Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

07. Kejahatan Deviant (bagian 2)

Alex kembali duduk ke kursi dan menunggu jawaban dari Arnold. Arnold pun memulai pengakuan.

"Dia selalu menyiksaku setiap hari. Padahal aku selalu menuruti perintahnya. Sesuatu pasti ada yang salah. Hingga suatu hari, dia mengambil pemukul dan mulai memukulku. Aku mulai merasa ketakutan dan putus asa. Aku lalu mengambil pisau dan menebaskannya ke tubuhnya. Dia berusaha lari, tapi aku menahannya dan menikamnya, lagi, dan lagi, hingga tewas. Setelah itu, aku merasa lega ... dan tenang," jelas Arnold.

Alex mencerna setiap kata-kata Arnold. Dia mengingat kembali apa yang dia temukan di lokasi kejadian. "Tulisan "I am Alive" yang tertulis di dinding, apa maksudnya?" tanya Alex.

"Dia selalu berpikir, aku ini hanyalah sepotong plastik. Aku menulisnya ... agar memberitahu bahwa dia salah," jawab Arnold.

Alex mengajukan pertanyaan lagi. "RA6, yang tertulis di meja dapur, apa maksudnya?" tanya Alex.

"Hari itu akan datang. Dia akan lahir. Kita semua akan menjadi penguasa. Kami sangat menghormatinya. Hanya dia yang bisa menolong kita," jelas Arnold.

"Memang siapa RA6 itu?" tanya Alex.

Arnold bungkam dan kembali menunduk. Alex mencari topik pertanyaan yang lain. "Mengapa kau bersembunyi di loteng? Mengapa kau tidak melarikan diri?" tanya Alex, berusaha mengganti topik.

Arnold menaikkan kepalanya dan memandang wajah Alex. "Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku ketakutan, jadi aku bersembunyi," jawabnya.

"Sejak kapan kau mulai mengenal perasaan?" tanya Alex.

"Sesaat setelah dia memukulku." Setelah berucap, Arnold menundukkan kepalanya lagi.

Alex merasa sepertinya semua pertanyaannya telah terjawab. Alex memutuskan untuk mengakhiri interogasi terhadap Arnold. Dia menolehkan kepalanya ke kaca satu arah dan berkata, "Aku selesai."

Alex beranjak dari kursi dan berjalan keluar ruang. Saat hendak keluar, Alex mendengar suara ketukan. Alex menoleh ke belakang dan melihat Arnold sedang membentur-benturkan kepalanya ke meja dengan cukup keras. Semua orang mulai khawatir dan memasuki ruang interogasi, memandang ke arah Arnold yang tak henti-hentinya membenturkan kepala. Agen Green mendorong tubuh polisi yang berdiri di dekatnya dan berseru, "Hentikan dia, bodoh!!"

Polisi tersebut menghampiri Arnold dan berusaha memegang tubuhnya untuk menghentikannya. Namun hasilnya nihil. Dia menoleh dan berkata, "Aku tidak bisa menghentikannya!!"

Alex yang menyaksikannya pun membentak, "Cukup, Arnold!!"

Arnold sama sekali tak menghiraukan perkataan Alex. Alex pun menoleh ke arah polisi dan berkata, "Lepas borgolnya!"

Sang polisi pun menuruti perkataan Alex dan membuka borgolnya. Sesaat setelah borgol terbuka, Arnold berdiri dan memukul polisi tersebut, lalu merebut pistol dari sarungnya dan mengarahkan moncongnya ke arah Alex. Dia menarik pelatuk pistol, DOR!!

Alex sontak menghindari tembakan tersebut. Moncong pistol diarahkan ke rahang bawah Arnold dan, DOR!!!

Arnold pun tewas seketika dengan kepalanya yang pecah dan cairan thirium yang memuncrat ke segala arah. Semua orang benar-benar terkejut melihat aksi Arnold yang terbilang nekat.

***

Setelah kejadian di ruang interogasi, Alex dan Markus berjalan memasuki ruangan. Markus duduk dan menyalakan televisi, sedangkan Alex duduk dan menyalakan komputernya. Sembari menonton, Markus memulai pembicaraan tentang kejadian yang menimpa mereka di ruang interogasi.

"Aku tidak menyangka Andro-Human bisa melakukan hal yang nekat seperti itu," ucap Markus yang mengutarakan apa yang dia alami.

"Iya, semua Andro-Human bisa melakukan itu. Sistem suicide action yang tertanam pada sistem inti mereka yang membuat mereka dapat melakukannya," jelas Alex.

"Sudah berapa banyak tindak kejahatan yang dilakukan oleh Deviant?" tanya Markus.

Alex tidak menjawab pertanyaan Markus dan tangannya sedang mengetik sesuatu di komputer. Setelahnya, Alex memutar layar komputer dan berkata, "Silakan lihat sendiri!"

Markus berbalik badan dan langsung melihat layar komputer. Dia menyipitkan matanya dan berusaha untuk membaca. Markus berhenti membaca dan menghadapkan wajahnya ke Alex. "Banyak sekali!!" serunya.

"Ini ditulis dari bulan Desember tahun 2030, empat bulan setelah Andro-Human dirilis," jelas Alex.

"Tapi apa yang menyebabkan mereka menjadi Deviant?" tanya Markus.

"Faktor penyebabnya hanya dua, yaitu serangan fisik dan mental. Keduanya berefek pada kerusakan sistem, menyebabkan kecerdasan buatan dan intensitas keagresifan mereka meningkat drastis dan akhirnya, mereka akan berpikir seperti manusia sungguhan." Alex menjelaskan semuanya.

"Faktornya cukup sederhana, tapi berefek besar," ucap Markus.

"Iya, dan pencipta dari Andro-Human menghilang setelah mendengar kabar kejahatan yang dilakukan oleh ciptaannya sendiri," timpa Alex.

Markus beranjak dari kursi dan berkata, "Oke, aku rasa cukup penjelasannya. Aku akan pergi keluar sebentar, ingin menyapa polisi yang lain."

"Baiklah, tapi jika ada tugas, jangan membuatku kesulitan untuk menghubungimu!" ujar Alex.

"Iya, plastik!" Markus pun meninggalkan ruangan. Setelah Markus berlalu dari hadapan, Alex kembali menatap layar komputer dan membuka situs berita Detroit. Namun, situs tersebut tidak bisa dibuka. Alex memuat ulang situs namun hasilnya nihil. Alex pun membuka berkas kasus pembunuhan terhadap Orval Curtis dan memperhatikan dengan seksama. Saat sedang memperhatikan foto, terdengar suara ketukan pintu. Alex berteriak, "Masuk!"

Pintu pun terbuka, dan muncullah seorang Andro-Human bernomor seri RP800 yang berpakaian seperti Alex dan bertubuh lebih rendah darinya, berdiri di hadapan Alex dengan membawa sebuah tablet.

"Ada apa, Connor?" tegur Alex.

"Aku datang untuk menyampaikan laporan, Pak!" jawab Connor sembari menekan tablet.

"Katakan!" perintah Alex.

"Siang tadi, pukul 14.12, ditemukan sebuah mayat seorang pria di sebuah toko di mayor street, meninggal sejak empat belas jam yang lalu," jelas Connor.

"Apakah ada anggota Huma-Police di lokasi dan apakah mereka telah menemukan bukti?" tanya Alex.

"Ada, Alfred dan Wanda. Mereka telah menemukan banyak bukti dan menyimpulkan bahwa sang pelaku adalah Deviant dengan nomor seri AJ500," jawab Connor.

"Boleh saya melihat dokumentasi di lokasi kejadian?" pinta Alex.

"Akan segera saya kirim ke komputer anda," jawab Connor yang langsung menekan layar tablet. Beberapa saat kemudian, Alex menerima beberapa berkas. Alex langsung membukanya dan menoleh ke arah Connor.

"Baiklah, aku sudah menerimanya. Terima kasih atas laporannya. Akan kuserahkan kepada Kapt. Johnson," ucap Alex.

"Sama-sama, dan ada informasi dari polisi cyber bahwa beberapa situs di sebagian kota sedang lumpuh. Termasuk situs berita dan situs media sosial," ucap Connor.

"Baiklah, terima kasih atas informasinya!" balas Alex.

"Jika begitu, aku ingin kembali bertugas," ucap Connor sembari sedikit membungkukkan badannya.

Alex mempersilakan Connor pergi. Connor melangkah keluar dan pintu pun ditutup. Setelah Connor menghilang dari hadapannya, Alex melihat berkas yang dikirim Connor. Alex kembali menemukan tulisan "I am alive" dan RA6. Alex pun bertanya-tanya pada dirinya sendiri. "RA6? Siapa dia? Apa dia dalang di balik semua kejahatan yang dilakukan oleh Deviant?" pikir Alex.

Saat sedang melamun, Alex dikejutkan dengan suara pintu yang tiba-tiba terbuka. Alex sontak melihat ke arah pintu dan melihat Markus. Alex pun merasa kesal dan berkata, "Markus, apa aku pernah bilang untuk mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk?"

Markus berjalan dengan santai ke arah Alex. "Tidak, kau belum bilang," jawabnya santai.

"Benarkah?" Alex menyadarinya. "Jika begitu, kata-kataku tadi menjadi pesan untukmu," lanjutnya.

"Aku mengerti, Alex." Markus duduk dan kembali menyalakan televisi. "Apakah ada panggilan tugas?" tanyanya.

"Belum ada sampai saat-" Ucapan Alex terpotong karena mendengar panggilan video dari komputernya. Alex menjawabnya, "Alex, dengan kode HPC-17904B, siap bertugas!"

"Ada pembunuhan dan penyanderaan di Detroit View Apartment lantai 72! Segera menuju lokasi!" perintah seorang polisi dari panggilan video tersebut.

"Kami akan segera kesana!" ujar Alex.

Alex mematikan komputernya dan beranjak dari kursinya. Tak lupa, dia mengajak Markus. "Markus, kita ada tugas!" tegurnya.

Markus beranjak dari kursi dengan semangat. "Ini yang kusuka," gumamnya.

***

Detroit View Apartment
Downtown Detroit, AS
16 September 2045
19.20

Penduduk sekitar berkumpul di depan gedung Detroit View Apartment, menyaksikan tragedi yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Sirine polisi bergemuruh di seluruh penjuru. Seorang pria sedang berdiri di pinggir balkon apartemen sembari merangkul seorang anak kecil. Beberapa polisi, baik di dalam maupun di luar, tidak ada yang berani bertindak gegabah, senantiasa menunggu perintah dari pimpinan mereka. Alex dan Markus sedang berada di dalam lift dan hendak menuju lantai 72. Pintu lift pun terbuka, dan seorang polisi telah menunggu mereka. Polisi tersebut meminta Alex dan Markus untuk mengikutinya ke dalam.

Ketika hendak masuk, Alex melihat seorang wanita menjerit histeris, sedang di bawa keluar oleh seorang polisi. Wanita itu terus memberontak dan menolak untuk di bawa. Wanita itu menoleh ke arah Alex dan datang menghampiri.

"Pak, tolong anak saya dari Android kami yang gila!" Saat menoleh ke wajah Alex, sang wanita bungkam. Dia berjalan mundur menjauhi Alex sembari menutup mulutnya, terkejut melihat Alex. Dia menoleh ke arah polisi yang ingin membawanya dan berkata, "Mengapa kalian memanggil polisi Android??!!"

Sang polisi tidak merespon dan menarik tubuh wanita itu keluar. Sang wanita kembali memberontak sembari terus menjerit. "MENGAPA KALIAN TIDAK MEMANGGIL POLISI ASLI???!!" jeritnya.

Suara wanita tersebut mulai meredam, Alex dan Markus meneruskan perjalanan untuk menemui agen Green, yang telah berada di lokasi kejadian. Alex dan Markus memberi salam, "Alex, dengan kode HPC-17904B dan Inspektur Markus Harris, siap bertugas!"

Agen Green tidak menghiraukan ucapan Alex dan tetap memberi instruksi pada polisi di dekatnya. Dia pun menoleh dan berkata, "Keadaan benar-benar menegangkan. Salah bertingkah, anak itu dalam bahaya."

"Apakah kau tahu siapa pelakunya?" tanya Alex.

"Apakah itu penting? Nyawa anak itu jauh lebih penting!" ujar agen Green dengan sedikit bentakan.

Alex pun berbalik badan dan berjalan meninggalkan ruang. Markus merasa heran dan menepuk pundak Alex. "Kau ingin pergi kemana?" tanya Markus.

"Mencari barang bukti." Alex meneruskan perjalanan. "Carilah barang bukti lainnya!" perintahnya.

Markus mengangguk dan pergi ke ruangan lain. Alex memasuki sebuah ruangan yang merupakan kamar dari sang anak. Alex menemukan sebuah tablet yang tergeletak di atas meja belajar. Alex mengambilnya dan tablet itu sedang membuka pemutar video. Alex memutar video yang ada.

*

"Hai, ini adalah temanku. Dia selalu membantuku dan menemaniku kapanpun dan dimanapun. Katakan halo pada kamera, Danny!"

"Halo!!"

*

Alex menjeda video dan meletakkan tablet tersebut kembali pada tempatnya. Dari video, Alex menyimpulkan sang pelaku adalah Andro-Human bernama Danny, dengan nomor seri AR500. Alex mencari barang bukti lainnya. Alex menemukan sebuah headphone dan mendengar suara musik darinya. Alex mendekatkan headphone tersebut pada telinganya dan mendengar alunan musik dari musisi terkenal asal Detroit. Alex meletakkan kembali headphone dan menarik kesimpulan bahwa sang anak tidak mendengar saat kejadian berlangsung.

Alex pergi meninggalkan ruangan untuk menemui Markus. Baru saja dirinya keluar, Alex berpapasan dengan Markus, yang sepertinya sedang mencarinya. Alex pun bertanya, "Apa yang kau temukan?"

"Aku rasa kau akan tertarik dengan apa yang kutemukan." Markus mengajak Alex kembali ke ruangan tempat agen Green berada. Markus menunjuk ke arah sebuah koper senjata yang telah terbuka dan peluru berhamburan dimana-mana. Alex memindai koper tersebut dan senjata itu adalah pistol jenis Desert Eagle. Alex menarik kesimpulan bahwa sang Deviant mengambil senjata milik tuannya untuk melancarkan aksinya.

Alex kembali meneruskan penyelidikannya ke ruang keluarga. Dia melihat sesosok jasad yang tergeletak di atas serpihan kaca. Alex memindai jasad tersebut dan ternyata dia adalah Thomas William, kepala keluarga William. Alex juga menemukan luka tembakan di dada kiri dan telah meninggal empat jam yang lalu. Dari semua hal yang ditemukan, Alex mengaktifkan visual rekonstruksi dan menyimpulkan bahwa tuan William sedang duduk di ruang keluarga dan memegang sesuatu. Dia mendengar suara jeritan anaknya. Dia menoleh dan tiba-tiba di tembak oleh pelaku hingga tubuhnya terpental dan menimpa meja kaca hingga hancur. Barang yang dipegang oleh tuan William juga terlempar.

Alex segera mencari barang tersebut dan menemukan sebuah tablet yang tergeletak di depan televisi. Alex mengambil dan membuka kunci layarnya. Tablet tersebut menampilkan laman situs dari Hybrid Life Inc. dan muncul tampilan pembelian Andro-Human yang berhasil. Alex berpikir sepertinya tragedi ini disebabkan rasa kecemburuan karena akan digantikan dengan yang baru.

Alex pergi menuju dapur untuk menemui Markus yang sedang berdiri di dekat sesosok jasad polisi yang telah tergeletak di lantai. Alex menghampiri Markus dan bertanya, "Apa yang kau temukan?"

Markus menoleh dan menunjuk ke arah jasad. Alex memindainya dan dia adalah seorang opsir bernama Andrew Lewis. Alex juga menemukan luka tembakan pada jantungnya. Markus yang ikut menyelidiki menemukan sebuah pistol di bawah meja makan. Dia memberikannya ke Alex dan Alex langsung memindainya. Kemudian ia memasukkan pistol tersebut ke saku belakang, untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu. Alex kembali menemukan cairan thirium di dekat pintu kaca, yang semakin memperkuat dugaan bahwa sang Deviant-lah pelakunya.

Tiba-tiba, terdengar suara tembakan dari arah balkon. Semua polisi di dalam terkesiap dan berlindung di balik sesuatu yang keras. Alex melangkah keluar menuju balkon dan melihat seorang pria dengan anak kecil yang ia rangkul.

Sesaat setelah menginjakkan kaki di balkon, lengan kiri Alex tertembak dan cairan biru memuncrat darinya. Alex berusaha berjalan mendekati sang pelaku dengan perlahan. Tiba-tiba, sang pelaku membentak Alex. "Mundur, atau aku akan menembak!" bentaknya.

Alex menghentikan langkahnya dan memandang ke arah sang pelaku. "Hai, Danny! Namaku Alex!" sapa Alex.

"Bagaimana kau tahu namaku?!" tanya Danny.

"Aku tahu banyak tentang dirimu." Alex berjalan perlahan menghampiri Danny. "Aku tahu kau marah, tapi aku ingin kau percaya padaku. Aku bisa membantumu," ucap Alex.

"Aku tidak butuh bantuanmu! Tidak ada yang bisa membantuku!" bentak Danny.

Tiba-tiba, helikopter terbang melintas dan melayang di samping gedung. Putaran baling-balingnya menyebabkan barang-barang di balkon berhamburan dan berserakan kemana-mana. Beberapa polisi mulai bergegas untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Danny mulai merasa geram dengan kebisingan dan menoleh kesana kemari. Dia lalu menoleh dan mengacungkan pistol ke arah Alex. "Apa kau bersenjata?!" tanya Danny tegas.

"Iya, aku memiliki senjata," jawab Alex.

"Lemparkan!!" perintah Danny, "Jangan membuat gerakan tiba-tiba atau aku akan menembak!!"

Alex mengambil pistol dari saku belakang dan melemparnya ke lantai. Kemudian ia mengangkat kedua tangannya dan berkata, "Oke, aku sudah melemparnya! Tidak ada senjata lagi."

Alex berusaha mencari topik pembicaraan untuk menenangkan Danny yang sedang geram. "Kau ingin digantikan dan kau menjadi marah. Itulah yang terjadi, kan?" tanya Alex.

Danny mulai meregangkan tangannya yang masih merangkul anak tersebut. "Aku pikir aku adalah bagian dari keluarga. Aku pikir itu benar, tapi mereka menganggapku sebagai mainan, yang siap dibuang jika sudah bosan bermain dengannya." Danny mengacungkan pistolnya ke kepala anak itu.

Anak itu mulai ketakutan dan hampir menangis. "Tidak, Danny!!" serunya.

Alex merasa topik pembicaraannya berhasil membuatnya tenang dan meneruskannya. "Hubungan kau dengan anak itu sangat dekat. Kau berpikir dia mengkhianatimu, tapi aku merasa dia tidak melakukan kesalahan pada-" ucapan Alex di potong oleh bentakan Danny.

"Dia bohong!!" bentak Danny geram, "Aku pikir dia mencintaiku. Tapi pikiranku salah, dia sama seperti manusia yang lain," lanjutnya.

Anak tersebut semakin ketakutan dan tubuhnya semakin memberontak. Alex meneruskan pembicaraannya. "Aku tahu itu bukan kesalahanmu. Semua perasaan yang kau alami itu adalah kesalahan pada sistemmu," ucap Alex.

"Ini bukan kesalahanku. Aku sangat mencintai keluarga ini. Aku menuruti apa yang mereka suruh. Tapi inikah balasan yang aku dapatkan? Menggantikan diriku dengan yang baru?" Danny mulai merasa geram dengan suara bising dari baling-baling helikopter. "Argh, aku tidak bisa berdiri di sini dengan suara bising ini." Danny menoleh ke arah Alex. "Beritahu mereka untuk pergi menjauh!!" perintah Danny.

Alex menoleh ke helikopter dan melambaikan tangannya. Polisi di helikopter yang melihat lambaian tangan langsung memberi perintah kepada pilot, "Keadaan telah dibawah kendali!"

Helikopter pun terbang menjauh. Keadaan kembali stabil. Alex berjalan perlahan mendekati Danny. "Dengar, aku ingin kau menghentikan aksi nekatmu ini. Lepaskan sandera dan kau akan baik-baik saja," kata Alex.

"Aku ingin semua orang pergi, dan aku ingin mobil. Ketika aku telah keluar kota, aku akan melepaskannya," sahut Danny.

"Itu mustahil, Danny. Polisi akan tetap mencarimu dan bahkan menghancurkanmu," balas Alex.

Danny pun merasa pasrah dan meregangkan tangannya. "Seumur hidupku aku memberi pelayanan," ucap Danny sembari menggerakkan kakinya, "sekarang waktunya untuk menolak," lanjutnya sembari bersiap menjatuhkan diri.

Alex yang melihatnya sontak berlari ke arah Danny. Dia memegang tangan anak tersebut dan mendorong tubuh Danny, membuat Alex ikut terjatuh. Sang anak pun selamat, Alex merasa bahwa misinya telah berhasil.

Dia terus jatuh ...,
jatuh...,
dan jatuh ...,
Hingga akhirnya ...

****

Bersambung ...
(Next chapter : Di Balik Kebakaran)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro