[Rumah Dita] 🏠

"Kalo emang yang di seberang jalan itu Dylan kenapa tadi Lo gak samperin aja, Mel?" tanya Sisi sembari menyisir rambutnya di depan cermin kamar Amel.

"Lo pikir gue seberani itu buat samperin dia terus nyapa dia? Gue gak mau dia mikirnya kalo gue ini sksd. malu dong." Jawab Amel yang menutupi wajahnya dengan handphone yang sedari tadi di genggamnya.

"Dih lebay, biasanya juga malu-maluin. Giliran nyamperin doang sok bilang malu. Bukan Amel banget." Celetuk Sisi.

Amel mendengus kemudian melempar batal ke arah Sisi.

"Duh Amel apaan sih, berantakan lagi kan rambut gue!"

"Bodo!" Ketus Amel.

Sisi hanya berdecih sambil merapikan kembali rambutnya.

"Gue itu lagi jaga image, Sisi. Harusnya lo peka kek sebagai sahabat gue." Amel memposisikan duduknya dengan menyenderkan badannya di kepala ranjang.

"Emangnya gue kurang peka?"

"Banget!" jawab Amel, cepar dan kembali berkata, "lo bayangin aja kalo misal gue tadi samperin Dylan terus dianya bingung dengan kehadiran gue, atau bahkan dia udah lupa sama muka gue, kan? Eh guenya sksd ohh.. No banget!" Terang Amel yang mulai lebay.

Sisi berdiri dari tempatnya sambil menatap Amel. "Terserah lo aja deh. Gue doain semoga lo ketemu dia lagi." Ucapnya sambil menyambar jaket yang berada di atas meja.

"Aamiin! Ini baru temen gue," balas Amel.

"Kalo gitu gue balik dulu. Lama-lama ngeladeni lo bawaannya jadi ngantuk," ujar Sisi yang bersiap untuk keluar dari kamar.

Amel mengernyit lalu melihat jam dinding berbentuk Hello Kitty yang terpanjang dikamar nya.

"Belom juga jam lima, entar malem aja baliknya." Ucap Amel.

Sisi menatapnya tajam, "lo mau gantiin gue kalo nyokap marah?"

Amel mnggeleng cepat. "Yaudah balik sana," usir Amel yang baru menyadari maksud dari perkataan Sisi barusan.

Sisi memutar malas bola matanya, kemudian ia membuka pintu kamar.

"Ehhhh Sisi tunggu," panggil Amel menghentikan langkah Sisi.

Sisi berbalik, "apa lagi sih?"

"Nanti ingetin Anna buat kerkom."

"Lo nyuruh gue? terus apa gunanya hp lo monyet!" balas Sisi.

"Gue tuh suka lupaa, jadi lo ingetin dia juga. Anna kan juga pelupa," ujar Amel.

Sisi menghela nafas panjang, dan mengangguk malas, "terserah Lo deh, nanti gue kabari dia." Setelah itu pintu di tutup dari luar oleh Sisi.

__________Besok harinya

Di balik kaca helm seorang gadis yang membawa motor tak henti-hentinya bersenandung kecil. Namun, tiba-tiba saja motornya terhenti dijalan dekat pohon besar. Wajah yang tadinya ceria kini berubah muram.

"Eh—motor kampret!"

Amel turun dan membuka jok motornya.

"Anjim bensinnya kering ternyata." Umpat Amel menutup jok motornya lagi.

Matanya menatap ke sekeliling dan ternyata tidak ada yang menjual bensin ataupun Pertamina.

"Astagaa kenapaa habisnya di saat-saat yang tidak tepat! Huaaa nangiss," rengek Amel ditepi jalan.

Pada akhir Amel mendorong motornya sambil melihat-lihat jalanan siapa tahu ada yang menjual bensin.

"Bangke! pasti gue di omelin yang lain karna lama. Ini yang jual besin kaga ada apa? nasib nasib...."

Amel terus mendorong motornya hingga beberapa menit ia mendorong terlihat sebuah bengkel yang di situ ada menjual bensin.

"Alhamdulillah ketemu..." Amel menghela nafasnya. "Bang bensin 20 ribu yee! cepatan bang!" Pekik Amel sembari men-standar kan motornya.

"Ya dek bentar." Sahut Abang bengkel dari dalam.

Abang bengkel yang tengah mengganti ban menoleh ke cowok di sebelahnya yang sedang duduk.

"Dek ini motor sudah benar. Bannya udah di ganti baru."

Cowok itu tersenyum dan mengangguk.

"BANG INI NIAT JUAL BANSIN KAGA? gue buru-buru nih!"

Teriakan Amel yang protes karena lama membuat beberapa orang yang ada di bengkel terkejut termasuk cowok yang hendak membayar biaya motornya.

"Bang motor saya dulu benarin... dari tadi nih." -Pengunjung 1

"Benerin rantai motor gue dulu bang. Gue bayar lebih deh lagi buru-buru." -Pengunjung 2

Si abang bengkel dibuat kebingungan dengan pelanggan nya.

"Aduh... banyak banget yang minta cepat. Mana Dodi belum balik-balik." Gumam abang bengkel sambil menyebutkan nama karyawan yang lain.

Cowok yang duduk sedari tadi di sebelah motor yang sudah di benarin berdiri menepuk bahu abang bengkel.

"Bang, urus aja motor yang lain. Biar saya bantu ngurus yang beli bensin." Ucapnya menawarkan bantuan.

"Egh- gapapa nih dek?"

Cowok itu tersenyum seraya mengangguk.

"Makasih dek, kalo gitu abang urus motor mereka dulu."

Cowok itu langsung melangkah menuju tempat bensin.

"Bang! Ampun deh lama amat sih. Gue udah ditungguin temen nih.. BANG BEN- eh..."

Amel tersentak ketika bahunya di tepuk oleh seseorang dari belakang. Dia berbalik untuk melihat siapa yang menepuknya.

"Jangn teriak-teriak. Siniin kuncinya di buka dulu tuh jok motor kamu."

Amel mengucek-ngucek matanya sambil menatap cengoh ke cowok yang ada di hadapannya.

What? Dylan?!

Amel tersenyum.

Emang jodoh gak kemana. Baru kemarin kengen sekarang ketemu di sini. -Batin Amel.

Dylan melambai tangannya di depan wajah Amel sambil memperhatikan cewek itu.

"Hai, are you oke?"

Amel tersadar dari lamunannya.

"Eh eh eh...anu– Lo jual bensin di sini?" tanya Amel.

Dylan menggeleng.

"Cuman bantu doang. Kasian abangnya sendiri dan para pelanggannya malah protes karna lambat, em..jadi mana kuncinya?"

Amel menggaruk pelipisnya yang tak gatal dan merasa gugup.

"Eh? Ohh hehe... Btw kunci buat apa'an?" tanya Amel malah lupa saking gugupnya.

"Katanya mau cepat, buka dulu jok motornya." Balas Dylan, lemah lembut.

Amel menepuk jidatnya merasa bodoh pada dirinya sendiri. Ia buru-buru membuka jok motornya. Melihat Dylan lagi Amel jadi merasa malu banget. Entah setan apa yang merasukinya.

"Makasih ya hehe sorry tadi gue gak sabaran." Ucap Amel dengan cengirannya.

"Gak masalah, harusnya kamu minta maaf ke abangnya bukan aku."

Amel menggaruk-garuk kepala seraya menoleh ke dalam.

"Bang!! Gue minta maaf tadi teriak-teriak!" Teriak Amel.

Bang bengkel yang tengah membenari motor mengancungkan jempol sedangkan Dylan hanya geleng-geleng melihat Amel. Ia berbalik kembali ke tempatnya untuk mengambil motor.

"Eeh- Lo udah mau pergi aja... Btw m-masih ingat gue, gak?" tanya Amel ragu dan gugup.

Dylan menoleh dan memicingkan matanya kemudian tersenyum. Tiba-tiba saja jantung Amel berdebar melihat senyuman itu.

Anjir manis banget!

"Amel kan?" balas Dylan.

Amel tertunduk sambil tersenyum malu-malu.

Dia masih ingat gue.. astaga!

Drttt

Amel mengangkat benda pipih persegi panjang yang berdering. Terpampang nama Anna di layar kaca kecil itu.

"Halo?"

[...]

Kening Amel mengkerut.

"Iye iye ini gue udah dijalan. Bentar lagi nyampai, Na."

[...]

Tuttt

Amel mematikan sambungan teleponnya dan mendongak ke depan, namun ternyata Dylan sudah tak ada lagi. Ketika ia hendak menyalakan mesin motornya matanya menangkap sosok yang dicari tadi.

"Gue kira udah balik taunya lagi bantu abang bengkel."

Amel senyum-senyum melihat cara kerja Dylan yang membantu melayani orang-orang tersebut.

"Emang calon idaman sih!"

║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║

Bersambung

Kepanjangan ya?😝
Enak gak sih bacanya? Komennya dong! Vote juga $¥& 🧡