[seventeen]
"Sejak kapan Lo dateng?"
Seorang cewek yang tengah duduk di sofa sambil menyeruput jus menoleh ke belakang. Tepatnya saat Ryan turun dari tangga.
Ruby nyengir-nyengir sambil menaruh kembali jus yang tadi di minumnya.
"Ciee rapi amat nih, mau ngedate sama siapa lo?"
Ryan menatap Ruby dengan malas, sepupunya yang satu ini memang tidak ada sopan santun nya. Padahal Ryan lebih senior dari dia tapi gadis itu selalu menganggap setiap orang itu sama gak tua gak muda.
"Gausah sotoy, gue bukan mau ngedate." Balas Ryan.
Ruby menaikan kedua alisnya sambil memperhatikan Ryan dari bawah hingga atas.
"Masa sih? terus lo mau kemana jam segini? Mana pakaiannya rapi amat kayak mau ngajak cewek jalan."
Ryan memutar malas bola matanya, dari pada meladeni gadis itu ia lebih memilih mengabaikan nya dan mengambil kunci motor yang berada di atas meja.
"Woi orang nanya tuh jawab kek! Jangan kayak orang bisu lo," ketus Ruby sambil membuka camilannya.
"Main, puas lo?"
"Oh, bilang kek dari tadi, ngeselin banget sih." Ruby mengedikan bahunya lalu memasuki camilan yang sudah dia buka ke dalam mulut.
"Sekarang gue yang tanya, lo ngapain di rumah gue?" tanya Ryan sambil bersedekap dada.
"Gabut doang sih, lagian di rumah ngebosenin. Nyokap bisanya nyuruh-nyuruh mulu."
Ryan berdecak kesal mendengar jawaban gadis itu.
"Bisa gak sih lo lebih sopan sama orang yang lebih tua?"
Ruby membuka camilan baru yang lebih jumbo lalu memasukkan ke mulutnya sebelum ia menjawab pertanyaan Ryan.
"Bisa bisa aja, asal orang itu gak ngeselin kayak lo." Balas Ruby.
Ryan geleng-geleng kepala tak habis pikir dengan sepupunya itu. Lantas ia berjalan dan menarik tangan Ruby untuk berdiri. Namun Ruby menepis itu dan duduk kembali.
"Apasih Yan, jangan asal narik deh, tumpah semua kan camilan gue!" gerutu Ruby.
"Lo tinggal pilih, pulang sekarang atau jangan pernah ke sini lagi?"
Sontak Ruby berdiri dari tempatnya dan melotot ke Ryan.
"Lo ngancem?"
"Iya. Kenapa? Gak seneng?" balas Ryan dengan wajah dinginnya.
Balasan Ryan membuat Ruby merenggut. "Apaan sih gitu doang pake ngancem segala."
"Ayo gue anter lo pulang." Ucap Ryan sambil menarik tangan Ruby.
"Eh eh bentar Yan!"
"Ck apalagi?"
"Mending gue ikut lo aja ya? gue males kalo harus balik sekarang, di rumah masih beres-beres. Lo tau sendirilah gue anaknya mageran, paling betmut kalo di suruh—"
"Gak." Belum selesai Ruby berbicara tapi Ryan langsung memotongnya.
Ruby memohon sambil menampakkan puppy eyes andalannya. "Please Iyann? Yay or yay?"
"Ruby...."
"Gue janji gak bakal nyusahin lo. Setelah itu lo bisa anter gue pulang. Deal?"
Ryan menghela nafas panjang sambil mengangguk pelan. Rasanya buang-buang tenaga saja jika ia harus berdebat dengan Ruby lebih lama lagi. Ryan kenal betul kelakuan sepupunya yang satu ini sejak kecil memang keras kepala dan harus nurutin kemauannya.
"YES! THANK YOU BRADER!" Ruby meloncat kegirangan dan pergi keluar lebih dulu meninggalkan bekas camilannya.
"Kok bisa gue punya sepupu kayak dia."
_______________
Setelah sampai di tujuan Ryan memarkir kendaraannya di parkiran yang sudah di sediakan. Dia menyuruh Ruby turun lebih dulu. Gadis itu menatap bingung sekitarnya apalagi gedung tinggi di hadapannya.
"Eh, Yan, ini tempat apaan? Masa tempat tongkrongan kayak gini sih?"
"Ini stadion radio. Di dalam juga ada studio musik nya. Lo kalo bosen bisa ke sana. Gue mau ke tempat penyiaran dulu." Jawab Ryan.
"Hah? Gimana-gimana, gue masih gak paham."
Ryan mendengus kesal. Harusnya tadi dia tetap larang gadis itu untuk ikut. "Lo bener-bener deh. Udah sana jangan ikut-ikut gue."
Ketika Ryan hendak menjauh Ruby menarik lengannya. "Ihh Iyan!! Gue ini gak tau apa-apa. Jadi jelasin dulu ke gue. Lo katanya mau main kan? Sama temen berarti, tapi ngapain di stadion radio?"
Ryan mulai dongkol dengan Ruby yang terus bertanya tak henti-hentinya.
"Main yang gue maksud nyalurkan hobi disini. Paham lo?"
Ruby menyipitkan matanya. "Maksudnya lo jadi penyiar radio?"
"Hm," balas Ryan.
"WHAT!! SEJAK KAPAN? KOK GA PERNAH CERITA!" pekik Ruby yang mulai lebay.
"Berisik. Nanti aja gue cerita setelah tugas gue disini selesai."
Ruby berdecak kesal.
"Ini sih bukan main goblok! Namanya lo kerja. Buat apa sih lo kayak gini? Emangnya duit ortu yang di kasi kurang?"
Ryan menatap adiknya datar. Ia tidak suka pertanyaan itu.
"Bagi gue ini hobi. Kalo di kasih upah itu bonus. Gue juga gak pernah maksa di bayar. Dan satu lagi gue gak mau jadi beban orang tua. Uang yang mereka kasi, gue tabung buat kuliah nanti. Sedangkan uang hasil kerja keras gue buat mencukupi kebutuhan selama ortu gak ada di rumah." Jelas Ryan penuh penekanan agar adiknya itu dapat memahaminya.
Ruby merasa Speechless. Menatap punggung Ryan yang sudah menjauh darinya.
_________🦋🦋🦋
Disi lain Amel sudah menyiapkan camilan dan kopi yg ia letak di atas nakas. Kemudian ia mengambil radionya dan mencolok kabel tersebut ke dalam stopkontak.
Amel mencari saluran frekuensi yang selama ini ia putar.
"Kok belom mulai sih? tumben banget atau hari ini Genta gak nyiar?"
Amel terus mencari saluran tersebut dan sampai akhirnya dia ketemu.
📻: [Assalamualaikum../hai hai pendengar setia../ apa kabarnya nih? Semoga sehat-sehat ya//... Oh ya selamat malam buat klian pendengar Genta di 1504. RM ukb .../ Di progam O.M ///... Sebelumnya maaf karna gue agak telat, tadi ada sedikit hambatan]
📻: [Hari ini gue mau kasi berita mengenai serangan yang terjadi di Palestina. Mungkin dari kalian sudah banyak mendengar berita ini ya..? // Saudara muslim kita saat ini sedang berusaha keras dalam memperjuangkan hak mereka sebagai muslim...// Melihat kondisi di mana banyak dari mereka yang tertembak, orang tua yang mulai rapuh, dan anak-anak yang harusnya bermain dan belajar namun harus menghadapi cobaan yang berat menimpanya. Banyak keluarga mereka yang telah pergi, banyak juga dari mereka yang kelaparan, kedinginan dan kesepian...// Kita sesama muslim harus memiliki kepedulian terhadap saudara kita disana. Jika dari kalian yang non muslim, juga bisa saling peduli atas sesama manusia..// untuk itu Radio O.M ingin menyalurkan donasi kepada saudara yang ada di Palestina..// buat kalian yang ingin membagi rezeki pada saudara di sana, bisa donasi melalu BNS..// bank Syariah, 727-727**** dengan kode 451..// ayo berikan yang terbaik agar saudara sesama muslim, sesama manusia kita di sana mendapatkan senyumnya lagi dan berbahagia../]
"Aaaaa Genta, bener-bener sangat peduli yaa!! Pengen ikut donasi sih, tapi uang gue gak cukup." Rengek Amel.
📻: [Sekiranya kalian tidak mampu memberi donasi, cukup memberinya melalu doa]
Amel tersenyum lalu menegakkan badannya. "Kalo gitu gue bantu dengan doa deh!"
•_•
║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║
Bersambung
Part ini udah seminggu yang lalu di tulis. Maaf ya kalo updatenya slow ☺️ akhir-akhir ini gue cukup sibuk di real, hehe.
Mohon jika ada typo komen saja.
Next part mungkin minggu depan~
Ily ❤️
24/05/2021
hersiaulia
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro