Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6 | We Are The Same

Aku meniti selasar berdinding putih dan coklat muda. Dengan aroma antiseptik khas yang sejujurnya aku senangi. Namun kali ini terasa memuakkan.

Dari jarak sepuluh langkah aku mendapati Seokgyu di kursi tunggu tidak jauh dari pintu IGD. Jantungku mengembang dan mengempis tidak tenang melihat penampilan Seokgyu yang luar biasa kacau. Jauh di luar dugaanku.

Selain aku sudah lama tidak bertemu dengannya secara langsung, juga aku tidak pernah melihat Seokgyu seperti ini, bahkan membayangkannya saja tidak pernah. Aku jadi bingung mau kesal atau bersimpati dengannya?

Rambutnya urakan seperti baru bangun tidur. Seokgyu itu tipe perfeksionis, biasanya sekalipun rambutnya tidak klimis dia akan tetap tertata rapih seperti delegasi MUN. Dasinya longgar, dua kancing atas kemejanya dilepas, dan dia berkeringat di ruangan ber-AC. Yang pasti pemandangan ini langka untuk seorang Seokgyu, bahkan mungkin karyawan di kantornya tidak pernah melihat pemimpinnya begini meski dia sedang marah besar.

Selangkah setelah dia melihatku, pria tinggi itu dengan cepat meraih tubuhku masuk ke dalam pelukannya. Aku diam tidak membalas, bingung.
Rasa kesal masih membalon besar di dalam dada. Tubuhnya gemetar, dan sangat hangat. Aku paham. Aku seperti sedang memeluk diriku sendiri. Kami sama-sama khawatir dan takut.

Usia penyakit nenek sudah genap 29 tahun. Selain nenek memiliki penyakit Artritis, yaitu kondisi umum yang dialami setiap lansia, berupa nyeri-nyeri sendi. Nenek juga memiliki riwayat penyakit jantung sejak lama. Kekuatan otot jantung nenek menurun, begitu juga dengan fungsinya dalam memompa darah. Apalagi nenek juga pengidap Aterosklerosis pada jantung yang menyebabkan penyakit jantung Koroner.

Nenek setipe denganku, si pemakan segala dan tidak begitu peduli dengan kesehatan masa depan, bukan sih, bahasa kami adalah kami terlalu percaya Tuhan. Kalau Tuhan berkata kami punya penyakit tertentu ya terjadilah tapi jika Tuhan bilang tidak ya tidak terjadi.

Tapi itu dulu, saat aku kecil usiaku sekitar 6 tahun, saat cita-citaku masih ingin jadi arsitek. Aku termasuk anak kecil nakal yang susah diberi nasihat. Melakukan apapun semauku. Tapi entah bagaimana, aku seolah mengikuti pola hidup nenek.

Tiga tahun sebelum akhirnya aku kuliah kedokteran, aku mulai mendalami Sains dan menjunjung tinggi arti kesehatan masa depan. Aku dan nenek berjuang untuk menghindari keinginan makan atau minum yang tidak baik untuk kesehatan masa depan. Kecuali minum alkohol. Kupikir perubahan tersebut sudah memiliki dampak yang baik bagi kesehatan kami.

Tapi Tuhan bilang nenek harus mengalami ini. Semakin bertambahnya usia, penyakitnya bukannya membaik malah semakin melemahkan diri perempuan baya kesayanganku.

Aku tahu beberapa bulan terakhir kondisinya pernah drop. Beliau mengalami keterbatasan dalam gerak dan melakukan aktifitas. Pernah sebagian waktu di antaranya beliau harus berbaring di tempat tidur dalam waktu yang lama. Akhirnya menimbulkan masalah baru, yaitu Ulkus Dekubitus atau infeksi paru-paru.

Ketika beliau kambuh, aku langsung menyempatkan diri datang di tengah waktu kosong konser tour di Busan. Dan sekarang lagi.

"Seozee ... jangan sakit yaaa, kumohon jaga kesehatan, Dokter harus sehat," kicau Gyu parau. Pelukannya yang tiada henti mengerat cukup membuatku sesak. Dia hanya meluapkan emosinya pada tubuhku tanpa memberikan kenyamanan yang harusnya kuterima.

"Oppa tolong ...." Aku melepas rekatan tubuh kami lalu menarik kerah kemejanya seperti mengancam sesuatu. Tanganku dengan cepat melepas simpul dasinya lalu menarik kain tersebut dari lehernya.

"Aku masuk dulu." Setelah itu aku menarik lengan Jaehwa berjalan bersamaku sambil memasukan dasi Gyu sembarang ke dalam tasku.

"D-dia siaㅡ"

"Kakakku, dia kakak kandungku," potongku tanpa melihat ekspresi Jaehwa di belakang.

**

Kami tenggelam dalam ruangan berwarna senada dengan dinding di luar. Telingaku terdengar terlalu ramai dengan desiran aliran darah, detak nadi dan jantung secara bersamaan. Tubuhku meringsut lemah pada pegangan kuat Jaehwa di lenganku yang menahanku untuk tidak jatuh.

Seketika lututku lemas melihat nenek terbujur lemah di atas ranjang rumah sakit dengan segala alat bantu untuk tetap hidup. Rasanya aku mau mengikari bahwa nenek sudah tua dan sakit.

Meskipun aku mengingkarinya sekuat tenaga, nenek Sun tetap sakit dan tidak ada yang bisa aku lakukan untuk menyelamatkannya kecuali doa.

Setiap kali mengingat-ingat bahwa nenek pernah menjadi wanita cantik dan tegar, hatiku sakit seperti ditusuk duri. Mungkin ini juga dirasakan Seokgyu. Sejatinya peran nenek lebih mewarnai dan melengkapi kehidupan kami dibanding orang tua yang membuat dan melahirkan kami.

"Mari bicarakan di luar, Nona," ucap perawat dengan seragam khasnya, mengarahkan kami untuk segera mengikutinya.

Setelah beberapa lontaran pertanyaan dasar dariku seputar apa yang terjadi saat pasien masuk IGD dan penanganan yang sudah diberikan. Perempuan yang kelihatannya seumuran denganku ini hanya menjawab seadanya sambil sibuk dengan papan lengkap dengan alat tulis di pelukannya.

Aku kembali menyarangkan tali masker ke belakang telinga. Belum keluar dari ruang besar dipenuhi pasien gawat darurat lain. Di tengah ruang tidak jauh dari meja informasi, perawat tersebut memberikan laporannya sambil berbincang singkat dengan seorang dokter.

"Keluarga dari nyonya Sun?" Mulai dokter dengan tanda pengenal bertuliskan Jang San Wook di sisi kanan sakunya.

"Benar, bagaimana kondisi nenek saya, Dok?"

"Mohon maaf kalau kabarku agak tidak mengenakan, nona Kim ... masalah Kardiovaskuler pada pasien semakin meningkat, pembuluh darah yang mengantarkan darah ke jantung tersumbat oleh gumpalan darah, kondisi itu kemudian menghambat sehingga suplai oksigen dan nutrisi di otot dan jaringan di sekitar jantung berkurang."

Sesekali dokter Jang membuka lembaran-lembaran laporannya, "Salah satu penyebab kerusakan pada jantung nyonya Sun semakin parah itu karena pasien masih mengkonsumsi alkohol." Bibirku sontak merapat kencang, menahan diri untuk tidak mengudarakan emosi.

"Serangan jantung ini pun sudah sering terjadi, ditambah lagi akhir-akhir ini pasien stres, ini menyebabkan tingginya produksi hormon Adrenalin dan zat Katekolamin di dalam tubuh, pasien belum bisa lepas dari peralatan medis untuk sementara waktu, setelah ini pasien akan dipindahkan ke ruang ICU ...."

Tidak ada kata untuk merangkai kalimat jenis apapun saat ini. Di batinku sudah ada rasa bersalah yang perlahan menghabisiku. "Untuk sekarang apa nenek bisa sadar?"

Dokter Jang memicingkan matanya ke arahku penuh prihatin. Lalu menghela napas sebelum dia bicara lagi, "Kuharap keinginannya untuk hidup besar, kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk memulihkan kondisi pasien."

Aku mendesis ngeri sebelum mengangguk paham juga menghela napas terang-terangan.

**

Apalagi yang bisa membuatku merasa baik-baik saja? Kondisi nenek sekarang adalah fakta yang mampu menguburku ke dalam rasa bersalah.
Semakin tercetak jelas sebuah pernyataan bahwa aku salah satu penyebab nenek terbujur lemas di atas ranjang rumah sakit.

Kali ini kondisinya sungguh buruk. Menyakitkan ketika mendengar dokter Jang memberi izin untuk memberi makanan yang seharusnya menjadi pantangan. Namun ia melakukannya dengan syarat "jangan suruh dia makan, biarkan dia mencium aromanya dan melihat tampilan hidangan kesukaannya, itu memberi kepuasan secara mental."

Tanganku gemetar memeluk kotak sup tomat smoked beef yang kupesan tanpa sepengetahuan Seokgyu kalau ini untuk nenek. Keputusan dokter Jang sedikit membuatku takut. Dengar kalau nenek sadar saja jantungku loncat kegirangan tapi kembali jatuh karena ini.

Aku tahu dengan kondisi nenek yang semakin menyedihkan, makanan itu tidak bisa dimakan banyak oleh nenek atau bahkan tidak dimakan sama sekali. Dia tidak bisa makan apapun banyak-banyak sekarang. Aku mengizinkan karena makanan itu hanya membuat nenek merasa di 'rumah'.

***

Terima kasih yang sudah meluangkan waktunya untuk vote cerita ini🌞
I'll give u the real flowers


Silahkan jika ada yang ingin berkomentar soal penjelsan medis, mungkin ada yang keliru, kolom komentar terbuka lebar🙏🏻 mohon maaf jika ada kesalahan di dalamnya. Terima kasih, Seng💗

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro