Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

09. Penembak Misterius

Detroit View Apartment
Downtown Detroit, AS
19 September 2045
19.50

Malam yang begitu dingin dan suara hiruk pikuk jalanan yang bergemuruh di penjuru kota. Sebuah mata teropong sedang membidik seorang pria di dalam Detroit View Apartment lantai 12 yang berdiri di dekat jendela. Saat keadaan telah tepat, sang mata teropong menarik pelatuknya.

DORR..!!

...

Alex dan Markus mendapat panggilan untuk menyelidiki kasus pembunuhan terhadap seorang pria bernama Steven Gerald yang tewas di kamarnya di Detroit View Apartment. Alex menemukan barang bukti berupa sebuah peluru berukuran 7,62 mm dan sebuah lubang di kaca jendela. Alex melihat keluar jendela dan memindai gedung di seberangnya, namun tidak menemukan apa-apa. Alex menemui Markus yang sedang memeriksa jasad dan berkata, "Aku menemukan bukti bahwa tuan Gerald tewas di tembak dari gedung seberang."

"Oh ya?? Apa alasanmu berkata begitu?" tanya Markus.

"Kaca jendela di sana berlubang, seperti baru saja di tembus sebuah peluru. Di tubuh korban juga ditemukan sebuah peluru berukuran 7,62 mm, tertanam di paru-paru kanan," jelas Alex.

"7,62 mm? Itu berarti korban di tembak menggunakan senapan runduk?" tanya Markus yang heran.

"Iya," jawab Alex singkat.

Markus berjalan menghampiri nyonya Gerald dan berkata, "Penyelidikan akan kami teruskan besok. Korban akan kami bawa ke rumah sakit untuk dilakukan autopsi."

Nyonya Gerald mengangguk sembari menangis sesegukan. Alex dan Markus berjalan menuju parkiran apartemen dan memasuki mobil mereka, lalu menghidupkannya dan bergerak menuju kantor polisi.

***

Departemen Kepolisian Detroit
19 September 2045
21.07

Di ruang pertemuan, Alex, Markus, Kapt. Johnson, dan Komisaris Monsoon sedang membicarakan kasus pembunuhan terhadap tuan Gerald dan tuan Harry. Alex memberikan beberapa berkas untuk dibahas dan pertemuan dimulai. Alex menjelaskan kasus pembunuhan dengan padat.

"Berdasarkan hasil temuan kami di lokasi kejadian, kami menyimpulkan bahwa sang pelaku beraksi menggunakan senapan runduk. Hal ini didasarkan pada penemuan sebuah peluru berukuran 7,62 mm dan jendela di lokasi kejadian ditemukan pecah dengan lubang padanya." Alex menjelaskan.

"Lalu apakah kau menemukan motif dari pembunuhan ini?" tanya Komisaris Monsoon.

"Sampai saat ini kami belum menemukan motif dari semua itu. Tapi setelah melakukan penyelidikan dan riset terlebih dahulu, aku menemukan ini." Alex mengaktifkan layar proyektor dan memunculkan sebuah silsilah yang menerangkan hubungan antara korban dengan orang lain.

Semua orang terkejut melihat tampilan proyektor yang diputar dan seakan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Proyektor menampilkan silsilah yang menunjukkan bahwa dua korban memiliki hubungan dengan orang terpandang di seluruh Detroit. Komisaris Monsoon meminta keterangan lebih jelas. "Maksudmu sang pelaku adalah Senator Frederick Smith?" tanya Komisaris.

"Iya. Berdasarkan silsilah ini, dua korban beserta tiga orang lainnya memiliki hubungan politik dan kerja sama parlemen dengan senator. Aku berpikir mungkin motif pembunuhan ini adalah karena pendapat yang kontradiktif dengan kebijakan senator," jelas Alex.

Markus menyangkal pendapat Alex dengan berkata, "Tapi itu tidak mungkin. Senator Smith adalah pemimpin yang baik. Ia rela menyumbangkan seratus juta dolar demi memajukan Michigan, membangun sarana dan prasarana, dan memajukan wirausaha."

"Lebih tepatnya, tujuh puluh juta dolar." Alex menjawab penyangkalan Markus. "Aku juga tidak berpikir sang senator yang melakukannya. Dia pasti menyewa pembunuh bayaran untuk melakukannya." Alex mematikan proyektornya.

"Jadi itu berarti kau menuduh senator yang melakukannya?" tanya Kapt. Johnson.

"Hanya satu cara untuk membuktikannya, yaitu menangkap sang penembak misterius tersebut," jawab Alex.

"Tapi bagaimana? Kita tidak tahu siapa yang akan ia bunuh berikutnya," tanya Markus heran.

"Aku ragu untuk mengatakan ini tapi target berikutnya adalah tuan Russel Gardner," jawab Alex.

"Mengapa kau berkata begitu?" tanya Kapt. Johnson.

"Aku tidak terlalu yakin tapi berdasarkan urutan di silsilah ini," jawab Alex. "Kita harus melakukan penyelidikan terlebih dahulu."

"Baiklah, Alex. Kasus ini aku berikan padamu. Jangan kecewakan kami!" perintah Komisaris Monsoon.

"Siap, pak!" jawab Alex tegas.

***

Detroit View Apartment
Downtown Detroit, AS
20 September 2045
09.14

Alex dan Markus kembali ke Detroit View Apartment untuk meneruskan penyelidikan. Alex dan Markus menuju gedung di seberang Detroit View Apartment dan langsung berjalan menuju atap. Alex dan Markus memulai investigasi dengan mencari sesuatu yang mencurigakan.

Beberapa menit kemudian, Alex menemukan sebuah sokong peluru kosong di pinggir atap. Ia mengambil sokong itu dan memindainya. Peluru itu telah berada di sana sejak semalam. Keadaannya sangat dingin hingga hampir membuat tangan Alex membeku. Alex pun memasukkannya ke saku kemeja dan pergi menghampiri Markus yang sedang bermain dengan burung-burung yang hinggap di antena.

"Markus, kita sudah selesai disini. Ayo kita turun!" ajak Alex.

Markus menoleh dan mengangguk, lalu mereka berjalan turun ke trotoar. Kemudian, mereka berpencar untuk meneruskan penyelidikan dengan mencari hal-hal yang mencurigakan. Mereka menelusuri jalan trotoar dengan seksama dan tidak sedikitpun melepaskan pengawasan mereka. Setelah beberapa menit mencari, mereka tidak menemukan apa-apa dan memilih kembali ke mobil yang terparkir di depan Detroit View Apartment.

Alex menghidupkan mobil dan bersiap untuk jalan. Markus pun bertanya, "Apa yang kau temukan tadi?"

"Aku hanya menemukan sebuah sokong peluru kosong. Sepertinya sudah semalam sokong itu di sana," jawab Alex.

"Boleh aku melihatnya?" tanya Markus.

Alex merogoh kantung kemeja dan mengeluarkan sokong peluru yang mereka bicarakan, lalu memberikannya ke Markus. Markus langsung terkejut saat menerimanya karena dinginnya sokong itu. Dengan perlahan Markus memegang dan melihatnya, lalu mengembalikannya. "Aku tidak mengerti soal amunisi dan sejenisnya," ucap Markus. "Tapi kita ingin kemana?"

"Aku tidak tahu. Aku sedang bingung." Alex mendorong tuas gigi. "Mungkin kita singgah ke kedai La Coffee dan minum secangkir kopi," lanjutnya sembari menginjak pedal gas mobil.

***

Kedai La Coffee
Woodward Avenue, Detroit
10.07

Alex dan Markus langsung memasuki kedai dan menyapa tuan Jefferson yang sedang membaca koran elektronik.
"Selamat pagi, Tuan Jefferson!!" sapa Alex.

"Selamat pagi, Alex! Ada yang bisa kubantu di hari yang sangat dingin ini?" Tuan Jefferson menyapa Alex.

"Aku ingin memesan kopi hitam, disajikan di cangkir biasa saja," sahut Markus.

"Akan segera kubuat!" Tuan Jefferson langsung mengambil cangkir.

Alex dan Markus duduk dan mencoba berpikir. Alex masih ragu bahwa target berikutnya adalah tuan Gardner. Alex memegang dagu dan terus mencari ide atau apapun yang ada di kepalanya. Kopi pesanan Markus pun tiba dan Markus langsung meminumnya.
"Hhmm..., aku ragu jika korban berikutnya adalah tuan Gardner," ucap Alex.

"Lalu mengapa kau mengatakan itu di ruang pertemuan kemarin?" celetuk Markus.

"Berdasarkan urutan di silsilah yang aku tunjukkan kemarin," jawab Alex.

"Bisa saja kau meletakkan mereka secara acak," sahut Markus.

"Tidak, itu kuurutkan berdasarkan kedudukan mereka, dari yang tertinggi sampai yang terendah, dengan korban pertama adalah yang tertinggi dan kedua berada di bawah korban pertama," jelas Alex.

"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan, tapi aku rasa sang penembak mengincar korban mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah," timpa Markus.

"Aku sependapat. Apakah aku harus menghubungi kapt. Johnson untuk mengirim anggota ke Detroit View Apartment?" tanya Alex.

"Untuk apa?" Markus bertanya balik.

"Mengawasi sekitar," jawab Alex.

"Terserah kau saja," sahut Markus.

Alex mengeluarkan PDA dan menghubungi Kapt. Johnson untuk mengirim anggota Huma-Police untuk berjaga di sekitar Detroit View Apartment. Kemudian, Alex menoleh ke Markus dan berkata, "Aku sudah menghubungi kapten dan kita harus segera ke apartemen Lofts of Merchant Row di Woodward Avenue!"

"Berada dimana alamat apartemen itu?" tanya Markus.

Alex mengeluarkan PDA dan membuka aplikasi peta, mencari lokasi apartemen, dan menunjukkannya ke Markus. Markus melihatnya dan tampang wajahnya berubah menjadi datar. "Alex, lokasinya berdekatan dengan kita. Jaraknya lima blok ke kanan dari sini," ujarnya.

"Benarkah?" Alex melihat peta. "Oh, kau benar," lanjutnya.

"Baiklah, kau ingin pergi sekarang atau membiarkanku menghabiskan kopi hitam ini?" tanya Markus kesal.

Alex beranjak dari kursi. "Aku akan pergi duluan. Nanti kau menyusul." Alex berlari keluar kedai. Kemudian, ia bergegas menuju apartemen Lofts of Merchant Row untuk memulai penyelidikan. Sesampainya, Alex langsung mengawasi sekitar, melihat orang yang lalu lalang di depan apartemen mewah tersebut.

Saat sedang memperhatikan, Alex melihat seorang pria yang terlihat mencurigakan. Ia memakai jaket yang sangat tebal dan bersembunyi dari balik sebuah gedung di samping apartemen. Alex merasa curiga, mengapa pria itu memakai jaket yang sangat tebal padahal hari ini suhu udara belum terlalu dingin. Alex pun berjalan menghampirinya. Sang pria kembali mengintip dan melihat Alex yang berjalan kearahnya. Ia terkejut dan langsung lari.

Alex langsung mengejarnya dengan cepat. Pria tersebut terus berlari dan menjatuhkan tong sampah untuk menahan Alex. Alex menghindarinya dan terus mengejar. Sang pria pun akhirnya terhenti karena gang buntu. Alex pun menghentikan langkahnya dan berdiri memandang pria tersebut. Pria tersebut terlihat menatapnya dan berkata, "Apa yang inginkan dariku? Mengapa kau mengejarku?"

"Lalu mengapa kau lari saat melihatku? Apa kau memiliki trauma ketika melihat Andro-Human?" tanya Alex balik.

"Dengar, plastik hidup! Aku tidak punya waktu untuk berurusan denganmu. Aku sedang sibuk," jawab pria itu.

"Sibuk mengawasi seseorang?" tanya Alex.

"Apa yang kau bicarakan?"

"Aku yakin kau pasti kaki tangan dari sang penembak misterius yang akan membunuh tuan Gardner," jelas Alex.

"Aku tidak mengerti apa yang kau kata-"

"MENGAKULAH!!" bentak Alex yang memotong perkataan pria itu.

Sang pria terlihat pasrah dan kemudian melepas jaket tebalnya. Alex bisa melihat sebuah alat komunikasi kabel yang terpasang di telinganya. Sang pria mulai menggerakkan tubuhnya, melenturkan beberapa otot di tubuhnya. Lalu ia memasang gestur orang yang ingin bertarung.

"Jika kau berani, bertarung denganku! Aku akan memberitahumu semua," ucap pria itu.

Alex pun mulai bersiap untuk bertarung. Pertarungan pun terjadi. Alex dan pria itu saling melayangkan serangan terbaik mereka. Duel antara mereka berlangsung sengit hingga akhirnya dimenangkan oleh Alex. Sang pria memilih pasrah dan menyerah.

Alex menarik kerah baju pria itu. "Sekarang katakan semua yang kau tahu tentang penembak misterius itu," kata Alex.

"Dia bernama Vincent Young, mantan seorang polisi dari kepolisian Ann Labor. Seorang penembak jitu yang sangat handal. Memilih keluar dari kepolisian dan menjadi pembunuh bayaran. Saat ini sedang mengincar seorang pria bernama Russel Gardner yang tinggal di Apartemen disana," jelas pria itu.

"Siapa yang membayarnya?" tanya Alex.

"Tuan Frederick Smith, senator Michigan," jawab pria itu.

Dugaan Alex ternyata tidak salah. Ia meneruskan pertanyaannya. "Lalu apa tugasmu?" tanya Alex.

"Aku ditugaskan untuk mengawasi tuan Gardner. Saat waktunya tepat, tuan Young akan menembak target," jawab pria itu.

"Kapan ia akan menembak tuan Gardner?" tanya Alex.

"Pukul delapan malam nanti, saat tuan Gardner bekerja di ruangannya dan duduk di dekat jendela," ucap pria itu.

Alex pun memakaikannya sebuah borgol dan menyuruhnya berdiri. Lalu ia mengeluarkan PDA dan menghubungi Markus.
"Markus, apakah kau telah selesai? Segeralah menuju gang di samping apartemen! Aku menangkap seorang pria," ucap Alex.

***

Beberapa saat kemudian, tim Huma-Police datang dan langsung membawa pria tadi ke dalam mobil. Alex memberitahukan semua yang dia dengar dari pria itu kepada Markus dan Kapt. Johnson. Mereka berdua langsung terkejut mendengarnya.

"APA??! Senator yang membayar penembak itu?!" tanya Kapt. Johnson yang terkejut.

"Iya, pria itu yang mengatakannya. Sang penembak juga akan beraksi pada pukul delapan malam nanti," kata Alex.

"Tapi ... aku masih tidak percaya senator yang membayarnya. Dia adalah senator yang baik," sahut Markus.

"Aku berpikir kebaikannya hanyalah kedok untuk menutupi kejahatannya," bantah Alex.

"Lalu mengapa senator melakukan itu? Apa pria itu mengatakannya?" tanya Kapt. Johnson.

"Dia tidak mengatakannya hal itu. Tapi ada satu hal yang bisa kita lakukan, yaitu mendatangi tuan Gardner," jawab Alex.

"Untuk apa?" tanya Markus.

"Barangkali kita bisa mendapatkan motif dari pembunuhan ini," jawab Alex.

"Baiklah, aku serahkan kasus ini untukmu. Jangan kecewakan kami!" perintah Kapt. Johnson.

"Siap, Pak!!" jawab Alex tegas. "Tapi sebelum anda pergi, tolong katakan kepada Connor untuk ikut bersama kami dalam kasus ini," lanjut Alex.

Kapt. Johnson langsung menoleh dan memanggil nama Connor. Connor langsung datang dan memberi hormat. "Siap untuk bertugas, pak!" ucap Connor.

"Alex memintamu untuk ikut serta dalam kasus ini," kata Kapt. Johnson.

"Siap, Pak!!" jawab Connor tegas.

Kapt. Johnson dan timnya pun pergi meninggalkan lokasi. Alex pun mengajak Connor untuk ikut mereka memasuki apartemen. Connor mengangguk dan mengikuti Alex dan Markus menuju lantai 17 apartemen tersebut, ke kamar tuan Gardner. Alex menekan bel pintu dan pintu pun terbuka. Muncullah seorang pelayan wanita yang merupakan seorang Andro-Human bernomor seri WB200.

"Selamat datang di kediaman keluarga Gardner. Ada yang bisa saya bantu?" sapa wanita itu.

"Kami dari kepolisian Detroit ingin menemui tuan Russel Gardner." Alex menunjukkan kartu identitasnya.

"Maaf, tuan Gardner sedang tidak ada di apartemen. Beberapa jam lagi mungkin pulang. Apakah anda ingin menunggu di dalam?" ucap wanita itu sembari menawarkan.

"Boleh, tidak masalah," jawab Alex.

Wanita itu mempersilakan Alex, Markus, dan Connor masuk dan diarahkan ke ruang tamu yang cukup besar, lalu duduk di sofa yang empuk. Wanita itu terlihat membungkuk dan menawarkan minuman. "Aku akan segera menyuguhkan minuman." Ia langsung pergi.

Alex, Markus, dan Connor menunggu kedatangan tuan Gardner. Beberapa menit kemudian, wanita tadi mengantarkan minuman untuk mereka. Ia menyuguhkan secangkir teh untuk Markus. Lalu ia berdiri di dekat kursi sofa. Sembari menunggu, Connor berbicara dengan wanita itu.

"Sudah berapa lama kau menjadi pelayan tuan Gardner?" tanya Connor.

"Sudah sekitar tiga tahun delapan bulan," jawab wanita itu.

"Siapa namamu?" tanya Connor.

"Namaku Jade," jawab wanita itu.

"Selain melayani tamu, apa saja yang kau lakukan selama menjadi pela-"

"Sudahlah, Connor! Kau mulai membuatku gila," sela Markus yang memotong perkataan Connor.

Connor langsung diam setelah Markus membentaknya. Empat puluh menit kemudian, tuan Gardner pulang. Jade langsung menghampiri dan memberitahu bahwa ia memiliki tamu untuk tuannya. Tuan Gardner mengangguk dan langsung mendatangi tamunya. Alex, Markus, dan Connor pun berdiri saat melihat tuan Gardner dan menyalami tangannya. Tuan Gardner mempersilakan mereka duduk kembali. Jade menghampiri tuannya dan bertanya, "Tuan, anda ingin minum apa?"

"Seperti biasa saja, kopi susu," jawab tuan Gardner.

"Baik, akan segera saya buatkan!" kata Jade yang langsung pergi.

Tuan Gardner duduk di sofanya dan menoleh ke arah Alex dan bertanya, "Ada apa kalian mencari saya?"

"Sebelumnya, kami ingin memperkenalkan diri. Saya Alex, ini Inspektur Markus Harris, dan ini Connor. Kami datang kemari ingin menanyakan beberapa hal kepada anda," jelas Alex.

"Baik, apa yang ingin kalian tanyakan?" tanya tuan Gardner.

"Apakah anda mengenal tuan Harry dan Tuan Gerald?" tanya Alex.

"Tentu saja aku mengenal mereka. Mereka adalah kawan saya. Aku merasa sedih saat mendengar kabar kematian mereka." Tuan Gardner terlihat murung.

"Anda tahu bagaimana mereka tewas?" tanya Alex.

"Tentu, mereka meninggal karena dibunuh. Aku membacanya di koran," jawab tuan Gardner.

"Berdasarkan hasil penyelidikan kami, kedua kawan anda dibunuh oleh seorang penembak misterius yang dibayar oleh senator Smith. Menurut penyelidikan kami, ia juga akan membunuh anda malam ini. Sebenarnya saya penasaran, apa yang sebenarnya sedang terjadi antara anda, dua korban, dan senator Smith?" jelas Alex.

"Apa?! Ia akan membunuhku?!" Tuan Gardner terkejut dan mulai mengingat kembali. "Sebenarnya ini sudah terjadi cukup lama. Saya bersama empat orang rekan saya diundang oleh senator Smith untuk membicarakan rencana senator untuk membangun markas militer rahasia di luar kota Detroit. Namun kami semua saat itu menolaknya karena tidak adanya izin dari militer Amerika Serikat. Senator tetap berpegang pada pendiriannya dan kami pun bersikukuh menolaknya. Hingga akhirnya, senator Smith marah dan mengusir kami. Kami pun pergi dengan perasaan kesal. Beberapa bulan kemudian, saya mendapatkan kabar kematian tuan Harry." Tuan Gardner menjelaskannya panjang lebar.

Alex pun mencerna penjelasan tuan Gardner dan mulai menarik kesimpulan. "Menurut saya, senator melakukan itu agar tidak ada lagi yang menghalanginya dari mewujudkan rencananya itu. Tapi saya masih penasaran, mengapa ia ingin membangun markas militer?" kata Alex.

"Aku tidak tahu. Beliau tidak memberitahukannya. Itu juga menjadi alasanku dan rekan-rekanku menolak pembangunan tersebut." Tuan Gardner mengungkapkan semua.

Alex mulai berpikir. Ia ingin mencari jawaban dari pertanyaannya sendiri. Markus pun mengatakan sesuatu yang membuat semua orang terkejut. "Aku rasa senator membangun markas militer bukan untuk kepentingan negara bagian, tapi untuk kepentingan pribadi," jelas Markus.

"Mengapa kau berkata begitu?" tanya Alex.

"Aku berpikir, bisa saja jika itu untuk kepentingan pribadi. Beliau tidak meminta perizinan pembangunan dan bahkan ia marah saat semua orang menolak rencana tersebut. Aku juga berpikir ia membangun markas itu untuk orang lain," jelas Markus.

"Orang lain? Siapa?" tanya Alex.

"Aku tidak tahu. Aku hanya menduganya," jawab Markus.

Alex kembali mengambil makna dari kata-kata Markus. Lalu ia menoleh ke arah tuan Gardner. "Kami akan menyelidiki lebih lanjut perihal senator. Tapi saat ini kita harus menyelesaikan masalah sang penembak misterius ini." Alex menjelaskan.

"Anda ada rencana?" tanya tuan Gardner.

"Aku memiliki rencana, dan kalau kita berhasil, kita bisa menangkap penembak itu," jawab Alex.

Semua orang mengangguk dan tuan Gardner mengajak mereka ke ruang khusus untuk membicarakan rencana yang akan mereka eksekusikan malam ini.

***

Lofts of Merchant Row
Woodward Avenue, Detroit
20 September 2045
19.54

Suhu udara malam cukup dingin, dengan hembusan angin dingin yang sangat menggigit, Alex sedang berdiri di atap sebuah gedung di seberang apartemen Lofts of Merchant Row, mengawasi sekitar, Markus berdiri di depan apartemen guna mengamati orang-orang yang mencurigakan, dan Connor sedang berada di ruang kerja tuan Gardner. Alex menunggu waktu yang tepat untuk menangkap sang penembak.
Alex mengaktifkan pemindai pada matanya dan menemukan seorang pria yang membawa sebuah koper berisi senapan runduk jenis AR-15, sedang berada di atap sebuah gedung di seberang apartemen. Ia terlihat sedang meletakkan kopernya dan membukanya. Ia mengambil senapannya dan mulai membidik sasaran. Alex menggunakan kesempatan itu untuk bergerak, melompati gedung menuju sang penembak. Saat sedang membidik, sang penembak bingung, target tidak ada di tempat yang telah diprediksi.

Alex pun sampai dan langsung memanggil nama sang penembak. "Vincent Young!" seru Alex.

Sang penembak terpanggil dan langsung menoleh ke arah Alex. "Hei, siapa kau?! Apa yang kau lakukan?!" tanyanya.

"Tentu saja, ingin menangkapmu," jawab Alex.

Vincent membalikkan badannya ke arah Alex, dengan senapan yang ia pegang di depan perutnya. "Menangkapku? Itu pasti sebuah lelucon," katanya.

"Untuk apa aku bercanda? Aku bersungguh-sungguh," sahut Alex, "Lagipula aku sudah tahu rencanamu untuk membunuh tuan Gardner. Sekarang kau lihat, tuan Gardner sama sekali tidak ada di sana." Alex mulai berjalan menghampiri Vincent.

Vincent menghentikan langkah Alex dengan mengacungkan senapannya. "Berhenti disana, atau aku akan menembakmu!" bentak Vincent.

Alex melihat senapan AR-15 yang mengacung ke arahnya dan siap untuk memecahkan kepalanya. "Dengar, aku sama sekali tidak bersenjata. Bahkan pistol-ku tertinggal di mobil. Mungkin akan lebih baik jika kita bertarung secara adil dengan tangan kosong," kata Alex.

"Hah, aku tidak ingin mengotori tanganku hanya untuk beradu fisik denganmu," ucap Vincent yang menolak saran Alex.

Alex mencoba berjalan maju, namun Vincent masih terus membidiknya. Saat melihat dengan seksama, Vincent langsung mengenali jati diri Alex. "Kau Andro-Human?" tanyanya.

"Seperti yang kau lihat," jawab Alex.

Vincent mulai meregangkan bidikannya dan tertawa kecil. "Hah, percuma saja aku menembakmu. Kau sendiri tidak hidup," ucap Vincent.

Mendengar perkataan itu, Alex perlahan menggerakkan tangan kirinya ke saku belakang celana dan merogoh sebuah pistol pelumpuh di dalamnya. Vincent memergoki perbuatan Alex dan kembali mengacungkan senapannya. "Apa yang sedang kau lakukan?!" Vincent menaikan nada bicaranya.

Tangan Alex pun berhasil memegang pistol yang ia bawa dan siap menariknya. "Aku hanya menggaruk pinggangku yang gatal," jawab Alex.

"Gatal? Andro-Human tidak bisa merasakan gatal. Kau tidak bisa membodohiku seperti itu," ujar Vincent.

"Aku juga berpikir demikian." Alex langsung menarik pistol dari sakunya dan menembak kaki kiri Vincent. Vincent pun terkejut dan memegang kakinya yang terluka. Alex mulai berlari dan mengambil senapan Vincent, lalu memukulnya dengan sangat keras hingga Vincent terdorong.

Vincent pun jatuh dengan kepala yang sedikit terbentur. Ia berusaha untuk lari dengan kakinya yang pincang. Alex pun berlari dengan cepat dan melompat ke arahnya, membuat Vincent jatuh tersungkur. Alex langsung memborgol tangan Vincent.

"Hei, lepaskan aku!!" seru Vincent.

Alex pun mengeluarkan PDA dan menghubungi Markus untuk meminta bantuan. "Pelaku telah dibekuk. Segera hubungi kepolisian pusat!!" perintah Alex.

***

Bersambung ...
(Next chapter: Pengejaran)

+++

Sejauh ini sepertinya ane belum menyapa pembaca.

Ini adalah salah satu karya pertamaku, setelah vakum selama 1 tahun. Aku harap kalian suka.

Bagian ini adalah chapter terpanjang dalam cerita ini, sekitar 3100-an kata (chapter yg lain dibawah 3000 kata).

- V4IPrastomo

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro