Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1 | Deep Water

Hola..
Thank you for your time and enjoy!

⚠️Tw // harsh words, emotional talk, confrontation, sexual assault -tersirat.

~~~

Selama ini aku tidak mau mengikuti kepercayaan adanya bulan sial. Aku hanya ingin setiap bulan punya banyak pilihan warnanya sendiri. Terutama warna-warna terang.

Februari 2018 ini betul-betul mengacak-acak persepsiku untuk hal yang satu itu. Bukan ingin mengkeramatkan Februari sebagai bulan paling buruk. Tapi maaf Tuhan, tiba-tiba saja aku benci bulan Februari. Aku benci hari ini, kemarin, dan kemarinnya lagi. Aku benci manusia, dunia, aku benci dengan diriku sendiri.

Aku rasa dunia ini tidak lagi ramah padaku.

"Zee, tiga puluh menit lagi kita meeting di ruang Pd Nam." Seseorang hampir saja membuat jantungku keluar dari dada saking kagetnya.

Aku yakin, aku sudah terlihat seperti pelamun yang tidak bisa diganggu. Duduk di atas closet paling pojok bilik kamar mandi, dengan pintu yang sengaja aku buka, dan pintu utama toilet yang sengaja kututup.

Ia mendekatiku, mengusap lenganku khawatir. "Sudah makan?"

Aku meliriknya tajam, mencoba beri paham kalau aku masih kaget. Kaget kenapa bisa-bisanya dia menemukanku? Padahal aku sudah memberi peringatan toilet rusak di depan pintu. Kaget karena suaranya memenuhi seluruh ruang kamar mandi. Tapi dia Jeonghye, creative staff yang paling mengenalku jadi tentu saja dia tahu tempatku kabur. Dan seharusnya aku tidak perlu mempertanyakan hal itu. 

"Makan dulu sebelum masuk ke ruang meeting, kurasa pembicaraannya akan sedikit melelahkan," katanya dengan nada suara santai, namun aku bisa lihat matanya menatapku iba dan kasihan. "Oh iya, Manajer Joon bilang, Seok Yoo menelponmu tadi, dan kamu dapat izin sekarang," perempuan dengan balutan kemeja biru cerah bermotif spiral ini menyodorkan ponselku.

Tanpa ragu aku menariknya kemudian mengecek log panggilan. "Segeralah lakukan, aku tunggu di ruang kesehatan. Nggak masalah kan makan di sana? Kita perlu mempersingkat waktu, tubuhmu perlu diperiksa dulu." Ia bicara dan menyimpulkan secepat rapper. Belum sempat aku beri respon dia sudah menghilang dari hadapanku.

Tidak lama Jeonghye bersuara dari jauh, "Jangan lupa lepas akrilik sign label di pintu, kasihan orang harus muter ke ujung lift utama atau harus turun satu lantai untuk dapat akses toilet,

Kalau soal bicara dengan Seok Yoo, aku nggak perlu mengajari, kamu pasti tahu bicara yang benar dengan temanmu saat kondisi begini, aku hanya peringatkan ... hati-hati," katanya lagi sebelum terdengar suara klik pintu di tutup.

"Kalian nggak waras ya?" Serang Seokgyu dengan suara keras.

Seluruh tubuhku menegang sesaat pria itu membentak dengan emosi membara. Aku merasakan bibirku bergetar ketika mencoba untuk menarik napas.

Terlalu banyak kepala di ruang ini yang saling melayangkan emosinya terhadap satu sama lain, aku hanya berusaha kuat menahan diri untuk lebih dingin dari yang lain di balik punggung Seokgyu sambil menikmati lelehan air mata.

"Kasus ini harus dibawa ke jalur hukum, lihat luka-luka di tubuhnya, bekas menjijikan di area leher dan pinggangnya, dia terlihat sangat mengerikan lalu kalian hanya bisa diam?!" Seokgyu menoleh singkat ke belakang, kemudian menghela napas kasar.

"Kami akan urus kasus ini, Seokgyu-ssi. Tapi saya mohon untuk tenangkan diri sebentar, pasalnya kami dapat laporan lain kalau Zee melakukan pemerasan kepada Direktur Shin sebesar 1 miliar USD," jawab Jung Moni tegas, tatapannya segera berpaling pada layar laptop di depannya.

Bibirku terbuka refleks tidak percaya, berpikir dari mana datangnya omong kosong berkedok laporan itu? Seketika dadaku sesak.

"Astaga! Apa kalian percaya anak yang biasa menghabiskan uangnya setiap hari untuk orang-orang tidak mampu di jalanan atau sebuah toko kecil akan melakukan pemerasan?" Suara Seokgyu bergetar. Lantas ia berbalik, menatapku sekilas. Ia kembali menghadap para petinggi Agensi jauh lebih tegas dan gelap.

Aku mengumpulkan seluruh tenagaku untuk tetap berdiri. Merasakan pijakan di telapak kaki. Sesekali denyutan nyeri di beberapa titik tubuhku mendominasi rasa. Aku hanya berharap aku bisa kuat sampai obrolan gila ini selesai, selebihnya aku serahkan pada Tuhan.

"Dendam ...." Dengan lipatan lengan di dada, bu Sohe, seorang pemimpin divisi strategic planning menyuarakan isi kepalanya. "Saya pastikan ini masalah personal Direktur Shin dengan egonya sendiri."

Seokgyu mendecak kesal, seolah menolak alasan apapun dibalik perbuatan yang telah dilakukan direktur Shin.

"Direktur Shin juga mengancam akan menghancurkan karier Zee karena Zee menolak sponsorship 2 pekan lalu," sahut Jung Moni seakan menambah info yang telah disampaikan seniornya.

"Apapun ... apapun itu kumohon beri keadilan untuk Zee, bantulah sebagai pihak naungan yang baik untuk Artismu." Lagi-lagi Seokgyu tidak akan beri keringanan apapun untuk pihak lawan. Sosok bejat yang telah menyakitiku lewat cara liciknya.

"Kami berjanji akan turut andil dalam pengadilan, tapi tidak berjanji bisa membuat Zee merasa puas mendapatkan keadilannya, karena ... harus kukatakan kami memaksa korban untuk bersembunyi," jelas Namgoong-nim dengan kalimat yang dirasa sudah baik.

Seketika wajahku seperti ditampar sesuatu setiap kali menatap juga mendengar satu per satu dari mereka yang saling melempar argumen dan penyataannya. Secara mental, seakan kepalaku dihantam ke dinding berulang kali. 

Aku malu. Tidak terima. Dan juga sakit. Seokgyu mau adil? Bagiku untuk kasus ini tidak akan pernah ada keadilan untuk korban, sampai terlewat bertahun-tahun korban akan selalu memikul beban lebih berat dari pelaku.

Kepalaku mulai mati rasa saking sakitnya, menelaah kalimat yang tersaring dari runguku. Berduyun-duyun masuk tanpa proses seleksi. Usaha kecil untuk menyudahi Seokgyu yang masih terbakar demi menegakkan keadilanku pun tidak ada hasilnya. Aku sudah menyerah dengan apapun.

"Satu langkah cepat yang akan kami lakukan adalah membatalkan kontrak iklan dengan Jellyco."

Jung Moni menjentikkan jari juga mengangguk setuju dengan pendapat Pd Nam. "Harus! Setidaknya kita bisa memutuskan hubungan apapun dengan Direktur Jellyco dalam waktu dekat walau belum punya alih yang besar untuk menahannya di balik jeruji besi."

Rahang Seokgyu nampak menegas keras, tersorot tatapan mata penuh kebencian menatap ujung sepatunya. Kalau seorang di sini ada yang mau mengiklaskan kepalanya untuk dihancurkan, mungkin Gyu tidak segan untuk melakukannya detik ini juga.

Pd Nam menyandarkan diri pada sandaran kursi besar, memijat pangkal hidungnya, tangan yang satu memegang tepi mejanya kuat, terlihat urat tangannya membesar, "Kami akan memberikan hiatus selama yang dia butuhkan dan bantu proses rehabilitasi sampaiㅡ"

"Lakukan persidangan dengan maksimal ..., " Seokgyu memotong tidak sabar, "aku tidak sepenuhnya menyerahkan kasus Zee pada Agensi, aku akan bantu kalian apapun yang dibutuhkan, bayar kerugian kalian untuk promosi musik, kontrak dengan ini itu, jadiㅡ"

Pd Nam memotong balik, "Kami tidak bisa berbuat banyak di persidangan."

"Jangan melabeli Zee sebagai anak emas kalau kalian tidak melakukan yang terbaik untuknya!" Bentak Seokgyu lalu bersiap untuk pergi.

"Apa anda yakin Zee akan sanggup untuk mundur dari dunia hiburan kalau Direktur Shin mengangkat kasusnya? Toh, ayah kalian memilih meredam kasus ini, karena kalau ini terangkat, masalahnya jauh lebih besar, dan impact yang akan diterima Zee akan lebih dalam."

"Kalau kalian tidak bisa menjamin kesehatan mental Zee, lakukan saja yang terbaik," balas Gyu sarkas.

~~~
Gak gini kan?

Thanks for reading!
Aku harap kalian suka sama chapter 1 ini🤝 Gimana? Ngopi-ngopi dulu yuk sambil tuangin vote dan komen. I love commenttt
Terima kasih lagi💖

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro