pengujian terhadap Andro-Human militer," jelasnya.
"Militer, hah? Apakah itu model terbaru??" tanya Markus.
"Iya, Hybrid Life sudah mengumumkannya, namun saat ini belum komersil karena masih dalam pengujian." Nona Muller menjawab pertanyaan.
"Lalu ada pihak lain yang ikut serta dalam pembangunannya?" tanya Alex.
"Ada, beliau mengatakan ada seorang pria yang membantu biaya pembangunan, namun namanya tidak disebutkan dan wujudnya tidak pernah ditampakkan." Nona Muller teringat sesuatu. "Aku ingat, saat aku sedang memasuki ruangan senator untuk mengambil berkas yang tertinggal, aku melihat komputer yang menyala dan ada pemberitahuan pesan dari seseorang dengan nama pengguna "Mr.X"," jelasnya.
"Apa anda membuka pesan itu?" Markus bertanya.
"Tidak, aku tidak berani melakukan itu," jawab nona Muller. "Aku juga menyadari bahwa pembangunan markas tersebut telah dimulai dan telah mencapai empat puluh persen."
Alex dan Markus saling berpandangan dan Markus mengangguk, tanda bahwa mereka harus mengakhiri interogasi ini. Alex menoleh ke arah nona Muller dan berkata, "Baiklah. Mungkin sudah cukup pertanyaan untuk malam ini. Maaf jika kami tidak sopan dan mengganggu waktu istirahat anda. Selamat malam!" Alex dan Markus beranjak dari sofa.
***
Alex dan Markus memasuki mobil dan bersiap untuk berkendara. Alex mengaktifkan layar sentuh LED di mobil dan membuka sebuah aplikasi. Markus pun bertanya, "Apa yang kau lakukan?"
Alex masih mengatur aplikasi tersebut dan kemudian bersandar pada kursi. Markus semakin heran dan bertanya, "Apa yang kau lakukan, plastik?!"
"Sekarang kita tunggu," ucap Alex.
Markus mulai merasa kesal dan ingin sekali ia meninju wajah Andro-Human berambut hitam itu sampai sistemnya rusak. Tiba-tiba, terdengar suara dari aplikasi. Suaranya mirip dengan suara nona Muller. Alex mulai mendekatkan telinganya pada layar tersebut.
"Hey, aku punya masalah!"
"Apa itu?"
"Tadi dua orang polisi datang ke rumahku dan mereka bertanya tentang rencana tuan senator. Aku berusaha untuk menutupinya tapi mereka mengancamku. Aku terpaksa memberitahu semuanya."
"Kau seharusnya tidak melakukan itu! Katakan saja dengan kebohongan. Mereka tidak akan curiga."
"Aku tidak bisa, keadaan terdesak."
"Baiklah, seperti apa ciri-ciri dari kedua polisi itu?"
"Satu orang adalah seorang Andro-Human bernomor seri RK800 dan satunya lagi seorang polisi tua."
"Baik, kami akan mengurus mereka berdua!"
Alex menyimpan rekaman suara tersebut ke PDA. Markus pun paham dengan apa yang dilakukan Alex.
"Kau menyadap telepon nona Muller?" tanyanya.
"Iya." Alex menyalakan mobilnya. "Sejak awal aku curiga dengannya. Ia terlihat agak gugup saat aku memaksanya. Setelah ini kita harus berhati-hati."
"Baiklah, aku mengerti!" Markus memasang sabuk keselamatan. "Ayo kita pulang ke rumahku!" ajaknya.
"Rumahmu?"
"Lokasinya berada di sekitar sini. Jalan saja dan aku akan menunjukkannya," ucap Markus.
****
Kediaman Markus
33th Avenue, Detroit
21.28
Alex dan Markus tiba di sebuah rumah kecil di ujung jalan 33th Avenue. Mereka pun turun dan berjalan memasuki rumah.
"Selamat datang di rumah kecilku. Buatlah dirimu nyaman!" sambut Markus.
Seekor Anjing berjalan menghampiri Markus dan pria berjanggut itu mengelus kepalanya. "Hai, Smash! Apakah kau tidak merepotkan tetangga sebelah? Aku harap tidak," ucap Markus.
Anjing tersebut menjilat-jilat wajah Markus. Lalu anjing itu berlari menjauh saat Alex mendekat. "Aku rasa dia tidak suka denganmu," ucap Markus lagi. "Oke, sekarang aku akan mandi dan berganti pakaian. Kau boleh duduk di sofa atau kursi di dapur, terserah kau!" Markus pun berjalan ke kamar mandi.
Alex memilih untuk mengeksplorasi rumah dan mencari banyak hal tentang Markus. Ia melihat sebuah pemutar musik dan membuka daftar lagu-lagu di dalamnya. Sang inspektur ternyata menyukai musik jazz, namun sifatnya tidak seperti musik jazz yang tenang dan ekspresif. Alex juga melihat banyak pajangan yang bertema olahraga rugby, dari bola, helm, bahkan sepatu. Alex menemukan sebuah bingkai foto berisi satu tim rugby dari salah satu sekolah menengah.
Alex berjalan ke dapur dan menemukan foto di atas meja dapur. Alex mengambil dan memindainya. Ia adalah Llyoid Harris, Komisaris di kepolisian Washington DC. Saat sedang melihat foto, Markus datang dengan berpenampilan kaus oblong putih dan celana pendek hitam, berjalan dengan membawa sekantung sampah.
Alex menoleh dan menunjukkan foto tersebut. "Ini siapa?" tanya Alex yang sebenarnya sudah tahu.
Markus membuang kantung tersebut ke tempat sampah dan membuka lemari es untuk mengambil minuman kaleng. Lalu ia menghampiri Alex yang masih menunjukkan foto tersebut. "Itu putraku." Markus duduk dan minum. "Ia bekerja di kepolisian Washington DC sebagai seorang komisaris. Aku benar-benar bangga padanya. Dia anak yang rajin dan disiplin," jelas Markus.
Alex meletakkan kembali foto itu. "Lalu apakah kau tinggal sendiri di rumah ini?" tanya Alex.
"Sendiri? Aku hanya tinggal bersama anjingku, Smash," jawab Markus.
"Lalu di mana anggota keluargamu yang lain? Mana istrimu?" Alex memastikan.
Markus terdiam dan menunduk, sembari tetap menenggak minumannya. Ia terlihat sedih dan Alex bisa merasakannya. Si RK800 itu memutuskan untuk berhenti bertanya. "Maaf jika pertanyaanku menyinggung perasaanmu. Aku tidak bermaksud untuk mengatakannya," hibur Alex.
"Tidak apa-apa, Alex. Aku sudah sering mendapat pertanyaan itu dan aku tidak ingin menjawabnya," ucap Markus. "Baiklah, aku akan tidur. Aku harap kau tidak bermimpi buruk." Markus berjalan ke kamarnya.
"Aku Andro-Human, aku tidak bisa bermim-"
"Cukup! Aku tidak ingin mendengar hal yang tidak penting lagi!" Markus menutup pintu kamarnya.
Alex menunduk dan berusaha untuk tetap fokus pada hari esok dengan tantangan yang pasti menegangkan.
Keesokan harinya, alarm berbunyi dengan nyaring, Markus menjulurkan tangannya dan mematikan suara bising yang membangunkannya dari tidur nyenyak. Pria berjanggut itu menyibak selimut dan beranjak dari kasur, lalu berjalan menuju dapur untuk sarapan.
Sesampainya di sana, ia menemukan meja makannya yang telah disajikan sepiring spaghetti. Ia juga melihat Smash yang sepertinya sedang makan. Pria berjanggut itu duduk dan mulai menyantap makanan. Tiba-tiba, pintu belakang terbuka dan masuklah seorang Andro-Human yang langsung menghampiri Markus yang sedang makan.
Markus pun menoleh dan bertanya, "Alex, apa yang baru saja kau lakukan di halaman belakang?"
"Aku baru saja membersihkan daun-daun berguguran yang mengotori halaman belakang," jawab Alex.
"Apa kau yang memasak spaghetti ini dan memberi makan Smash?" Markus memastikan ini pekerjaan Alex.
"Iya, dan iya," jawab Alex.
Markus menyendok spaghetti yang masih beruap karena baru saja diangkat dari panci, lalu menyuapnya. Setelah menelan, Markus berkata, "Aku tidak menyangka kau bisa memasak makanan seperti ini, padahal kau adalah polisi."
"Kapt. Johnson yang mengajariku melakukan semua itu," sahut Alex, "aku juga mendapat kabar bahwa tuan senator akan melakukan pidato untuk meresmikan taman baru di pusat kota. Kita ditugaskan untuk mengamankan jalannya acara."
"Baiklah, aku mengerti. Sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini. Aku ingin menjalankan tugas lain," ucap Markus.
"Tapi ini adalah kesempatan untuk mencari tahu rencana senator. Menurut mata-mata kami, setelah acara selesai, tuan senator tidak kembali ke gedung pemerintahan, tetapi ke tempat lain. Mereka tidak tahu kemana, tapi aku berpikir pasti mengunjungi lokasi markas militernya," jelas Alex.
"Iya, Alex! Aku sangat mengerti. Mengapa kau tidak membiarkanku menghabiskan sarapan?!" bentak Markus.
Alex terdiam dan berjalan ke ruang depan untuk mengambil kemejanya. "Aku akan menunggumu di sini. Segera berberes dan kita akan segera pergi kesana," ucap Alex.
***
Pusat kota Detroit
22 September 2045
09.56
Hari ini udara cukup dingin. Orang-orang tampak antusias dan mengerumuni taman kota yang akan diresmikan oleh Senator Frederick Smith. Hiasan-hiasan telah terpasang di seluruh sudut taman. Beberapa polisi telah disiagakan di beberapa lokasi guna mengamankan lancarnya acara. Alex dan Markus berjaga di sisi barat taman, yang lokasinya terlalu jauh dari mimbar pidato.
Alex dan Markus mulai bingung harus melakukan apa, secara mereka tidak bisa membantah.
"Alex, sepertinya rencana kita tidak berjalan dengan baik," sindir Markus.
"Tapi kita tidak boleh menyerah." Alex mengeluarkan PDA-nya dan menghubungi seseorang. "Connor, di mana posisimu?" tanyanya.
"Aku berada di dekat mimbar. Aku mendapat tugas untuk menjaga bagian peresmian taman," jawab Connor.
"Aku punya pekerjaan tambahan untukmu," pinta Alex. "Bisakah kau mengawasi tuan senator selama pelaksanaan acara?"
"Tentu, tapi untuk apa?" tanya Connor.
"Lakukan saja!" ujar Alex. "Beritahu aku apa saja yang kau lihat."
"Baik, akan kulakukan!" Connor pun menutup panggilan.
Acara pun dimulai. Senator membukanya dengan sebuah pidato singkat dan dilanjutkan dengan upacara peresmian taman. "Dengan ini aku menyatakan, taman kota Detroit yang baru, dibuka!!" ujar senator sembari memotong pita panjang.
Semua orang bersorak gembira dan mulai meramaikan taman kota yang lebih asri dan damai dengan dipenuhi pohon-pohon. Connor mengeluarkan PDA dan menghubungi Alex. "Pak, senator baru saja meresmikan taman!" ucapnya.
"Baik, terus awasi dia!" perintah Alex.
Connor mulai mengikuti tuan senator yang di kawal dan berjalan ke mobilnya. Connor kembali menelepon Alex. "Tuan senator baru saja menaiki mobil!" ujarnya.
"Apa?! Baik, pindai mobilnya dan kirimkan hasilnya padaku!" Alex langsung bergegas menuju mobil. "Markus, senator mulai bergerak!" ajak Alex.
Mobil mereka pun melesat di atas jalanan dan mulai mengejar mobil senator. Alex mempercepat laju kendaraan dan melihat lokasi senator melalui aplikasi peta. Ternyata perjalanannya cukup jauh, bahkan melewati perbatasan kota Detroit dengan Lansing. Setelah mengikuti senator selama tiga jam, akhirnya mereka tiba di sebuah bangunan besar mirip garasi kendaraan tentara. Beberapa bagiannya masih dalam pengerjaan. Sepertinya mereka telah sampai pada lokasi yang telah mereka cari.
Alex menghentikan mobilnya cukup jauh dari bangunan untuk menghindari kecurigaan. Lalu ia mengamati sekitar. Markus melirik arloginya, tengah hari telah tiba. Andro-Human berseri RK800 itu menjalankan mobilnya perlahan menuju gerbang markas dan terhenti karena palang pintu. Alex turun dan menghampiri pos yang di jaga oleh seorang Andro-Human.
"Permisi, kami dari kepolisian, meminta izin untuk memasuki kawasan!" ucap Alex tegas.
"Apakah anda memiliki izin untuk masuk?" tanya sang Andro-Human.
"Izin?!" Alex terkejut.
"Anda harus memiliki izin berupa kartu khusus untuk masuk ke kawasan ini. Tanpanya dilarang masuk," ucap sang Andro-Human.
Alex pun melangkah kembali ke mobil dan berbicara dengan Markus. "Kita harus memiliki izin untuk masuk," ucapnya sembari memasang sabuk keselamatan.
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Markus.
"Entahlah." Alex menarik tuas gigi.
Markus berpikir sejenak dan langsung mendapat ide. "Alex, aku dapat ide!" ujarnya.
"Apa itu?"
"Mundurkan dulu mobilnya!" perintah Markus.
***
Bersambung ...
(Next chapter: Sang Senator (bagian 2))
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro