12 | Drop a Bombshell
KSNews
• Giant Hit Secara Resmi Membantah Rumor Kencan Jaehwa BLP dan Solois Kim Zee
• Bukan Jaehwa BLP! Kim Zee Tertangkap Menggandeng Seorang Pengusaha Muda
Berita ini menjadi pembicaraan para netizen di situs komunitas online Pann lewat sebuah postingan berjudul "Jaehwa dan Kim Zee Adalah Teman Yang Akan Tetap Teman, Kim Zee Gandeng Seorang Pengusaha." Mereka pun melontarkan beragam komentar :
"Pertemanan mereka tidak terlalu terekspos sih, jadi aku sempat curiga. Aku sendiri tidak setuju."
"Berita seperti ini sungguh memuakkan."
"Zee itu kagum dengan Ha Joon, kan?"
"Iya, aku juga hanya tahu itu."
"Zeenie selalu kena kontroversi... "
"Siapa nama pengusaha itu? Kelihatannya tampan sekali."
"Seokgyu! Dia terkenal di kotaku."
"Di mana kamu tinggal?"
"Gwangju."
"Jangan menanggapi troll, Pann adalah sekelompok troll."
"Terkadang aku bisa percaya dengan sasaeng, tapi kali ini si brengsek ini tidak tahu apa-apa."
••
"Jangan baca berita." Seokgyu menutup layar laptop pelan, kemudian menarik benda itu menjauh dari pangkuanku.
Aku mendecak, mengepal keras bantal di sebelah lalu melemparnya begitu saja, tanpa khawatir akan menyakiti wajahnya. "Apa yang sebenarnya kamu inginkan, hah?"
Aku yakin wajahku sudah merah matang seperti kepiting dan mata bulat abu-abu gelap seperti serigala, "Kamu selalu bertindak sesuka hatimu. Kepalamu memang sekeras batu, ya? Kubilang diam, kamu malah bermain di belakang. Dasar rubah. Lama-lama kamu persis seperti ayah."
Iya. Aku tidak kenal sopan jika emosi menguasai diri. Hanya dengan dia.
"Istirahatlah, kamu pasti lelah dengan semua berita ini," bantah Seokgyu tanpa melihatku. Membuka kembali layar laptop dengan sorot mata tenang, sepertinya dia sedang membuka histori penelusuran.
"Kamu dengan mudah membayar wartawan dan menyuruhnya mengikuti kita pulang. Jadi untuk itu kita pakai penerbangan komersial dan kamu bertingkah manis? Aku jadi muak kamu seperti itu, Oppa!"
Dia menutup laptop cepat lalu memindahkannya di meja, "Aku yakin, kamu kebingungan, merasa bersalah, dan takut. Aku melakukan ini demi mengurangi rasa itu darimu, Zee."
"Mengurangi?" aku berdiri, menapakkan kaki mendekatinya, "Kamu justru membuatku tidak tenang. Pernyataan resmi dari sebelah sudah cukup meredakan, aku hanya perlu menjauh sebentar sampai bahasannya hilang."
"Kamu merasa bersalah karena Jaehwa ikut terseret, kan? kamu mengotori nama member yang dilindungi negara dari berita skandal, dengan begitu kamu lebih takut dengan respon agensi mereka dibanding dengan respon publik?"
Sorot matanya berkilat gelap, "Zee, di sini kamu punya aku yang bisa dipakai, kupikir ini saatnya kamu membutuhkanku."
"Saatnya aku semakin dikecam ayah?" Sekuat tenaga aku menahan tangis yang tiba-tiba menyesakkan tenggorokan.
Jiwaku dikoyak hanya menyebut ayah dengan konteks seperti ini. "Kamu tahu sebenci apa ayah jika tahu kamu terseret berita bersamaku? Kamu mau aku dicaci maki beliau, iya?!"
Aku membuang napas besar ke arah lain, mundur selangkah dari hadapannya, aku tidak ingin napasnya menyentuh wajahku.
"Terima kasih karena berita kita menutup berita Jaehwa, tapi semua itu hanya membangun opini lain di mata publik, menimbulkan sensitifitas Giant Hit padaku, dan tidak akan meredam amarah ayah, konyolnya beliau pasti semakin tidak suka dengan pekerjaanku."
"Kamu hanya perlu melakukan framing dengan benar, skandal ini masih tergolong mudah untuk ditutup." Seokgyu masih setia dengan ketenangan dan ideologi egoisnya, semua itu tercetak jelas di wajah tampannya.
Aku sungguh tidak mengerti apa isi pikirannya.
"Memang mudah bagi orang hebat pendiri gedung-gedung mahal di Gwangju yang namanya mampu menaikkan rating majalah bisnis Forbes dalam hitungan menit, tapi tidak bagi artis bermental lemah sepertiku, lagi pula aku tidak akan melakukan framing."
"Zee, bicara sekali lagi seperti itu, akan kupenggal bibirmu. Kamu itu punya tingkatan sendiri untuk dirimu dan karirmu. Jangan pernah merendahkan dirimu di depanku lagi."
Tatapan matanya tajam seolah ikut memperingati, namun ada binar kesedihan yang turut tercetak di sana. Lelaki ini membingungkan, aku tidak bisa menebak perasaannya hanya dengan sekali tatap.
Bahkan dia terlalu dingin untuk menyuarakan emosinya. Nada suara yang cenderung stabil tidak mewakili amarahnya. Tapi ketajaman kalimatnya sukar untuk ditepis.
Aku mendecih tak acuh, "Kamu terdengar seperti psikopat gila yang ingin memenggal bibir adiknya." Dia melepas tangannya dari lenganku. Dahi yang sebelumnya sedikit berkerut, kembali seperti semula.
"Sudahlah. Aku mau pergi, ada panggilan dari direktur Nam siang ini."
••
"Kim Zee?" Aku menghentikan langkah di depan meja besar Pd Nam. Pembawaannya terlalu tegas, mengajak seseorang yang bicara dengannya untuk tunduk, patuh dan pasti berdebar.
Sudut bibirnya terangkat sebelah, keangkuhan turut mewarnai aura yang pria ini pamerkan. Ia memutar komputer tabletnya ke arahku, menunjukan sebuah situs SNS yang memberitakan tentangku.
"Lihat, apa yang sudah kamu lakukan di sana? Kami memberikan izin darurat untuk menjenguk keluarga, bukan untuk berkencan, Zee." Nada suaranya meninggi sampai ia menyebut namaku.
Aku menunduk sebagai rasa hormat dan permohonan maaf. Pria berkaos putih dibalut jas hitam mewah memicingkan matanya seraya menerawang isi kepalaku, ia pun bangun dan berjalan ke arahku.
"Kamu mencoba mengambil kesempatan?" Selidik pria itu, memasukan sebelah tangan di saku celana.
"Maaf Pd-nim, aku sungguh minta maaf karena telah membuat keributan di media dengan alasan pribadi," tundukku mengalah. "Tapi alasanku bukan untuk berkencan, bertemu Jaehwa adalah permintaan terakhir nenek saya, Pd-nim."
Beliau menghela napas kasar dengan kerutan di dahinya, ia tampak sangat marah. "Kamu pikir kamu bisa mengubur berita dengan alasan itu? Apa mereka akan merasa iba dengan alasanmu?"
"Tidak, Pd-nim."
"Lantas bagaimana kamu menghadapi media? Apa kamu akan meminta kami membenarkan berita atau menolak seperti yang dilakukan Giant Hit?"
Bola mataku kembali menatap komputer tablet dengan sedikit amarah dan kebingungan. "Kuharap karirku akan tetap baik dengan kebijaksanaanmu. Tapi memang agak aneh kalau bukan Agensi sendiri yang meredam beritaku ... aku juga minta maaf kalau kakakku dengan sengaja menceburkan diri, itu sama sekali bukan kemauanku."
Pd Nam mendecak, memutar bola matanya tidak peduli. "Memang dari dulu kakakmu tukang ikut campur, padahal dia bisa menjadi sumbu baru yang membesarkan api. Seharusnya kakakmu tidak perlu ikut andil dalam berita simpang siur."
Aku hanya memberi salam tunduk. Seokgyu memang tidak bisa dibenarkan walaupun memang untuk sekarang, berita yang dikeluarkan wartawan suruhan Seokgyu berhasil mendukung pernyataan dari Giant Hit.
"Kuakui kekuatan keluargamu cukup mengesankan untuk menghandle beberapa masalah menggunakan kekuasaannya, begitukah cara bermain hukum kapitalis menurut keluargamu?" ucapnya angkuh dengan tatapan tidak kalah tajam dari burung elang.
Kakiku menapak semakin dalam ke permukaan lantai. Sampai rasanya terperosok dalam lumpur. Rasanya gigiku akan hancur karena terus mengeretak kuat. "Aku ... aku benar-benar minta maaf, Pd-nim."
"Jujur, aku salut dengan ketegasan Giant Hit yang cepat mengeluarkan penolakan resmi untuk berita yang sebenarnya tidak seratus persen salah," ucap Pd Nam sambil tersenyum miring. Detik ini aku melihat sepatunya hanya berjarak lima belas centi dengan milikku.
Tiba-tiba ia menjentikan jari di depan wajahku, "ah iya, tentu saja karena BLP adalah pemasukan terbesar Giant Hit. Ckck, Giant Hit tidak akan sebesar sekarang tanpa BLP."
Seketika aku mengangkat wajah, melihat figur CEO yang baru tercium aroma kedengkian dari tubuhnya. Entahlah, aku merasa tersinggung. Ucapannya seperti memaksaku untuk membandingkan seberapa berharganya aku di mata Agensi.
Lihat, apa yang dilakukan XYG saat berita menyerangku?
Apa itu anak emas? Aku tidak merasa berharga dengan sebutan itu. Bagiku, anak emas hanya sekedar sebutan tanpa makna. Hanya sebutan untuk bakat yang lebih unggul. Tanpa perlakuan khusus.
Aku menarik napas mencoba tetap tenang. Sesekali aku memberanikan diri mengangkat wajah, "Kupikir anda pun akan bijaksana."
Matanya memicing penuh penghakiman, "Kau pasti paham ini, Kim Zee, setiap perbuatan ada tanggung jawabnya. Menurutmu kalau sekarang aku memintamu untuk putus dengan Jaehwa dan mengikuti arus sampai identitas kakakmu terungkap dengan sendirinya, masih bisa kamu bilang aku bijaksana?"
Mataku berulang kali mengerjab seolah menaburkan butiran-butiran kekesalan yang terpendam.
"Kuharap iya."
Aku sudah kehabisan kata. Bapak-bapak ini perlu merasakan tinjuku, nampaknya wajah sedikit gembul itu terlalu percaya diri dengan menunjukan keangkuhannya.
Pd Nam menghela nafas panjang. Menarik tangannya dari saku celana dan menepuk-nepuk bahuku seraya membangunkanku dari alam pikiran, "Kau pikir siapa yang lebih rugi kalau kakakmu menutup berita? Dengar, stop playing with your fuckin' relationship. Berhenti berkencan dan fokus dengan karirmu."
***
Tbc ya kawans💋
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro