#4. Bastard : I'm alive in your hold
Song : Who is by Bruno Mars.
Man, gue seneng banget Harry bakal bikin project albumnya sama Bruno. Akh... gue ngebayangin nanti Harry bakal dikasih lagu yang menyayat-nyayat hati kayak setipe Grenade atau All I Ask gitu sama Bruno. Cocok suara Harry buat nyanyiin lagu desperate penuh emosi.
Akh... sumpah nggak sabar sampe albumnya keluar. Pasti bakal jadi keren banget. Iyalah... Gila... Harry mainnya sama bruno mars aka prince of pop music. Haha.
OOT dikit... kalian harus denger lagu baru Bruno yang Versace On The Floor sama Too Good To Say Goodbye. Maigat, suara Bruno itu selalu bisa meringis-ringis dan buat mesem-mesem sendiri. Apalagi yang VOTF lagunya cocok buat bikin orang mesum mesum sambil ena ena..... astaga apaan sih gue gaje banget. Wkwk.
Udah... abaikan aja. Gue emang nggak jelas.
Yang jelas Nikmati aja Chapter yang masih belum sempurna ini... 😂😂
***
Entah ada apa denganku, di otakku selalu saja muncul wajah Maddy. Maddy itu seperti obat, dia membuatku ketagihan. Dalam satu hari aku tidak bertemu dengannya, aku akan seperti orang gila, persis seperti orang yang sakau oleh obat.
Aku melihat Maddy dijemput oleh kekasihnya, yang wajahnya sangat familiar, entah aku pernah melihatnya dimana, aku lupa. Mereka pergi, dan aku mengikuti di belakangnya walaupun aku sangat tidak nyaman melihat wanita yang seharusnya menjadi milikku malah mencium bibir pria lain.
Aku terus memperhatikan mereka dari jauh. Mereka sangat mesra, mereka tertawa dan bahagia bersama. Interaksi mereka membuat banyak orang iri, termasuk aku. Belum pernah aku memiliki kekasih yang bisa aku buat tertawa selepas itu. Well, aku bahkan belum pernah punya kekasih. Yang aku tahu selama ini hanyalah seks... yang tidak mengandung cinta. Lama-lama seperti itu membuatku sadar kalau hidupku terasa monoton, aku butuh orang yang bisa memberi warna di area gelapku. Instingku bilang hanya Maddy yang cocok melakukan hal itu.
Sayang menaklukkan Maddy akan sedikit sulit karena hanya orang buta yang tidak melihat betapa dia mencintai kekasihnya itu. Aku yakin mereka sudah lama berpacaran, chemistry mereka tak terbantahkan. Well, tak apa... semakin besar rintangan yang akan aku hadapi, artinya semakin besar perjuanganku untuk merebut hati Maddy.
Tiba-tiba ada seorang wanita yang menghampiri meja mereka. Senyum Maddy menjadi pudar dan berganti dengan kebencian. Lalu lama-lama mata anak itu berkaca-kaca, dia terlihat begitu terpukul. Seandainya aku tahu apa yang mereka bicarakan...
Maddy tak lama kemudian langsung berlari keluar dari kafe. Aku mengikutinya dari belakang, aku tahu bahu dia naik turun karena tangisan. Beberapa kali dia berhenti berjalan untuk mengusap air matanya. Ada apa dengannya? Tadi dia baru saja bahagia dengan kekasihnya dan sekarang dia seperti dicampakkan. Well, mungkin saja dia di depak dari hati kekasihnya karena wanita yang datang tiba-tiba itu.
Ini peluang emasku untuk sedikit-sedikit merebut hati Maddy. Jadi aku berjalan sangat cepat hingga aku berada di depan dia. Di tengah banyak orang yang berlalu lintas, aku memeluk dia sangat dalam. Hanya dengan pelukan ini, jantungku seakan ingin meledak.
"Jawab aku. Ada apa denganmu?"
Isakan dia semakin kencang. Aku membawanya sedikit ada di sisi trotoar yang tidak penuh dengan lalu lintas orang. "Harry, apa semua pria itu brengsek? Tidakkah ada satu saja pria yang benar-benar setia dan sempurna."
"Well... ada tentu saja. Pria di pelukanmu adalah salah satu dari makhluk langka itu." candaanku berhasil membuat dia sedikit terkekeh di sela-sela isakannya.
Karena omonganku yang terlampau jujur itu, Maddy malah menghadiahi satu pukulan pelan di dadaku. "Bastard."
"Yes, Beauty?"
Walaupun wajah Maddy tersembunyi di atas jantungku yang terus bernyanyi, aku tahu pasti Maddy sedang tersenyum. Isakan dia sudah memelan, aku rasa dia sudah sedikit rileks.
Aku melepas tubuh Maddy. Membuat dia menghadapiku. Wajahnya benar-benar kacau, maskara dia luntur gara-gara air mata, tapi di tengah kekacauan itu, dia masih tetap terlihat cantik. Aku membawa tanganku ke pipi lembutnya dan menghapus jejak air matanya lewat tangan telanjangku.
"Jangan menangis lagi. Aku tidak suka melihatmu menangis, kau terlihat lemah. Padahal aku menyukai kekuatanmu apalagi kalau kau sedang beradu argumen denganku. Kau seksi dengan tingkahmu itu."
Bibir dia terangkat sedikit tapi dia menahan diri untuk tersenyum. Setan menguasaiku, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengecupnya. Rasa bibirnya tepat sesuai ekspektasi, dia terasa sangat lembut dan manis. Hanya tiga detik aku merasakan kesempurnaan itu sebelum Maddy menarik dirinya. Pipi dia bersemu merah dan agak salah tingkah.
"Well - "
"Aku tidak akan meminta maaf karena tingkah tadi."
Sunyi selanjutnya menjadi musik latar belakang kita. Hanya mulutku saja yang diam tapi tidak dengan tanganku. Aku senang sekali memainkan rambut halusnya sekaligus membelai lembut pipinya, dia tidak menolak. Dia malah memejamkan matanya menikmati perlakuanku. Tidak tahan dengan segala perasaan ini, aku membawanya ke dalam pelukan lagi. Lebih erat, membawanya menjadi milikku untuk sesaat untuk menjadi selamanya. Aku mencium ubun-ubun kepalanya membaui harum rambutnya yang pasti akan menjadi harum favoritku sampai tua.
Aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya. Aku merasa begitu hidup. Aku merasa menjadi pria paling beruntung di seluruh dunia.
"Harry - "
"Uhm?"
"Apa kau tidak malu? Ada banyak orang disini yang melihat kita."
"So what?"
Maddy melepas pelukannya. Sekarang tidak ada lagi raut wajah sedih, dia malah menatapku dengan jengkel. Aku sukses membuatnya kembali normal.
"Gosh... ampuni aku. Apa yang sudah aku lakukan tadi!" racaunya lalu memilih untuk pergi dari hadapanku. Aku tertawa. Gadis itu lucu dan aku menyukai sifat uniknya itu.
Kali ini aku tidak mengejar dia. Tujuanku untuk membuat dia tersenyum kembali, itu sudah sukses aku lakukan. Biarlah dia melangkah pergi untuk sementara dari hangat tubuhku, dia hanya perlu tahu aku selalu ada di tempat dia butuh pelukan. Aku yakin pada akhirnya dia akan tenggelam dan terlarut dalam buaian cinta yang akan mengikat kita berdua. Aku menyukainya, mungkin ini disebut cinta. Dan aku akan membuat dia jatuh cinta padaku. Kita akan menjadi pasangan sempurna yang membuat iri semua orang di dunia.
Saat Maddy hilang berbaur dengan keramaian orang, aku baru berbalik dan melangkah ke satu tempat yang tadi membuat gadisku menangis.
Di kaca jendela kafe itu, aku melihat dua orang sialan itu sedang tertawa. Sial, mereka membuat Maddy tersiksa sementara mereka menari di atas luka Maddy. Tidak adil sama sekali. Emosiku sudah mencapai puncak, tinggal perlu aku eksekusi. Untuk itulah aku masuk ke kafe itu dan menarik pria bajingan itu keluar, dengan paksa. Aku tidak mau membuat keributan di dalam kafe, aku tidak mau menganggu kenyamanan tamu.
Ketika sudah sampai di luar, tanpa buang semili sekon waktu aku langsung memukul bajingan ini dengan seluruh tenaga yang aku punya. Pria ini bahkan tidak punya tenaga untuk membalas, damn, apa dia benar-benar laki-laki? Dia tidak bisa berkelahi... sebagai laki-laki dia sudah gagal. Tapi aku tidak menyerah walaupun tahu pria ini tidak membalas, aku hanya terus memukul, membalas apa yang tidak bisa Maddy lakukan tadi.
Ketika pria itu sudah benar-benar lemah perhatianku jatuh pada si wanita jalang yang daritadi terus menjerit dengan suara jeleknya. Gadis ini bahkan tidak setara dengan kecantikan Maddy, dia ada jauh sekali di bawah. Pria tolol ini sudah buta.
Aku bukan pria yang suka main kasar pada wanita, jadi aku menahan sekali tanganku yang mengeras ini memukul wajah jalang ini. Lalu aku mendapat ide yang lebih brilian, aku jatuhkan harga diri jalang itu dengan meludah ke wajahnya. Sampah memang harus diperlakukan seperti sampah. Pantasnya dibuang lalu diludahi. Jalang ini adalah sampah itu, tapi sayangnya dia sudah tidak bisa di daur ulang. Dia sudah terlalu kotor, menjijikan, dan hanya cocok menjadi teman para kotoran.
Well, aku rasa tugasku sudah selesai. Walau rasa puas itu belum semuanya terlampiaskan tapi aku cukup bangga dengan kerja tanganku. Sekarang waktunya untuk pergi sebelum polisi datang dan menangkapku.
***
A/N :
Next nya mau cepet apa lama nih? Wkwk....
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro