#3. Beauty : In your hold
Baru satu hari aku tinggal dengan roomate-ku dan dia sudah membuat masalah yang sangat fatal. Dia dan pria berambut ikal dan bermata hijau terang itu bisa-bisanya make out di kamar yang sudah jelas-jelas ada penghuni lainnya. Memalukan sekali!
Well, walaupun kondisiku sedang tidur tapi tetap saja urusan intim itu seharusnya untuk privasi bukan untuk dipublikasikan, kecuali kalau mereka bintang porno. Uhm... well, mungkin saja mereka memang bintang porno. Euy, menjijikan sekali. Kalau sampai hal itu kembali terulang, aku bersumpah akan langsung angkat kaki dari tempat ini. Otakku masih terlalu suci untuk menerima hal-hal kotor seperti itu.
Untungnya seminggu kemudian tidak ada yang terjadi lagi. Aku bahkan jarang bertemu dengan teman kamarku, dia pulang selalu larut malam. Tapi masalahnya selama seminggu ini aku selalu diganggu dengan Harry, ya, aku sudah tahu namanya. Dia selalu memperkenalkan dirinya di setiap kali jumpa temu denganku, membuatku muak saja.
Dia datang ke kamarku hampir setiap hari dan menanyakan dimana Summer. Hah... aku tidak bodoh untuk tahu kalau Summer hanyalah alasan dia. Dia ingin menarikku ke dalam pusaran seksual miliknya, tapi aku sama sekali tidak tertarik! Aku sudah punya kekasih, dia tampan dan dia sangat sopan. Mustahil aku selingkuh dengan pria seperti Harry, menjadi teman pun jangan harap.
Lalu, di akhir pekan, seperti kebanyakan freshman yang kecanduan party. Summer dan Harry sudah sejak dari hari jumat selalu saja pergi ke pesta. Harry mengajakku tapi aku beri dia pelototan maut, aku tidak akan mungkin menghadiri pesta dengan banyak orang, banyak alkohol, banyak narkoba, dan tentu saja banyak orang yang melakukan hal menjijikan di depan umum. Yack... menjijikan sekali bahkan walau di bayanganku saja. Daripada ke pesta lebih baik aku di atas tempat tidur, membaca buku hingga pukul sembilan kurang lima belas, menelpon Sean selama lima belas atau mungkin kadang-kadang dua puluh menit, lalu tidur sebelum jam sepuluh agar aku punya waktu cukup tidur ideal selama delapan jam.
Di hari minggu, ada hal yang aneh terjadi. Summer tidak dijemput dengan Harry, malah seorang pria pirang yang bermesraan dengannya. Jadi, Harry dan dia sudah putus?
Tapi kenapa setelah Summer pergi dengan pria itu Harry malah datang ke kamar mereka dan menanyakan keberadaan Summer? Anehnya lagi, saat aku beritahu Summer pergi dengan laki-laki lain tidak nampak satu cuil pun kecemburuan dari Harry.
Well, aku bukannya tertarik dengan kisah asmara orang lain. Tapi aku sedikit penasaran saja. Jadi, besok harinya, aku sengaja membangunkan Summer yang masih hangover. Bau alkohol di tubuhnya benar-benar kuat, membuatku sedikit mual.
"Apa maumu?" kata dia tajam tapi tidak membuka matanya.
"Aku mau bertanya."
"Hm."
"Kau sudah putus dari Harry?"
"Kenapa memang? Kau tertarik dengan dia? Yasudah ambil saja... Harry juga tertarik denganmu."
"Tidak! Aku sudah punya pacar dan Harry bukan tipeku."
"Tidak ada yang peduli kau punya pacar atau tidak. Lagipula...Kenapa kau tidak pergi saja sekarang, aku pusing... aku mau istirahat dan aku tidak bisa istirahat kalau kau terus bertanya."
"Pria pirang yang kemarin itu - "
"Kalau dia tidak boleh kau rebut. Dia kekasihku!"
"Kekasihmu bukannya Harry?"
"Nope. Dia hanya teman mainku."
"Kau selingkuh?"
"Oh Gosh... kenapa kau tidak pergi saja sekarang!"
"Kenapa kau selingkuh?"
Aku sangat tidak menyukai ketidaksetiaan seseorang. Bagaimana mungkin mereka sudah diberi jutaan cinta malah mengkhianati pasangan mereka sendiri. Sangat tidak masuk akal.
"Aku tidak selingkuh. Aku dan Harry hanya teman main."
"Tapi kau tidur dengan dia."
"Oh well... kita teman yang saling membutuhkan. Friend with benefits."
"Dan itu sama saja dengan selingkuh."
"Like I care." Dia pun menutup Wajahnya dengan bantal tanda agar aku menghentikan pembicaraan ini.
Aku kasihan sekali dengan kekasih Summer. Pria itu sudah menaruh kepercayaan dia pada Summer yang dibalas dengan perbuatan liar Summer. Wanita ini sangat tidak ideal, dia bertingkah seperti jalang, selalu mabuk, bahkan di kamar mandi pun aku menyium bau marijuana. Anak ini butuh pertolongan. Suka atau tidak suka, aku harus membuat perubahan pada dia. Setidaknya aku bisa mendapat untung dengan memperluas jalanku menuju surga.
***
Hari ini aku sangat bahagia. Senin yang biasanya dibenci oleh banyak orang menjadi teman terbaikku hari ini, bagaimana tidak, Sean datang menjengukku. Sean bilang dia sedang ada pemotretan di Boston, makanya dia punya banyak waktu yang bisa dia luangkan denganku.
"Jadi, bagaimana perasaanmu sekarang?"
Aku langsung mengecup bibir Sean yang lebih manis daripada madu dan lebih lembut dari kapas, oh Tuhan, aku bahagia sekali sekarang.
Sean agak canggung karena tingkahku yang tidak seperti biasanya. Well, aku memang bukan makhluk wanita agresif dan suka PDA tapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menyium Sean. Dia terlalu tampan untuk diabaikan, beruntunglah aku bisa memilikinya.
"Belum sampai sebulan kau di tempat ini dan kau sudah sedikit mengalami perubahan."
"Aku tidak berubah. Kau saja yang irresistible."
Sean tersenyum lalu memajukan wajahnya hingga bibirnya kembali menyentuh bibirku. Ciuman kita tidak penuh dengan nafsu, hanya saling mengecap pelampiasan rasa rindu saja.
Sayangnya kebahagiaan itu harus berhenti karena datang seorang penganggu. Tidak ada orang yang paling aku benci selain wanita ini. Namanya Vanessa, dia dulu adalah temanku yang sekarang sudah menjadi mantan teman. Hubunganku dengan Sean sempat renggang karena wanita ini, aku pernah memergoki dia tengah duduk di atas tubuh Sean dan berciuman panas sekali. Dia sahabatku dan Sean kekasihku, aku marah pada mereka berdua. Tapi Sean berusaha menjelaskan, dia bilang mereka sedang mabuk dan dia sama sekali tidak punya rasa untuk Vanessa. Aku tidak dengan begitu saja percaya tapi setelah Sean berusaha tiga bulan untuk mendekatiku lagi dan membuktikan rasa cintanya padaku di tengah kesibukan dia sebagai model, tentu saja aku akhirnya luluh.
Sekarang wanita brengsek itu kembali. Aku rasanya ingin mencabik wajahnya sekarang.
"How's life, Maddy?"
"Perfect until you come. Mau apa kau kesini?"
"Aku dan Sean dipasangkan menjadi brand ambassador pakaian, dan kita tengah melakukan pemotretan."
Aku menatap Sean yang tampak sangat bersalah. Hell, kenapa pria itu tidak bilang kalau dia mengambil projek bersama wanita ini!
"Aku kesini untuk memberitahumu, Maddy."
Aku terlalu marah untuk percaya. Tanpa mendengar sepatah kata pembelaan dari Sean, aku memilih keluar dari kafe.
Yang membuatku semakin kecewa adalah Sean tidak berlari mengejarku seperti para pria yang berusaha menjelaskan kekeliruannya pada si wanita. Sean masih duduk di tempatnya dan membiarkan bibir Vanessa bermain di leher dan kupingnya.
Oh, baiklah... aku rasa ini kali terakhir aku mempercayai Sean.
Hubungan bertahun-tahun yang aku bangun dengan Sean sudah resmi berakhir. Hanya seperti itu.
Aku benci sekali mereka berdua dan aku semakin membenci hari senin.
Aku menangis hebat di jalan. Aku merasa ditipu. Aku yakin selama ini mereka berdua selalu bermesraan di belakangku. Menyedihkan sekali aku ini, disini aku percaya Sean adalah tipe ideal laki-laki yang sangat sulit dicari karena terlalu sempurna dan sangat mencintaiku tapi kenyataannya dia malah bermain api dengan wanita lain. Dia tidak belajar dari kesalahan di masa lalu.
"Kau kenapa?" tanya suara serak milik Harry.
Mungkin karena aku baru patah hati, mungkin karena aku sedang sedih, mungkin karena aku butuh ketenangan, mungkin karena itu Harry. Entahlah yang jelas aku langsung menjatuhkan diri ke pelukan dia. Aku menangis sekencang yang aku bisa di detak jantung Harry yang berantakan. Dan sumpah demi apapun hal yang tidak masuk akal, orang yang selalu aku anggap buruk ini malah membuatku nyaman.
Harry dan Sean sama-sama bajingan. Hanya saja Harry lebih terbuka pada dunia kalau dia orang yang buruk, tidak dengan Sean yang berpura-pura baik malah sebenarnya busuk di dalam.
Untuk satu hal itu, nilai Harry lebih baik dibandingkan Sean.
***
A/N :
Sorry gue Update nya lama mulu, entah kenapa feel gue buat nulis hilang entah kemana. Ini gue berusaha untuk balikin mood nulis gue, hasilnya jadi seadanya kayak gini. Jadi jangan komplain please... gue udah usaha maksimal walaupun hasilnya minimal.
Hmmm...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro