Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#7. Beauty : What The Hell


All my life I've been good but now
Ooohhh
I'm thinking "What the hell?"

(What the hell by Avril Lavigne)

***

Aku tahu keputusanku untuk mendekati Harry sangatlah salah. Dia bukan tipikal pria baik-baik, dia bisa saja merusakku. Lihat saja di double date, tingkahnya menjengkelkan. Dia terus menciumku, dan well, aku pun balas menciumnya. Bukan maksud untuk memuji tapi ciuman dia tidak bisa ditolak, bibir itu terasa lembut menyapu permukaan bibirku tapi sekaligus penuh dengan hasrat. Dammit, kenapa aku malah memikirkan ciuman itu lagi?! Oh Tuhan, aku rasa aku butuh air suci sekarang agar pikiran mesum ini bisa hilang.

Aku bakal ada dalam masalah besar jika aku tetap mempertahankan kebaikanku untuk pasangan Summer dan Chase. Lagipula aku bahkan tidak kenal dekat dengan mereka dan aku tidak seharusnya ikut campur dalam masalah mereka. Tapi salahkanlah hatiku yang bersayap malaikat ini, entah kenapa aku tidak mau hubungan Summer dan Chase kandas. Mereka terlihat cocok bersama, mereka tercipta untuk saling melengkapi, mereka punya benang merah, wajah mereka pun terlihat sedikit mirip. Orang bilang kalau wajah kita mirip dengan pasangan itu bisa berarti jodoh, bukan?

Oke baiklah. Aku sudah membuat keputusan final. Aku akan tetap setia pada rencanaku untuk menjauhkan Summer dari Harry. Huh, aku yakin Summer membenciku tapi aku malah membantu dia menghindarkan dia dari masalah dan membawa masalah itu mendekat ke arahku. Aku memang terlalu baik, atau mungkin juga terlalu gila, entahlah…aku pun bingung dengan diriku sendiri.

Baru saja aku mematikan lampu tidur dan merebahkan diriku di atas tidur untuk tidur, mataku yang tadinya sudah terpejam terpaksa terbuka karena ada suara yang sungguh berisik dari luar kamar. Suaranya itu seperti isakan. Mungkinkah Summer menangis?

Rasa penasaran ini membawaku bangkit dan mencari tahu sendiri. Benar saja, Summer sedang duduk di ruang tengah dengan air mata yang melunturkan semua make upnya. Kalau aku boleh jujur—dan ini mungkin terdengar kasar, wajah Summer persis seperti hantu tengah malam yang tengah kelaparan mencari mangsa. Menyeramkan dan menyedihkan di saat bersamaan.

Apa yang harus aku lakukan pada gadis ini? Kalau aku tak mengacuhkannya, aku akan disangka roomate yang tak punya rasa iba. Tapi kalau pun aku bertanya dan berusaha untuk menghiburnya, pasti aku akan mendapat banyak sekali kata-kata kasar darinya. Aku ada dalam posisi sulit sekarang, untuk sementara ini aku memilih untuk diam di tempat dan menyaksikan saja tangisannya. Setidaknya aku peduli dan menampakkan diri saat dia dalam posisi rapuh ini, kan?

“Aku putus dengan Chase!” serunya yang membuatku terkejut, aku padahal tidak bertanya tapi dia malah membeberkan sendiri apa masalahnya.

“Um. Kenapa?”

Dia mengangkat wajahnya dan melotot ke arahku. Buru-buru aku mengalihkan pandangan, sungguh wajah itu menakutkan. Aku tidak mau bermimpi buruk nanti.

“Aku suka pria lain.”

“Oh.”

“Aku suka Harry,” akunya dengan jujur. Aku jadi semakin kasihan dengan Chase, sungguh dia tidak layak mendapat perlakuan seperti ini dari Summer. Dia pria baik dan pantas mendapatkan kebahagiaan.

“Lalu?”

Summer tertawa kencang, “Lalu? Hm, kau mau jawaban jujur?”

Aku mengangguk.

“Saat aku mengatakan pada Chase aku menyukai Harry, ternyata ada Harry di sana. Dan kau tahu apa? Harry menertawaiku tepat di wajahku dan mengatakan aku ini menyedihkan! Dammit, that asshole even told me that I'm a slut.”

Sebenarnya aku setuju dengan pendapat Harry itu. Summer memang jalang. Dia jalang yang tak punya perasaan.

“Aku bahkan berlutut di depannya dan memohon padanya untuk menerimaku menjadi kekasih sungguhannya bukan hanya teman tidurnya saja, tapi dia malah bilang—”

Ucapan dia terputus karena dia membersihkan hidungnya dulu dari lendir dengan tisu, “Dia bilang dia sudah punya kekasih!”

Oh.

“Dan kau kekasihnya!!!”

Double oh. Oh oh.

Ah, tapi ini kesempatan yang tepat. Aku harus berpura-pura menjadi kekasih Summer dan bersikap protektif pada Harry seakan Harry adalah milikku yang paling berharga. Menjijikan sekali memang memikirkan hal ini, tapi ini kesempatan yang aku punya untuk menjadi malaikat.

“Ya. Dia memang kekasihku. Dia bilang dia sangat mencintaiku, dan aku pun juga sangat menyukainya.”

“Bullshit!” geramnya, “Kau dan dia bahkan baru bertemu beberapa minggu!”

Aku membasahi bibirku yang terasa begitu kering, “Dalam cinta, tidak ada batas minimal dan maksimal aku bisa jatuh cinta. Bahkan ada juga kan orang yang jatuh cinta sejak pandangan pertama?”

“Aku lebih lama mengenal Harry! Harusnya dia lebih melirikku!”

“Lagipula boleh aku beri usul?”

Dia tidak menjawab apa-apa, aku sanggup saja dia memperbolehkan aku membuka suara.

“Chase seratus kali lebih baik dari Harry. Kau serasi dengan Chase. Dia begitu mencintaimu.”

Summer kembali tertawa, “Kau kekasih Harry, kan?”

“Ya.”

“Lalu kenapa kau malah membela Chase? Kau menyukai Chase? Hah, kau dan aku sama saja!”

“Aku bukan membela Chase dan aku tidak menyukai Chase, aku menyukai Harry.” Dear God, maafkanlah diriku yang telah melakukan dosa besar dengan kebohongan menjijikan ini, “Dan yang aku maksud itu adalah Chase baik untuk memperbaiki dirimu sedang aku baik untuk memperbaiki Harry kembali ke jalan yang lurus.”

Tawa Summer semakin kencang. Aku tak mengerti selera humornya, dia punya selera humor yang sangat mengecewakan.

“Jadi, yang kau mau bilang adalah kau dan Chase adalah malaikat sedang aku dan Harry adalah iblis?”

“I guess so.”

“Aku tidak mengerti apa yang Harry lihat darimu. You're just an uptight bitch who act like a dirty shit.”

“Um…aku rasa Harry mencintaiku dan aku lebih baik seribu kali lipat darimu.”

“What did you say?”

“You already heard that.”

“Say it again!”

“Tidak ada rekaman ulang. Yang aku ingin sampaikan adalah kau ini butuh penolong dan kalau kau ingin terselamatkan kembalilah pada malaikatmu, Chase adalah malaikat penjagamu. Aku yakin dia bisa memperbaikimu.”

Puas mengatakan hal itu, aku langsung masuk ke kamar dan tertawa puas. Aku rasa sekarang 1-0 untuk aku melawan Summer.

Selesai mengurus urusan dengan Summer, aku kembali dalam posisi tidur. Karena suara teriakan dan sumpah serapah Summer sangat menganggu, aku pun mengambil headphone dan memasangnya di ponsel lalu memilih suara Edith Piaf sang ratu klasik untuk mendistraksi otakku dari segala keributan ini. Dan cara ini ampuh.

***
Aktingku menjadi kekasih pura-pura Harry dimulai sejak Harry datang ke dorm. Aku mempersilakan dia masuk dengan senyuman lebar, bahkan mencium pipinya sebagai tanda sambutan.

Dari ekor mataku, aku bisa melihat Summer memerah menahan amarah luar biasa saat menyaksikan kedekatanku ini dengan Harry.

“Aku sikapmu yang sekarang ini,” kata Harry di lekukan leherku. Dan dengan lancangnya dia mencium dan menggigit leherku dengan seduktif tepat di bagian yang membuat aku tidak bisa menahan eranganku. Dammit, Harry sudah di luar kontrol!

Aku segera menarik dia untuk keluar dorm.

“Uh…apa kita akan mencari tempat tempat untuk melanjutkan kegiatan tadi? Tempat yang lebih tertutup dan tidak punya gangguan?”

“Shut up, Harry!”

“Oke. Aku pasrah. Ke mana pun kau membawaku, aku akan terima dengan lapang dada.”

Aku memutar mata kesal. Entah kenapa Tuhan bisa menciptakan mahluk semenjengkelkan ini.

Saat sudah ada di dalam lift, aku langsung membalikkan tubuhku sehingga aku bisa berhadapan langsung dengan Harry.

“Mulai detik ini, kita resmi pura-pura berpacaran.”

“Oke.”

“Ingat baik-baik, kata kuncinya adalah PURA-PURA!”

“Kalau boleh aku bertanya, apa maksud dari ini semua?”

Dentingan lift berbunyi. Kita sudah mencapai lantai bawah. Kita lalu melangkah keluar dan berjalan menuju ke area kampus.

“Aku tidak suka kau dekat dengan Summer.”

Mendadak Harry sudah ada di depanku dan memegang erat bahuku. Aku bisa melihat ada senyuman miring yang melekat di bibirnya saat ini, “Apa kau cemburu, babe?”

“Cemburu? Tentu saja tidak!” Aku masih waras untuk bisa cemburu untuk laki-laki seperti Harry. Dia tidak pantas untuk dicemburui karena dia tidak pantas untuk dicintai.

“Lalu?”

“Aku tidak ingin Summer tersesat karena sikap iblismu, dan lagipula aku tidak ingin Summer dan Chase berakhir begitu saja. Aku tidak ingin orang sebaik Chase patah hati.”

Harry bersiul dan menggelengkan kepalanya tak percaya, “Kau unik sekali.” Dia lalu dengan lancangnya mencubit gemas pipiku.

Aku langsung menampik tangannya. “It hurts!”

Sebelum aku sempat berkedip, wajah Harry merapat ke wajahku dan bibirnya kembali menginvansi bibirku dengan lumatan yang berbahaya. Sulit sekali menolak sentuhan dan ciuman Harry, pria ini sepertinya punya mantra khusus untuk hal-hal seperti ini.

Aku bahkan tidak sadar kalau sekarang kita sedang ada di jalan yang penuh dengan para pejalan kaki yang berlalu-lalang. Kita berciuman terlalu berlebihan dan sialnya aku baru protes setelah ciuman kita terputus karena masalah oksigen.

“Kau tidak boleh menciumku!”

“Kau pun membalas ciumanku, dear.” Harry mendekatkan kepalanya dan berbisik dengan nada suara rendahnya yang terdengar sangat seksi, “Dan aku yakin kau sangat menikmatinya.”

Aku segera mendorong tubuh Harry. “Kau dan aku hanya berpura-pura menjalin hubungan!”

“So what?”

“Kita tidak boleh saling bersentuhan dan berciuman.”

Harry menaikkan satu sudut bibirnya ke atas, “Pura-pura atau tidak, yang aku tahu kalau berpacaran itu hal-hal seperti ciuman atau pun sentuhan lainnya diperbolehkan.”

“Tapi—”

Aku hendak protes tapi suaraku ditelan oleh satu kecupan Harry. Kali ini singkat, tanpa ada nafsu yang bermain. “You're mine from now on, Maddy,” bisiknya yang membuat sekujur tubuhku meremang.

Aku tahu aku sedang ada dalam masalah besar.
Aku menjatuhkan diriku dalam masalah besar ini, dan aku pesimis bisa keluar dari lobang masalah ini. Aku sudah tenggelam terlalu dalam.

***

A/N :
Kalau plot ceritanya agak nggak nyambung kasih tau ya, guys. Gue tau kok makin gaje, tapi entah kenapa semakin gaje semakin semangat nulisnya. Haha
Btw, makasih ya udah bersedia baca.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro