Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9. Jealous

Rin merasa lengan kirinya terasa berat. Ia melirik, ah, ternyata kepala Reyhan. Ia tidak tahu sudah berapa lama mereka tertidur di sana. Ia berniat untuk memindahkan kepala Reyhan. Tetapi melihat wajahnya yang begitu tenang ketika tidur, Rin tidak tega jika mengganggunya. Jadi, ia biarkan saja tangannya dijadikan bantal oleh Reyhan.

Kepalanya sangat berat, tanganku terasa kram. Rin mulai tidak nyaman dengan posisinya. Perlahan ia mengangkat kepala Reyhan dan menarik tangannya.

"Ah, biarkan aku tidur sepuluh menit lagi." Reyhan nenepis tangan Rin.

"Hei, bangunlah. Ini sudah malam."

"Emmhh ... Lima menit lagi." Reyhan mengerang dan memeluk Rin erat layaknya guling. Bahkan kepalanya kini menelusup ke dua buah dada yang kenyal.

"Reyhan!"

"Hah? Ada apa?" Reyhan terkejut dan membuka matanya.

"Apa? Kamu lihat apa yang kamu lakukan sekarang."

"Hah! Apa yang kamu lakukan padaku!" Reyhan melepas pelukannya dan menutup badannya dengan selimut.

"Kamu gila? Aku tidak melakukan apapun padamu. Kamu tertidur pulas di atas lenganku sejak tadi, dan tiba-tiba kamu memelukku begitu saja. Kamu pikir aku guling? Bahkan kepalamu itu mencuri kesempatan dalam kesempitan. Dasar mesum! Ah, tanganku sangat kram karenamu." Rin memijat pelan lengannya.

"Ma-mana aku tahu. Ini adalah kamarku, jadi aku bebas tidur di mana saja."

"Dasar egois. Sudahlah, aku mau ke kamarku."

"Eh, tunggu. Malam ini kita ada acara makan malam bersama Paman Han. Dia ingin membicarakan soal proyek. Tapi, jika lenganmu masih terasa sakit, sebaiknya aku batalkan saja."

"Jangan, lenganku baik-baik saja. Dewi sepertiku mampu beregenerasi lebih cepat."

"Baiklah. Aku akan menunggumu di bawah."

------------------------------------------------------

Reyhan sudah siap dengan setelan jaz abu-abunya. Baru saja ia hendak memanggil Rin di kamarnya, tetapi matanya sudah mendapati sang gadis turun dari tangga. Dengan dress selutut dan sepatu kaca bak Cinderella. Rambutnya digerai lepas di sebelah kanan lehernya. Telinga kirinya yang terlihat jelas memakai anting berlian yang indah. Benar-benar look idaman para wanita.

Reyhan ternganga melihat Rin dari pangkal rambut hingga ujung kakinya. Apa dia Princess dari Disneyland? Pemandangan yang sangat indah. Ah, iya, dia memang seorang bidadari.

Reyhan masih terpaku pada Rin, meskipun ia sudah ada di hadapannya. Bahkan kelopak matanya tidak bergerak sedikit pun untuk berkedip.

"Hei, ada apa? Apa ada yang salah dengan penampilanku?" Rin bingung melihat Reyhan tidak berpaling darinya. Ia memperhatikan kembali penampilannya. Tidak ada yang salah, pikirnya.

"Sangat cantik ...," gumam Reyhan dengan reaksi terpukau.

"Kamu mengatakan sesuatu?"

"Ah, tidak ada. Ayo berangkat, Paman Han pasti sudah menunggu kita."

Hah? Tadi dia sendiri yang diam saja. Dasar aneh, batin Rin.

Reyhan masuk ke mobil Ferrari silvernya, lalu membuka bagian atasnya. Entah kenapa ia sangat menyukai mengendarai mobil terbuka seperti itu di malam hari begini. Hembusan angin membuat rambut Rin berkibar dan tersangkut di sabuk pengamannya. Reyhan yang melihat Rin kesusahan memakainya langsung mendekat dan membantunya. Rin terkejut atas perlakuan Reyhan padanya. Sontak ia memundurkan kepalanya hingga menyentuh kursi.

Siapa yang menyuruhnya mendekat seperti ini? Sekarang dia mulai berani menyentuhku. Tunggu, sejak kapan aku mempermasalahkan hal sepele seperti ini? Kenapa juga dadaku terasa berdebar jika di dekatnya. Dia terlihat sangat tampan jika dilihat sedekat ini. Rin bermonolog dengan hati dan pikirannya.

Perlahan Reyhan mendekatkan wajahnya pada Rin. Mungkin kini wajah mereka hanya berjarak satu jari kelingking. Rin yang tidak tahu harus apa mencoba memutar otaknya. Ah! Apakah dia akan melakukan adegan kissing? Selama ia menulis waktu sepasang kekasih, memang itulah yang akan terjadi selanjutnya. Jadi, ia memejamkan matanya seperti gadis yang ada di posisinya sekarang. Lama ia memejamkan mata, namun, tak dirasakannya bibir Reyhan menyentuh bibirnya.

"Daun kering di rambutmu ini akan membuatmu terlihat aneh nanti." Reyhan mengambil secuil daun cokelat yang menyangkut di pucuk kepala Rin.

Rin pun membuka matanya dan merapikan rambutnya. "Terima kasih."

"Tidak usah tegang seperti itu. Aku tidak akan menciummu seperti adegan di film-film. Kemampuan berciummu pasti sangat buruk. Jadi, jika aku melakukannya pasti seperti mencium bocah ingusan yang coba-coba pacaran," ledek Reyhan.

"Apa kamu lupa bahwa aku adalah penulis waktu? Aku lah yang menulis apa yang mereka lakukan." Rin mendekat dan menarik jaz Reyhan.

Reyhan hanya tersenyum meremehkan. Ia langsung melahap bibir merah delima Rin yang tepat berada di hadapannya. Rin membalasnya dengan lumatan yang tak kalah agresif. Lidahnya mulai mencoba menelusup ke dalam mulut Reyhan. Setelah berhasil, lidah mereka bergelut dengan panasnya di dalam mulut masing-masing secara bergantian. Tiba-tiba ponsel Reyhan bergetar, pesan dari Paman Han. Ia pun melepaskan ciuman mereka.

"Ah, cukup. Paman Han akan menunggu lama jika kita teruskan," ucapnya sembari mengelap lembut ujung bibir Rin yang basah karena air liurnya.

"Kamu beralasan hanya karena tidak mau mengakui bahwa ciumanku ini jago?"

"Bukan seperti itu, tapi sekarang kita harus pergi, Paman Han sudah mengirimkan pesan, lihat." Reyhan menunjukkan layar ponselnya. Rin hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Reyhan pun mulai mengendarai mobilnya.

Reyhan mencuri pandang lewat kaca mobilnya pada Rin yang sedang merapikan lipstiknya. Jika tidak dirapikan, Paman Han akan berpikir yang tidak-tidak. Ya, walaupun sebenarnya mereka sedang melakukan sesuatu tadi, dan harus berhenti karena pesan darinya.

"Jangan melihatku secara diam-diam seperti penguntit. Fokuslah menyetir, jika tidak, kamu akan menerobos lampu merah di depan. Atau sekarang kamu sudah kecanduan ciumanku?"

Reyhan pun langsung fokus melihat ke depan. "Jangan besar kepala. Aku hanya masih heran, apa kamu benar-benar seorang dewi atau alien. Bisa saja kamu itu adalah alien yang bisa berubah wujud."

"Terserah padamu saja. Kamu sudah melihat wujud asliku, dan jangan lupa, kamu pun bukan sepenuhnya manusia." Reyhan hanya terdiam. Ia tidak tahu harus menyangkalnya bagaimana, karena memang itu kenyataannya.

Setibanya di tempat pertemuan, Reyhan dan Rin langsung menuju meja yang sudah dipesan Paman Han. Terlihat Paman Han sudah datang, dan ia tidak sendirian. Di sampingnya ada wanita cantik dengan gaun merah maroon.

"Hai Paman Han, ah, ternyata Paman tidak sendirian. Hai Rose, lama tidak bertemu denganmu." Reyhan bersalaman dengan Paman Han dan Rose.

"Duduklah dulu." Reyhan dan Rin pun duduk berhadapan dengan Paman Han dan Rose.

"Oh, ya Rin. Ini adalah anak Paman, namaya Rose, dan Rose ini adalah Rin, sekertaris baru Reyhan."

"Nama yang cantik, cocok untuk gadis cantik sepertimu." Rin mengulurkan tangannya.

"Ah, terima kasih. Kamu pun sangat cantik Rin." Rose menjabat tangan Rin dengan senyum lebar dan mata yang nyaris tak terlihat.

"Jadi Rey, Paman mengajak Rose ke sini juga karena dia yang akan menggantikan Paman untuk proyek kita. Karena Paman harus terbang ke Korea bersama istri besok, ada hal penting yang harus kita lakukan," jelas Paman Han.

"Hmm hal yang sangat penting ya Paman," goda Reyhan dengan terkekeh.

"Ya, kamu anak muda tidak akan mengerti, ini masalah orang dewasa hahaha." Mereka berdua pun tertawa bersama. Rin dan Rose memilih bicara berdua dan tidak mengganggu obrolan dua pria itu.

"Kalian pasti sudah lama mengenal," ucap Rin pada Rose.

"Ya, bisa dibilang seperti itu. Orang tua kami sudah bersahabat sejak mereka merintis bisnis bersama, dan hubungan persahabatan itu menurun pada kami berdua."

"Sepertinya kalian sangat dekat, apa kalian tidak pernah terikat perasaan yang lebih dari sahabat?" tanya Rin penasaran. Rose terlihat berbinar-binar jika membicarakan Reyhan.

"Persahabatan antara perempuan dan laki-laki mustahil jika tidak memiliki perasaan salah satu pihaknya. Apalagi kami sudah mengenal sejak kecil, aku dan Reyhan pun satu sekolah sejak SD hingga SMA, sayangnya dia meninggalkanku sendirian di Universitas karena harus mengurus bisnis. Sejak saat itu aku jadi sulit bertemu dengannya. Ah, maaf aku malah curhat panjang lebar."

"Santai saja, aku bisa menjadi temanmu jika kamu mau."

"Terima kasih. Oh, ya Rin, kamu tinggal dimana?"

"Aku tinggal bersama Reyhan."

"Apa?" Rose terkejut mendengarnya. Bagaimana bisa Reyhan tinggal dengan sekertaris barunya?

"Hanya untuk sementara, jika tugasku sudah selesai, aku akan kembali ke kotaku."

"Ouhh, aku pikir bagaimana. Jadi kalian hanya ada hubungan pekerjaan kan?"

Belum sempat Rin menjawab, Paman Han sudah berpamitan akan pulang. "Rose, Ayah harus pulang duluan, Mamamu menelepon. Kamu bicarakan saja semuanya dengan Reyhan dan Rin." Paman Han mencium kening putrinya. "Jagalah putriku baik-baik Rey, kamu pun harus mengantarnya pulang nanti."

"Siap Paman, putrimu yang cantik ini akan aman bersamaku. Lagi pula aku sudah lama tidak bicara dengan sahabatku ini."

"Baguslah, dah Paman harus berangkat sekarang."

"Hati-hati Paman," ucap Reyhan dan Rin bersamaan, membuat Rose agak kesal.

"Jadi? Apa tidak sebaiknya kamu jelaskan padaku tentang proyek ini?" tanya Rose.

"Ah, iya, Rin jelaskan dasar-dasarnya padanya."

"Aku?"

"Kenapa tidak kamu saja Rey?" tanya Rose. Tampaknya ia hanya ingin dekat dengan Reyhan. Rin yang mengerti akan hal itu langsung mencari alasan.

"Ah, Rey sebaiknya kamu saja yang menjelaskan pada Rose. Aku mau ke toilet dulu, perutku terasa tidak enak."

"Baiklah." Rin pun pergi ke toilet. Tepat saat Rin sudah pergi dari samping Reyhan, Rose menggantikan posisinya, duduk sangat dekat dengan Reyhan.

Rin mencuci muka dan menatap bayangannya di cermin. Kenapa dadaku terasa sakit kembali saat melihat Rose dekat dengan Reyhan? Apa ini yang dinamakan cemburu? Tapi untuk apa aku cemburu? Aku tidak ada perasaan apa pun pada Reyhan. Ah, sudahlah, seharusnya aku memikirkan bagaimana caranya kembali ke Kerajaan Waktu, batinnya. Ia merapikan rambut dan pakaiannya. Dirasanya sudah cukup lama di sana, ia pun keluar.

Taktik basi, Rose sedang berpura-pura kelilipan lalu meminta Reyhan untuk meniup matanya. Entah kenapa dada Rin terasa panas. Ia pun segera menghampiri mereka berdua.

"Ehem, apa aku mengganggu kalian? Reyhan, sepertinya perutku sangat sakit, aku ingin cepat pulang," ucapnya. Pasti di sana sangat gerah, ia ingin cepat-cepat pulang rasanya.

"Apa? Apa kamu salah makan? Apa kamu mau kita ke rumah sakit dulu untuk periksa?" tanya Reyhan khawatir. Tangannya tiba-tiba menyentuh kening Rin, mengecek suhu tubuhnya.

"Tidak-tidak, aku hanya ingin pulang." Rin menepis tangan Reyhan. Jika mereka ke rumah sakit, Reyhan akan tahu kalau Rin hanya mencari alasan agar cepat pulang.

"Baiklah, ayo kita pulang."

"Tapi Rey-" cegah Rose.

"Ah, maaf Rose, pertemuan kita sampai sini saja. Ayo, aku akan mengantarmu pulang dulu." Rose merasa kesal, tapi ia tidak ingin marah di hadapan Reyhan. Ia pun mengangguk setuju dengan senyum kecut. Sedangkan Rin tersenyum penuh kemenangan.

Bersambung ....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro