[twenty-six]
Hari ini Dita berniat jalan-jalan bersama kedua sahabatnya. Mereka mengelilingi mall sambil membawa beberapa paper bag yang isinya belanjaan mereka semua. Mereka berencana menghabiskan akhir pekannya dengan shopping. Mengingat hari minggu ke senin itu sebentar, makanya mereka tidak ingin menyia-nyiakan kesenangan tersebut.
Selesai berbelanja mereka semua istirahat di Starbucks sambil ngobrol-ngobrol seperti biasa. Ya, lebih tepatnya ngegibah. Sudah seperti hal wajar bagi cewek-cewek kalau tiap kumpul ya.
"Masa gue di kata genit sama ceweknya bang Nopal!" Ucap Sisi dengan perasaan kesal mengingat kejadian tempo hari.
"Ha serius? Kok bisa si? Bukannya bang Nopal udah lulus taun kemarin?" tanya Anna dengan raut wajah penasaran.
"Wahh bang nopal mantan gebetan gue dulu??" sahut Amel.
Sisi mengangguk sambil menyeruput minumannya.
"Serius, dia ikut dateng pas kemarin kakak-kakak promosikan kampus mereka. Waktu itu gue cuma tanya-tanya jurusan Ikom. Kebetulan kan bang Nopal jurusan itu juga, ehh tiba-tiba datang ceweknya masang wajah sinis ke gue sambil bisik-bisik ke gue 'gak usah genit ke cowok orang'. Bangsat gak tuh?" jelas Sisi sedikit mengebrak meja.
"Siapa sih ceweknya abang itu? dulunya dia alumni sekolah kita atau bukan?" tanya Anna.
"Gatau gue, kayaknya bukan. Cuma ikut-ikut promosi kampusnya doang kali." Jawab Sisi.
"Ish apaan kakak itu tiba-tiba ngatain Lo genit ke cowok dia. Lagian selera lo kan tinggi, Si, mana mungkin doyan ama bang Nopal." Ucap Amel.
"Gitu-gitu dulunya lo pernah suka abang itu." celetuk Anna.
"Inget, Na, itu dulu. Sekarang mah gak ada rasa apa-apa lagi, malah nyesel gue dulu ngapain suka tuh orang, dah gila kali."
"Lah emang lo dari dulu kan gila." Cibir Anna sambil tertawa.
"Ehh tapi tenangg, sekarang gue dah ada gebetan baru, lebih ganteng, baik, dan satu lagi pinter!" ujar Amel sambil senyum-senyum.
"Siapa? Jangan-jangan bang Dylan?"
"Iyalah! Gimana? Selera gue udah kayak sisi kan?"
Sisi tersenyum miring, "hm lumayan, lo berdua kan tau selera gue gantengnya harus kayak idol KPop. Minimal dapat cowok kayak Jaemin udah Alhamdulillah gue."
"Pfft– emangnya lo mau jomblo ampe tua?" cibir Amel, dan lanjut berkata, "tampang lo sih oke, tapi sifat lo kan kayak nenek sihir. Sok-sokan mau dapetin cowok modelan Jaemin."
Plak! pukulan itu di dapatkan dari Sisi untuk Amel, tepatnya mengenai paha cewek itu.
"Kek tai lo, seenggaknya aamiin kan kek!" seru Sisi kemudian bersender lagi di kepala kursi.
"Aamiin," bukan Amel yang menjawab, tapi Anna dengan senyumannya.
"Tuh kayak Anna, dia tulus aminin gue. Makasih ya Na, emang lo doang sahabat gue yang paling waras." Ucap Sisi dengan jari membentuk love ke Anna.
"Ya gimana ya, kan, apa yang gue bilang emang faktanya gitu. Dapetin yang dekat aja susah apalagi yang jauhh, mana idol pula tuh. Selera lo emang luar biasa Sisi." Ucap Amel menepuk tangannya.
"Ngaca dong bestai, lo ama bang Dylan juga sama. Walau tu cowok deket tapi sayang gak sehati." Balas Sisi sambil menjulurkan lidahnya, mengejek.
"Gak usah bawa-bawa doi gue. Lo mah gitu aja ngambek. Iya deh, AAMIIN PALING SERIUS SISI DAPAT JAEMIN!" Pekik Amel dan langsung di toyor oleh Sisi.
"Malu-maluin bangsat!" umpat Sisi.
Sontak Anna tertawa dan di ikuti tawa Amel walau ia juga ngerasa sedikit kleyengan karena baru di toyor oleh Sisi.
"Gue tulus, Si."
"Gak gitu juga monyet! Lo bikin malu deh, balik sono!" usir Sisi. Dan Amel tau kalau sahabatnya itu tidak serius mengusirnya.
"Entar gue balik lo nyari-nyari lagi."
"Dih ngarep?"
"Eh jadi-jadi ributnya, gak malu apa di liatin pengunjung lain." Sela Anna menyudahi percekcokan antara Amel dan Sisi. Memang hanya Anna yang waras di situ.
"Tuh si kutu kumpret yang mulai," tunjuk Sisi ke arah Amel.
"Dih?!"
"Udah ya, kalau masih ribut, balik aja yuk, gue ikut malu gara-gara kalian." Ajak Anna yang siap-siap berdiri.
Sebelum Anna berdiri, tangan Amel lebih dulu menariknya untuk duduk lagi.
"Nyantuy dulu, Na, biarin aja orang-orang liatin kita. Biar kita viral entar di undang ke Tv karena kelucuan gue." Ucap Amel sambil tersenyum.
"Pede banget, Mel." Anna kembali duduk.
"Btw kemarin lo ada masalah apa sama Narisa?" tanya Sisi mengganti topiknya, sembari membenarkan posisi duduknya.
"Lo ngomong ke siapa? Gue apa Anna?"
"Ya elo lah peak!"
"Santuy dong, ngegas mulu lo," ujar Amel dan kembali berkata, "btw yang mana dan kapan ya?"
"Pikun lo?!" kesal Sisi.
Amel terkekeh, "hehe sorry, ya lo tau sendirilah gue ama dia emang gak akur tiap ketemu." Jawab Amel.
"Tapi denger-denger kena Ryan juga. Bener Mel?" kini Anna yang bertanya.
Amel mengangguk, "bener. Tapi...."
Perkataan terpotong itu membuat Sisi dan Anna sama-sama mengerutkan keningnya.
"Why?"
Amel menghela nafas berat, "gue di jadiin babu ama Ryan."
"Hah?!" pekik Anna, kaget.
Sedangkan Sisi malah tertawa ngakak sambil menepuk-nepuk pundak Amel. Kebiasaan Sisi kalau lagi ketawain sesuatu pasti refleks neluk seseorang di dekatnya.
"Haha gue cuma bisa bilang," jeda Sisi meredakan tawanya, "syukurinnn!"
Amel berdecak kesal. "Bacot!"
_________________
Di pagi hari yang begitu cerah seorang cowok dengan penampilan yang sudah rapi dan tas yang berada di pundaknya itu tersenyum manis di depan cermin. Dia adalah Dylan, lelaki tampan yang banyak di idam-idamkan para cewek di kampusnya, bahkan di luaran juga banyak yang mengagumkan nya.
"Sayang, makanan udah siap, cepet sarapan dulu." Panggil sang Mommy dari luar kamarnya.
"Iya Mom!" balas Dylan lalu keluar kamar dan berlarian kecil menuju meja makan.
"Ganteng banget anak Mommy," ujar Mommy sambil meletakkan jus jeruk di samping piring Dylan.
"Mom juga cantik," balas Dylan sambil tersenyum yang membuat kedua matanya menyipit.
"Bisa aja kamu, ayo makan dulu, baru ke kampus." Ucap Mommy sembari mengacak-acak rambut putranya.
Dylan merenggut bibirnya, "rambut aku udah rapi tapi Mom berantakin jadi jelek lagi kan."
Mommy terkekeh lalu merapikan lagi rambut putranya.
"Tetep ganteng kok,"
"Hmm,"
"Ngomong-ngomong Dylan, hari ini kamu ketemu sama Amel lagi gak?" tanya Mommy kini sudah duduk di kursi samping Dylan.
"Emm engga tau Mom. Aku ketemu dia biasanya cuman kebetulan doang."
"Oh iya? Kamu ada nomornya?"
Dylan mengangguk sambil memasukkan makanannya ke mulut.
"Bagus dong, nanti kirim ke Mommy ya," ujar Mommy terlihat senang, membuat kerutan di dahi Dylan lantaran bingung.
Dylan menelan makanannya lalu bertanya lagi, "buat apa Mom?"
"Itu loh temen Mommy lagi nyari pengganti modelnya yang lagi cuti karna kecelakaan. Terus Mommy keinget sama Amel, di liat-liat Amel cocok jadi model. Iya kan, Lan?"
Dylan menaikkan sebelah alisnya sambil ibu jari dan telunjuknya menyentuh dagu, ia tampak berfikir sejenak.
"Lama banget sih, tinggal bilang iya aja harus mikir dulu." Dumel Mommy.
Dylan tertawa kecil, lalu ia mengangguk sambil tersenyum lebar.
"Iyaaa Mommy," ujarnya.
"Nah gitu dong dari tadi."
Lagi-lagi Dylan tertawa kecil, terlihat manis dan enak di pandang.
_______________________
"Woi babu!"
Langkah kaki Amel terhenti mendengar suara yang tak asing itu. Sebenarnya ia ingin melanjutkan jalannya, tapi secara refleks ia malah berhenti dan menengok kebelakang.
"Ngerasa juga lo di panggil babu," kekeh Ryan seraya menyodorkan tasnya.
Amel berdecak kesal, "maksudnya paan nih? Lo nyuruh gue yang bawaiin?!"
Ryan mengangguk, "peka juga."
"Oh no! Ini gak sesuai perjanjian. Gue emang deal nerima jadi pesuruh lo tapi gak harus bawain tas jugaa!"
Ryan memutar malas bola matanya. "Tugas pesuruh apaan?"
"Ngelakuin perintah majikannya."
"Ya udah lakuin apa yang gue perintah kan. Gak liat nih tangan gue pegal-pegal, dan lagi punggung gue masih rada sakit." Ucap Ryan.
"Hari pertama jadi babu gue gak usah banyak ngeluh." Lanjutnya kemudian berjalan melewati Amel begitu saja.
Amel yang bengong sesaat kembali sadar dan meremas tali tas milik Ryan.
"Bangsat!!"
_____Bersambung—02/02/2022
Dylan.
(Abang Dylan mau ngampus dulu guys^^ btw Dylan jurusan ilkom, ya)
Amel.
(Natapnya gitu amat neng, pasti lagi kesel sama Ryan xixi)
Ryan.
(Tampan dan mempesona 😍 )
•
•
•
Makasih udah baca 🤩🙏
Jangan lupa dungkung cerita ini biar aku semangat update nya, sayangku~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro