Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4. Reyhan Zanvier

Sang mentari sudah mengucapkan sapanya. Kicauan burung menelusup surai yang berantakan. Tampak seperti singa yang sangat pulas. Namun, netranya masih tidak ingin terbuka. Reyhan masih bergelut dengan alam bawah sadarnya.

Kring kring!

Suara alarm yang berdenting hanya ditepisnya dengan tangan, hingga alarm itu terjatuh dan tidak lagi mengeluarkan bunyinya. Ia kembali memeluk guling dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

Kring kring!

Kali ini suara telepon di sampingnya yang berdering. Ia menutup telinganya rapat-rapat dengan bantal. Telepon itu terus berdering, memaksanya untuk segera menjawab.

"Argh! Siapa yang pagi-pagi begini meneleponku!" Diangkatnya dengan kasar gagang telepon yang sedari tadi bergetar.

"Halo maid, cepatlah bersiap dan antar aku ke toko pakaian. Aku tidak suka style baju yang kamu siapkan."

"Kamu gila! Meneleponku sepagi ini dan hanya bilang ingin membeli pakaian? Mengganggu tidurku saja. Aku akan suruh sopir untuk mengantarmu. Sekarang biarkan aku tidur." Baru saja Reyhan hendak menutup teleponnya, gadis di seberang sana menyahut dengan nada mengancam.

"Baiklah aku akan membiarkanmu tidur selamanya." Mendengar itu, Reyhan langsung mengiyakan keinginan sang gadis. Ia melempar gagang telepon yang digenggamnya sembarang.

"Gadis sialan! Menyusahkan saja," ujarnya dengan frustasi.

Reyhan segera bersiap dengan kecepatan seperti kilat. Bukan karena ia sangat bersemangat untuk keluar dengan gadis itu, tapi karena ia ingin cepat pulang lalu melanjutkan tidurnya. Semalam ia harus begadang karena menyelesaikan pekerjaan kantor untuk hari ini.

Reyhan hanya menggunakan kemeja putih dan jaz hitam polos. Rambutnya yang lumayan panjang, disisir ke belakang dengan rapi. Kakinya hanya beralaskan sepatu hitam casual. Kacamata hitam baru saja bertengger di hidung runcingnya. Walaupun tampak biasa saja, tentu harga dari semua yang dipakainya sangat luar biasa. Tidak heran bukan? Dia adalah anak sultan. Apa pun yang di sekitarnya tentu harus berkualitas dan bermerek.

"Dimana gadis sialan itu?" Sembari menunggu, ia membuka ponselnya. Apa ada pesan penting yang sedang ia tunggu?

"Aku di sini," sahut Rin yang tiba-tiba muncul di sampingnya.

"Astaga! Kamu ini seperti hantu saja. Jangan datang secara tiba-tiba seperti itu," ucap Reyhan dengan kesal. Ia memasukkan ponselnya ke dalam saku jaz hitam legam.

"Aku sudah ada di sini sejak tadi. Hanya saja kamu tidak merasakan kehadiranku."

"Ah, ya sudah lah, ayo berangkat." Reyhan menyiapkan mobilnya dan membiarkan Rin duduk di sampingnya.

Reyhan mengendarai mobilnya cukup cepat. Ia hanya ingin cepat sampai. Rasanya sangat sesak menghabiskan waktu berdua saja dengan wanita itu. Apalagi dengan jarak sedekat ini. Tidak ada pembicaraan apa pun diantara keduanya. Hanya desas-desus AC mobil yang menyala.

Setelah kurang lebih satu jam, tibalah mereka di toko butik terkenal. Sangat susah mencari butik yang sudah buka hari ini. Butik itu tidak ramai saat Reyhan dan Rin datang, mungkin karena jam masih menujukkan pukul tujuh pagi. Produk di sana sangat berkualitas, tidak heran jika harganya sangat fantastis.

"Berikan apa yang ia inginkan," ucap Reyhan pada kepala staf butik itu.

"Kami punya beragam model pakaian untuk perempuan Nona."

"Saya ingin melihat beberapa kemeja dan dress," pinta Rin.

"Baik Nona."

Beberapa staf membawa bermacam warna dress dan kemeja. Semuanya tampak sederhana tapi sangat berkualitas. Kepala staf itu pun menjelaskan bahan-bahan dan kelebihan dari produk mereka. Sembari Rin memilih pakaian, Reyhan sibuk berkutik dengan ponselnya. Rin yang ingin menanyakan pendapat Reyhan, segera mengahmpirinya. Ia merampas ponsel di tangan Reyhan.

"Hey, apa yang kamu lakukan?"

"Kenapa kamu malah sibuk bermain ponsel di sini? Kamu seharusnya membantuku," ucap Rin.

"Hey, dengarkan aku baik-baik. Aku memang akan menuruti semua perintahmu. Tapi ingat, jangan pernah mengaturku untuk apa yang seharusnya aku lakukan, Alien." Reyhan berbisik dengan tegas.

"Apa kamu mencoba untuk mengancamku?" tanya Rin datar.

"Tidak. Ini hanya peringatan untukmu."

"Baik, aku tidak akan mengaturmu. Sebagai gantinya, hidupmu itu akan lebih menyeramkan atau bahkan nyawamu akan segera melayang."

"Baik Nona, apa yang harus aku lakukan?" Reyhan tersenyum dengan sangat terpaksa.

"Bagus, bantu aku memilih beberapa pakaian."

"Baik," ucap Reyhan masih dengan senyum pepsodentnya.

Jika tidak karena aku sangat menyayangi nyawaku, aku sudah akan membuangmu jauh-jauh dari sini. Ah, kenapa nasibku sangat sial bertemu alien sepertinya, batin Reyhan dengan wajah cemberut setelah Rin beralih melihat beberapa dress.

"Apa yang kamu katakan?" Rin menoleh pada Reyhan.

"Ah, tidak ada. Aku hanya bilang dress itu sangat indah." Reyhan tersenyum lebar lagi.

"Benarkah? Kalau begitu saya ambil yang ini juga." Rin menyerahkan gaun yang dimaksud Reyhan lalu mengambil dua pakaian lain.

"Katakan padaku, mana yang lebih cocok?" tanya Rin pada Reyhan dengan menunjukkan dua gaun kemeja yang tadi ia ambil.

"Semua baju akan menjadi indah jika kamu yang menggunakannya. Jadi apa pun itu cocok untukmu," jelas Reyhan.

"Kamu tidak benar-benar menilainya bukan?"

"Tidak-tidak, apa yang aku katakan ini jujur. Iya bukan?" tanya Reyhan pada staf yang melayani Rin dengan mengedipkan matanya. Staf itu hanya mengangguk paham.

"Aku ambil yang ini dan beberapa yang sudah kupilih tadi."

"Baik Nona."

Staf itu pun membungkus semua pakaian pilihan Rin. Reyhan membayar semua itu dengan black card-nya. Lalu mereka berdua pun menuju mobil.

"Apa kamu akan berganti pakaian setiap satu jam sekali?" tanya Reyhan melihat banyaknya pakaian yang Rin beli. Ia tampak kesusahan membawa semua pakaian itu.

"Tidak. Itu hanya karena aku senang menyusahkanmu."

"Sialan."

------------------------------------------------------

Setibanya di rumah, para pelayan sudah menyiapkan makanan. Beraneka makanan sehat dan lezat sudah tersaji cantik di meja panjang nan mewah.

Tampaknya Reyhan juga sudah sangat lapar. Sedari pagi ia tidak sempat sarapan karena harus mengantar Rin. Ia bangun terlambat pun karena harus menyiapkan beberapa hal untuk presentasi siang ini. Karena itu pula ia mengurungkan niat untuk melanjutkan tidurnya. Setelah menyelesaikan sarapan, ia pun memanggil pelayan.

"Dimana sekertarisku? Bukankan aku sudah menyuruhmu untuk menelponnya?" tanya Reyhan pada salah satu pelayannya.

"Sudah Tuan, tapi ...."

"Tapi apa?"

"Biar aku saja yang menjelaskan, pergilah," ucap Rin yang datang dengan pakaian rapi secara tiba-tiba dan menyuruh pelayan itu pergi. Reyhan tampak kaget dan kebingungan.

"Aku yang menyuruh pelayan itu untuk tidak menghubungi sekertarismu, karena aku lah yang akan menjadi sekertarismu mulai hari ini."

"Apa maksudmu?" tanya Reyhan bingung.

"Sebentar lagi sekertarismu itu akan memberi surat pengunduran dirinya."

Reyhan masih tidak paham apa yang Rin katakan. Baru saja ia hendak menanyakan apa maksud dari perkataannya, Reyhan mendapat email. Ternyata itu dari sekertarisnya. Benar saja, sekertaris itu mengundurkan diri karena ia harus segera pulang ke kampung halaman dan mengurus usaha keluarganya.

"Apa? Bagaimana bisa? Pasti kamu yang melakukan semua ini," tuduh Reyhan pada Rin.

"Aku bukan Tuhan yang bisa merubah sesuatu dengan kemauanku."

"Lalu bagaimana kamu bisa tahu?"

"Insting."

Reyhan tidak bisa berpikir jernih. Ini semua tampak sangat mustahil baginya. Itu semua tidak penting, sekarang ia harus mencari sekertaris untuk membantunya melakukan presentasi sebentar lagi.

Ia menelpon beberapa karyawannya dan meminta mereka untuk menjadi sekertarisnya dalam presentasi hari ini. Nihil, tidak ada yang bisa melakukannya. Mereka semua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Karena sebentar lagi perusahaannya akan mengeluarkan produk terbaru.

"Kenapa kamu masih belum bersiap," tanya Rin.

"Aku masih belum menemukan sekertaris untuk membantuku hari ini."

"Bukankah sudah kukatakan, bahwa aku yang akan menjadi sekertarismu mulai hari ini."

"Apa? Dirimu?"

"Apa kamu meragukan keahlianku?" Reyhan terdiam.

"Hey, jangan membuang-buang waktumu hanya untuk berpikir apakah aku bisa melakukannya. Cepat bersiaplah dan jelaskan tugasku saat diperjalanan."

Reyhan melihat jam di ponselnya. Tiga puluh menit lagi presentasi akan segera dimulai, ia harus segera bersiap. Jika tidak, kontraknya yang sangat menguntungkan ini akan gagal.

"Baiklah." Reyhan terpaksa menerima Rin. Ia segera pergi ke kamarnya untuk bersiap dan mengambil beberapa berkas.

Reyhan meminta supir untuk segera menyiapkan mobil sekaligus mengantarnya ke kantor. Karena ia harus menjelaskan banyak hal pada Rin, tidak mungkin ia lakukan sembari menyetir. Ia sangat berharap Rin tidak melakukan kesalahan, karena kontrak ini sangat berharga untuknya.

Bersambung ....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro