03. Penyelidikan (bagian 2)
Sesampainya, Alex dan Markus menuju meja resepsionis dan melapor. "Alex, dengan kode HPC-17904B, meminta ijin mengambil barang bukti di ruang barang bukti!" kata Alex tegas.
Polisi di meja resepsionis menoleh. "Silakan, Alex!" balas Polisi tersebut.
Alex dan Markus berjalan menuju ruang barang bukti yang berada di lantai 2. Alex masuk dan mencari barang yang di rampok oleh Freddy Hanson tadi. Setelahnya, Alex keluar dari ruangan. Markus yang menunggu di luar menghampirinya. "Apa yang kau ambil?" tanya Markus.
Alex menunjukkan sebuah kartu Millenium, lalu mereka berjalan menuju ruang kerja Alex. Alex memasukkan Kartu Millenium tersebut ke alat pemindai. Kemudian ia dan Markus duduk dan mengeceknya lewat komputer. Hasil pengecekan menunjukkan nomor seri kartu, nama pemilik, nomor rekening, jumlah saldo sisa, jumlah saldo masuk dan keluar, dan status kartu. Saat Alex melihat status kartu, Alex terkejut karena status kartu tersebut RUSAK. Alex menunjukkannya ke Markus.
"Markus, Lihat!" Alex memutar layar monitor. "Kartu ini telah rusak," lanjutnya.
"Rusak? bagaimana bisa?" tanya Markus.
"Aku akan melakukan pemindaian mendalam terhadap kartu. Proses ini mungkin akan memakan waktu yang lama," jelas Alex.
"Baiklah," Markus beranjak dari kursi, "sembari menunggu, aku akan pergi keluar sebentar, hendak mencari kopi. Jika kau butuh sesuatu, panggil saja aku," lanjutnya.
Alex mengangguk. Markus pun pergi meninggalkan Alex sendirian. Alex kembali memikirkan mengapa Black-Jack menyuruh orang untuk merampok orang-orang kaya. Alex sebenarnya merasa curiga dengan kartu Millenium, mengingat semua korban membawanya saat kejadian dan status kartunya rusak. Namun Alex harus menunggu hasil pemindaian mendalam terhadap Kartu tersebut.
Akhirnya, pemindaian telah selesai. Alex langsung memeriksanya dan ternyata, Kartu tersebut telah di sisipkan sebuah program malware. Alex memindai program tersebut dan menemukan bahwa program tersebut di buat atas nama Black-Jack. Alex pun mulai menemukan titik terang dari kasus perampokan ini.
Beberapa saat kemudian, Markus masuk dengan membawa secangkir kopi. Alex meliriknya. "Markus, jangan membawa secangkir kopi ke ruanganku! Di sini banyak barang elektronik," ucap Alex menasehati Markus.
Markus duduk dan meletakkan cangkir kopi di atas meja. "Tenang saja, Alex. Tidak akan tumpah," Markus melihat ke monitor, "oh, apakah pemindaiannya telah selesai?" tanyanya.
"Sudah, dan hasilnya di dalam kartu tersebut terpasang sebuah program malware. Program ini membuat kartu memancarkan gelombang berfrekuensi rendah. Saat gelombang mendekati jam tangan Freddy, jam tangan tersebut mendeteksi adanya gelombang dari kartu tersebut. Kemudian, jamnya berbunyi, tanda Freddy harus segera beraksi," jelas Alex.
"Penjelasan yang bagus." Markus bertepuk tangan. "Tapi apa tujuan Black-Jack merampok kartu-kartu Millenium?" tanya Markus.
"Sampai saat ini, aku belum sanggup menjelaskan pertanyaan tersebut," jawab Alex sembari bersandar.
"Hhmm ...," Markus meminum kopinya. "Jika seandainya kita tahu siapa rekan Black-Jack, kita bisa bertanya padanya," ucap Markus.
Alex mendapat ide. "Kau benar, Markus. mengapa tidak terpikirkan olehku?!" ujar Alex.
"Ada apa?" tanya Markus.
"Aku baru ingat bahwa kemarin, aku telah menangkap dua orang penjahat yang di sinyalir adalah rekan kerja Black-Jack. Ayo kita ke lembaga pemasyarakatan sekarang!" ucap Alex sembari mengajak Markus.
"Sekarang? apa tidak terlalu malam?" tanya Markus.
"Kalau kita terus mengulur waktu, penjahat bisa saja bergerak duluan. Alangkah baiknya jika kepolisian yang bergerak lebih dulu," jelas Alex.
Alex dan Markus pun bergegas menuju lembaga pemasyarakatan.
¤
Lembaga Pemasyarakatan
Detroit, AS
15 September 2045
19.12
Alex dan Markus sampai di Lembaga Pemasyarakatan Detroit, lembaga penjara yang terkenal dengan sistem keamanannya yang super ketat. Bahkan untuk masuk ke dalam harus memiliki ijin dari kepolisian. Alex dan Markus langsung masuk dan menghampiri meja resepsionis.
"Alex, dengan kode HPC-17904B dan Inspektur Markus Harris dari kepolisian Lansing, mohon ijin memasuki ruang interogasi!" ucap Alex dengan nada tegas.
Polisi di meja resepsionis menoleh. "baik, aku ijinkan!" ucap polisi tersebut.
Dia menoleh ke arah dua polisi yang sedang berdiri di dekat pintu masuk dan menegurnya, "David dan Ferry, kemari!"
Dua polisi yang di panggil David dan Ferry datang menghampiri meja resepsionis.
"Kalian berdua, tolong antarkan Alex dan Inspektur Harris menuju ruang interogasi," perintah polisi tersebut.
David dan Ferry memberi hormat, lalu mulai melangkah. Alex dan Markus mengikutinya. Sesampainya, Alex dan Markus melihat orang yang telah mereka minta untuk di bawa ke ruang interogasi, Jacob Anderson, sedang di jaga oleh dua orang polisi Andro-Human. Melihat Alex dan Markus, dua polisi tersebut berinisiatif berjalan meninggalkan ruangan.
Setelah dua polisi tersebut keluar, Alex duduk dan memulai pembicaraan. "Jacob Anderson, penjahat internasional yang telah menjual senjata-senjata ilegal. Bekerja sama dengan anaknya, Adam Anderson dalam melancarkan aksinya. Selain itu, Jacob telah menyelundupkan narkotika ke benua afrika, melalui pelabuhan di Somalia dan ...."
Jacob memotong perkataan Alex. "Sudah cukup menjelaskan tentang diriku, langsung ke inti saja!" ucapnya.
"Baiklah, akan kumulai." Alex mendekatkan tubuhnya ke meja. "Sudah berapa lama kau bekerja sama dengan Black-Jack?" tanyanya.
Jacob tertawa mendengarnya. "Itu tidak penting bagimu, itu adalah rahasia pribadi," ujarnya.
"Jadi kau tidak ingin menjawabnya?" Alex menoleh ke arah Markus. "Markus, tolong ambilkan gergaji mesin di samping pintu!" pinta Alex.
Markus merasa bingung dengan permintaan Alex. "Gergaji mesin? untuk apa?" tanyanya.
"Ambil saja, nanti kau juga tahu. Hidupkan juga sekalian!" lanjutnya.
Markus berjalan keluar untuk mengambil gergaji mesin. Alex kembali menghadap Jacob. Jacob tampak ketakutan. "Gergaji mesin? apa yang ingin kau lakukan?! Kau ingin membunuhku?!!" tanyanya dengan nada ketakutan.
"Nanti kau juga tahu," jawab Alex.
Markus kembali dengan gergaji mesin yang menyala. Jacob mulai gemetar melihatnya.
"Aku sudah membawanya. Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Markus.
"Bawa kemari, lalu arahkan mata gergajinya ke wajah Jacob!" Alex melihat ekspresi wajah Jacob yang ketakutan. "Aku ingin lihat seberapa kuat dia menahan informasi yang dia tutupi," lanjutnya.
Jacob mulai ketakutan tidak karuan dan akhirnya dia menyerah. "Baiklah, aku akan menjawabnya!" serunya.
Alex mengisyaratkan Markus untuk mematikan gergaji mesin tersebut. Lalu Alex mempersilakan Jacob bicara.
"Aku tidak ingat berapa lama, tapi sudah cukup lama," jawab Jacob.
"Sekitar delapan tahun?" tanya Alex memberi pilihan.
"Iya, kurang lebih delapan tahun," ucap Jacob memperjelas.
"Selama delapan tahun, rencana apa saja yang ingin dilakukan oleh Black-Jack?" tanya Alex.
"Selama delapan tahun, dia masih melakukan aksinya, yaitu memperdagangkan senjata ilegal dan menyelundupkan narkotika." Jacob mengingat kembali. "Tapi, tiga tahun yang lalu, dia pernah bilang akan pindah ke Detroit dan membangun sebuah markas," lanjutnya.
"Dengan tujuan apa dan dimana markasnya?" tanya Alex tegas.
"Aku sama sekali tidak tahu dimana markasnya saat ini. Kami sudah putus kontak sejak tiga tahun lalu." Jacob mengingat kembali. "Tapi seingatku, dia bilang bahwa di Detroit, ada sebuah tempat bernama Jess & Kim, itu adalah sebuah pasar gelap internasional yang menjual alat-alat kejahatan. Itu saja," jelas Jacob.
Alex terdiam sejenak dan mengeluarkan sebuah tablet dan menunjukkan sebuah gambar. "Tolong jelaskan dokumen ini!!" pinta Alex tegas.
"Dokumen yang mana?" tanya Jacob.
"Dokumen yang berisi daftar senjata yang di pesan atas nama dirimu," jawab Alex.
"Oooh, dokumen itu! Itu adalah dokumen yang di kirim oleh Black-Jack untuk memberitahuku bahwa barang yang kupesan tidak bisa datang hari itu, tapi minggu depan," jelas Jacob.
"Itu berarti setelah beberapa tahun, akhirnya kau bisa berhubungan lagi dengan Black-Jack?" tanya Alex.
"Iya, kurang lebih seperti itu," jawab Jacob.
Alex terdiam lagi dan memainkan jari jemarinya. "Lalu apa kau tahu rencana Black Jack yang berhubungan dengan kartu Millenium?" tanya Alex.
"Kartu Millenium? kartu apa itu? aku baru mendengarnya," jawab Jacob yang tampak bingung.
Markus berjalan menghampiri Alex dan berbisik, "Aku rasa dia tidak tahu tentang rencana Black-Jack tersebut. Kartunya saja dia tidak tahu."
Alex menjawabnya dengan bisikan, "Aku yakin dia pasti menyembunyikan informasi lagi. Kita harus memastikannya."
Alex kembali menatap Jacob. "Jadi kau benar-benar tidak tahu kartu Millenium?" tanya Alex.
"Tentu saja, melihat bentuknya saja belum pernah," jawab Jacob dengan nada sedikit tinggi.
Alex pun beranjak dari kursinya. "Oke, aku rasa cukup pertanyaannya untuk saat ini. Terima kasih atas informasinya. Setelah ini, kau akan dikembalikan ke sel penjaramu," ucap Alex.
"Hhmm ..., sudah kuduga," gumam Jacob.
Alex menghubungi salah seorang sipir. "Kami sudah selesai dengan Jacob Anderson. Tolong bawa dia kembali ke sel penjara dan bawakan kami tahanan berikutnya!" perintah Alex.
...
Alex berusaha meminta informasi dari tahanan berikutnya, yaitu Jennifer Warren.
"Jadi Black-Jack mencuri kartu-kartu Millenium agar dia dapat bertransaksi di pasar Jess & Kim?" tanya Alex.
"Iya, itu yang kudengar darinya. Itu juga yang menjadi alasan Black-Jack pindah ke Detroit," lanjutnya.
"Selain itu, apa lagi yang kau tahu?" Alex meminta penjelasan tambahan.
"Setelah mencuri semua kartu Millenium, dia akan menggunakan sistemnya dan membuat kartu baru," jelas Jennifer.
Alex terdiam sejenak, lalu meneruskan pembicaraan. "Sebelum pindah ke Detroit, apakah Black-Jack sudah tahu tentang Jess & Kim?" tanya Alex.
"Iya, dia sudah tahu. Dia selalu membeli perlengkapannya di pasar tersebut. Dia punya seorang penjual yang telah akrab dengannya, yaitu Ronald McKenzie," jelas Jennifer.
"Itu berarti Black-Jack selalu membeli barang lewat Jess & Kim?" tanya Alex.
"Iya, seperti itu," jawab Jennifer singkat.
Alex terdiam sejenak dan berpikir, lalu dia meneruskan pembicaraan. "Apakah kau tahu di mana markas Black-Jack di Detroit ini?" tanya Alex.
"Aku tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Aku tidak tahu di mana," jawab Jennifer.
"Benarkah kau tidak tahu?" tanya Alex memastikan.
"Iya, sungguh. Aku tidak tahu di mana markas barunya," jelas Jennifer.
Alex terdiam kembali, lalu menoleh ke arah Markus yang sedang bersandar di dinding. Markus ikut menoleh dan terlihat mengantuk. Alex kembali menoleh ke arah Jennifer.
"Tolong beritahu kami di mana Jess & Kim!" perintah Alex.
"Baiklah." Jennifer memberitahu Alex di mana lokasi Jess & Kim dan Alex langsung mencarinya di E-Map (Sebuah perangkat GPS tracker). Alex langsung mengenali lokasinya. Alex memasukkan E-Map ke saku kemejanya dan beranjak dari kursi.
"Terima kasih atas informasinya!" Alex langsung berjalan keluar ruangan, diikuti oleh Markus.
Alex berjalan menuju ruang depan penjara untuk melapor. "Alex, dengan kode kepolisian HPC-17904B dan Inspektur Markus Harris, telah selesai melakukan interogasi! Terima kasih!" ucap Alex tegas.
"Baiklah, sama-sama!" jawab Polisi yang ada di meja resepsionis.
Alex dan Markus berjalan keluar gedung, menuju mobil mereka. Alex memasuki mobilnya dan mengeluarkan E-Map. Alex mengaturnya untuk menunjukkan sebuah lokasi. Markus bingung dengan apa yang di lakukan Alex. Dia pun bertanya, "Alex, kita ingin pergi kemana?"
Alex memakai sabuk keselamatan. "Kita akan pergi ke Jess & Kim untuk menemui Ronald McKenzie," jawab Alex.
"Jess & Kim? pasar gelap yang di beritahu oleh Jennifer?" tanya Markus.
"Iya," jawab Alex singkat.
Markus melihat E-Map dan sedikit terkejut. "Tapi Jess & Kim cukup jauh dari tempat kita berada. Apa nanti tidak terlalu malam?" tanyanya.
"Tidak, jika kita pergi sekarang!" Alex menghidupkan mobil.
"Baiklah." Markus tampak pasrah. "Tapi sebelum kesana, kita singgah terlebih dahulu ke toko baju," lanjutnya
"Untuk apa?" tanya Alex.
"Kita butuh penyamaran," jawab Markus.
¤
Jess & Kim Black Market
Detroit, AS
20.38
Alex dan Markus sampai di Pasar Jess & Kim, Pasar gelap terbesar di Amerika Serikat. Berlokasi di pinggiran hutan dan di apit oleh beberapa bukit. Pasar tersebut menjual banyak peralatan yang berhubungan dengan kejahatan, seperti senjata ilegal, granat, pisau, tali, dan lain sebagainya.
Sebelum sampai di lokasi, Alex menghentikan laju mobilnya dan turun dari mobil, berjalan menuju pinggiran tebing. Markus heran dan turun dari mobil untuk menghampiri Alex.
"Aku tidak tahu jika kau senang melihat pemandangan malam," ucap Markus.
"Tidak, aku sedang memindai lokasi, untuk menemukan posisi Ronald McKenzie." Alex melihat ke arah pasar. "Aku menemukan satu di tengah pasar." Alex menunjuk ke bagian tengah pasar. "Ayo kita segera menuju kesana!" lanjutnya mengajak Markus.
....
Alex memarkirkan mobilnya dan turun. Alex sedikit merapihkan penampilannya. "Apakah kau yakin aku tidak akan di curigai dengan penampilan ini?" tanya Alex.
"Tentu saja tidak, Alex. Tidak ada yang akan mengenalimu di dalam," jawab Markus menghibur Alex.
Mereka pun masuk ke dalam pasar. Di dalam, keadaan sangat ramai. Sebagian besar pembelinya adalah penjahat-penjahat biasa. Saat sedang berjalan, Alex melihat kerumunan orang-orang yang sedang mengerumuni sebuah toko. Alex menghampiri dan menyolek salah seorang di sana.
"Permisi, apa yang sedang terjadi di sini?" tanya Alex kepada orang yang dia colek.
Orang tersebut menoleh. "Oh, saat ini toko McKenzie sedang menjual barang terbaru. Aku tidak tahu barang apa, tapi kurasa barang tersebut sangat bagus hingga membuat semua orang ingin memilikinya," jelas orang itu.
Alex pun ikut mengantri bersama Markus untuk mencari informasi. Setelah cukup lama mengantri, Akhirnya Alex mendapat giliran. Namun, semua orang telah bubar dan sang pemilik toko, Ronald McKenzie sedang berkemas dan menutup tokonya. Melihat Alex dan Markus, Ronald menghampirinya. "Maaf, toko telah tutup! Datanglah lagi besok!" ucapnya.
"Kami tidak ingin membeli barang." Alex mendekatkan dirinya ke meja toko. "Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu dan aku tidak ingin ada orang yang tahu pembicaraan kita," lanjut Alex.
Ronald berhenti berkemas. "Oh, baiklah, ayo kita bicara di ruang sana!" ajak Ronald sembari berjalan menuju ruang yang ia maksud.
Alex dan Markus mengikutinya. Saat semua orang sudah di dalam ruangan, Markus mengunci pintunya. Ronald terkejut dan menghampiri Markus. "Apa yang kau lakukan? Mengapa kau mengunci pintunya?" tanya Ronald Heran.
Tanpa banyak bicara, Alex membekuk Ronald dan mengikatnya di kursi. Ronald semakin heran melihat tingkah Alex dan Markus. "Apa yang kalian lakukan?! siapa kalian?!" tanya Ronald yang semakin heran.
Alex menbuka topinya dan mengeluarkan tanda pengenal kepolisiannya. Ronald tampak ketakutan. "Apa yang kalian inginkan dariku?" tanyanya.
"Kami hanya ingin informasi yang kau miliki tentang Black-Jack." Alex mendekatkan wajah ke wajah Ronald. "Setelahnya, kami akan melepaskanmu," lanjutnya.
Ronald terdiam dan mencoba melepaskan dirinya. Alex memulai pembicaraan. "Sudah berapa lama kau berbisnis dengan Black-Jack ?" tanya Alex.
"Aku tidak akan mengatakannya!!" Ronald menolak pertanyaan Alex.
"Kau tidak ingin mengatakannya? Kami bisa melakukan ini sepanjang malam, Ronald," ucap Alex.
"Aku tetap tidak akan mengatakannya!!" ucap Ronald geram.
Alex mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya ke Ronald. "Jawab atau pistol ini yang akan bertanya padamu!" ucap Alex tegas.
Ronald menyerah. "Sudah sangat lama," jawab Ronald.
"Aku yakin kau pasti tahu markas baru Black-Jack di Detroit ini," ucap Alex.
"Apa yang kau bicarakan?! aku tidak mengerti!" kata Ronald.
"Beritahu kami, di mana markas Black-Jack?!" ujar Alex dengan nada tinggi.
"Tidak akan!!" bantah Ronald.
Alex memperhatikan Markus yang tampaknya memberi isyarat untuk terus memaksa Ronald bicara.
"Dari jawabanmu, sepertinya kau tahu. Namun kau menahan semua itu," ucap Alex.
"Aku tidak akan mengatakannya!!" Ronald masih berpegang teguh pada pendiriannya.
"Rupanya kau keras kepala juga ya??" Alex mengeluarkan sebuah alat laser. "Jawab atau laser ini yang akan bertindak!" paksa Alex.
Alex memotong dua kaki kiri kursi dan membuat Ronald jatuh. Alex menarik rambut Ronald. "Katakan, atau laser ini yang akan bertanya!" seru Alex tegas.
Ronald pun menyerah. "Baiklah, baiklah, aku akan memberitahumu!" Ronald perlahan menjelaskan. "Berdasarkan informasi dari anak buahnya, Black-Jack membangun markas di sebuah kota terbengkalai di sisi timur kota Detroit. Dia membangun markas utama di sebuah pabrik di kota tersebut," jelas Ronald.
"Tolong beritahu alamatnya!" pinta Alex.
Ronald memberitahu alamat dari kota tersebut dan Alex mencarinya di E-Map. ternyata lokasinya berada cukup jauh dari pasar Jess & Kim, tapi tidak terlalu jauh dari Kantor kepolisian pusat. Alex mengisyaratkan Markus untuk melepaskan Ronald. "Terima kasih atas informasinya, selamat malam!" ucap Alex yang berjalan meninggalkan Ronald sendirian.
Markus menghampiri Ronald. "Dan keluarlah dari ruangan ini dalam keadaan normal, tanpa terjadi sesuatu!" pinta Markus.
....
Alex dan Markus memasuki mobil dan melihat alamat lokasi di E-Map. Markus yang melihatnya bertanya, "sekarang kita akan pergi kemana?"
"Kita kembali ke kantor kepolisian pusat. Kita teruskan esok hari," jawab Alex sembari menyalakan mobilnya.
Alex pun mengemudikan mobilnya ke kantor kepolisian pusat. Mereka akan meneruskan penyelidikan esok hari di lokasi yang telah di beritahu.
¤
Bersambung . . .
(Next chapter : Kota Black-Jack (bagian 1))
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro