Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

32 (REVISI)

Soojung menggandeng Asher menuju parkiran. Sesuai dengan permintaan Jongin tadi, ia harus mengajak Asher untuk keluar sejenak. Sebenarnya ia sendiri bingung hendak mengajak Asher kemana. Ya mungkin Soojung akan mengajaknya berkeliling menikmati suasana malam saja.

"Imo...."

Soojung menoleh pada Asher. "Iya ada apa?"

"Aku bingung, kenapa Appa meminta kita untuk pergi dari rumah padahal kan ini hari ulang tahunku."

Soojung terpaku sejenak. Tidak aneh jika Asher tiba-tiba bertanya seperti itu. Pasti ia juga merasa heran kenapa Appa-nya sendiri meminta dirinya pergi padahal ini merupakan hari bahagianya. Soojung sendiri juga kurang paham dengan situasi yang ada, namun ia memiliki keyakinan jika ini ada hubungannya dengan kedatangan Irene dan pria juga pria yang datang bersamanya tadi.

"Aku tidak mau pergi Imo."

Asher melepaskan gandengannya dari Soojung dan langsung berlari menuju rumah kembali. Soojung lantas menyusul langkah Asher dengan terburu-buru.

"Asher-ah tunggu!"

Soojung langsung berhenti saat melihat Asher hanya berdiri mematung di depan pintu. Dalam benaknya bertanya mengapa anak itu hanya diam dan tidak segera masuk.

"Asher-ah...." Panggil Soojung.

"Berhak? Berhak atas apa? Bukankah selama ini dia memang tidak pernah menganggap Asher, bahkan dia enggan menengok Asher barang sekalipun setelah kita bercerai dan sekarang? Apa maksudmu tiba-tiba mengajaknya di acara ulang tahun anakku? Kau tidak tahu apa-apa tentang duduk permasalahan yang sebenarnya Hyung."

"Irene tetap ibunya Asher Jongin-ah."

Deg.

Mata Soojung membelalak kaget sesaat setelah mendengar ucapan itu. Dari tempatnya, Soojung dapat melihat dengan jelas bagaimana suasana di dalam kediaman Jongin yang terlihat memanas. Soojung melihat Jongin yang terlihat menahan emosi dan Irene yang tengah menunduk dalam. 

Soojung pun langsung melirik ke arah Asher. Anak itu hanya diam. Soojung yakin jika Asher pasti sudah mendengar pengakuan barusan. Sebelum diketahui oleh yang lain Soojung pun dengan sigap menarik lengan Asher dan mengajaknya pergi. Asher hanya menurut saja saat Soojung menggiringnya menuju mobil. Selama mereka berjalan, keduanya hanya diam. Sesampainya di mobil, keduanya pun masih diam. Soojung melirik ke arah Asher, tatapan anak itu tampak kosong.

"Asher-ah...."

Soojung belum melajukan mobilnya. Ia masih mencoba mengajak Asher untuk bicara. Namun, anak itu tetap bergeming di tempatnya.

Soojung mengelus lembur rambut Asher. "Asher bicaralah Sayang."

Sejujurnya Soojung begitu cemas melihat Asher yang hanya diam. Asher masih kecil untuk mengetahui fakta tentang ibunya. Anak itu pasti terkejut, Soojung-pun juga sama terkejutnya saat mengetahui jika Irene adalah ibu Asher. Soojung tak menyangka jika Irene adalah mantan istri Jongin. Ia tidak ingin berspekulasi apapun tentang alasan apa yang membuat Irene tega meninggalkan putranya dan juga Jongin dulu.

Mengetahui fakta yang ada, Soojung kembali teringat pada saat makan siang bersama waktu itu. Saat itu Soojung sudah sedikit curiga dengan Jongin dan Irene. Apalagi Irene seolah-olah sudah tahu jika Jongin alergi keju. Soojung tahu jika Irene tidak benar-benar salah bicara pada waktu itu. Karena tidak mungkin juga Irene random mengatakan sesuatu yang memang benar kenyataan jika Jongin alergi keju.

Dari situ benak Soojung mulai sedikit bertanya-tanya. Namun, ia tak terlalu ingin tahu. Tapi saat mendengar kenyataan jika Irene adalah Ibu Asher membuat kecurigaan Soojung terhadap hubungan Jongin dan Irene telah terbukti. Mereka berdua memang pernah memiliki hubungan sebelumnya.

"Imo...."

Asher menolehkan kepalanya. Soojung dapat melihat dengan jelas mata Asher yang memerah dan pipinya yang sudah basah karena air mata. Soojung pun lantas memeluk Asher dengan erat. Tangisan Asher semakin keras. Soojung senantiasa mengelus punggung Asher untuk memberinya sedikit ketenangan.

"Sstt... sudah jangan menangis Sayang."

"I ... Imo apa ... kah Imo tadi Eo ... Eomma Asher?"

Soojung mengembuskan napasnya panjang. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan Asher ini. Ia tidak punya hak untuk menjelaskan semua selain Jongin. Dan Soojung memilih untuk diam sembari terus mengelusi punggung Asher dengan lembut. Keduanya dipenuhi dengan keheningan.

***

Soojung mendapati Seulgi berdiri sambil bersedekap di depan kamarnya. Ia baru saja menidurkan Asher yang kelelahan akibat menangis. Soojung memutuskan membawa anak itu ke apartemennya, sebab ia masih belum tahu situasi di rumah Jongin sudah membaik atau belum.

"Ada apa?"

Tanpa menjawab, Seulgi langsung menarik lengan Soojung dan membawanya ke ruang tengah. Soojung sedikit mendengus dia menduga pasti Seulgi akan menginterogasinya.

Kini Soojung dan Seulgi sudah duduk di sofa depan televisi. Seulgi melihat Soojung dengan tatapan menyelidik.

"Kau mau tanya apa hah?" tanya Soojung malas. Tanpa Seulgi berkata pun, Soojung sudah tahu jika wanita sipit itu punya segudang pertanyaan untuk dirinya.

"Chanyeol bilang ada sedikit kekacauan di pesta ulang tahun Asher apa benar?"

"Chanyeol bilang apa saja padamu?"

Seulgi berdecak. "Jawab dulu."

Soojung hanya diam sembari beberapa kali mengganti channel televisi. Hal itu membuat Seulgi sedikit geram. Kemudian wanita itu segera merebut remote televisi dari Soojung dan langsung mematikan televisi itu.

"Yak!"

"Kau sangat tidak sopan Nona Jung. Aku sedang berbicara denganmu."

Soojung mendengus. "Tidak ada yang harus dijawab."

"Oh c'mon Jung-ah. Jangan membuatku naik darah ya."

"Memang tidak ada yang bisa kujawab Seul."

"Bagaimana kau tidak bisa jawab jika kau bisa membawa Asher kemari? Pasti ada sesuatu yang sudah terjadi 'kan?"

Soojung mengembuskan napasnya panjang. "Sebenarnya ini masalah Jongin. Seharusnya kau tanya dia bukan aku."

"Apa ini ada hubungannya dengan Irene juga?"

"Sudah kubilang kan jika ini masalah Jongin, aku tidak punya hak untuk menjawab."

"Tapi sekarang kau adalah kekasihnya Jung."

"Tidak semua masalah dia juga masalahku."

Seulgi menghela napasnya pelan. "Baiklah, sorry sorry. Sepertinya kau sedang tidak dalam mode baik untuk ditanyai."

Seulgi pun memilih untuk mengalah. Ia beranjak meninggalkan Soojung. Soojung hanya bergeming di tempatnya. Ia menyenderkan dirinya di punggung sofa. Ia menatap langit-langit dengan pandangan menerawang. 

Malam ini banyak sekali hal yang membuatnya bingung. Soojung memejamkan matanya sembari memijit pelipisnya pelan. Tak berselang lama Soojung mencium aroma coklat panas yang begitu menenangkan. Soojung pun segera membuka matanya. Ketika matanya terbuka, ia langsung dihadapkan dengan dua cangkir coklat panas di atas meja. 

"Itu coklat panas untukmu."

Soojung tersenyum tipis. "Terima kasih."

Soojung menghirup aroma coklat yang menguar dari cangkir. Setelah beberapa saat, kemudian ia menyesap isi cangkir itu dengan perlahan. Benar-benar menenangkan. Soojung kembali meletakkan cangkirnya di meja saat isinya sudah tinggal setengah. Kemudian ia kembali ke posisi awal, bersender di punggung sofa sembari memejamkan mata.

"Ternyata Irene adalah mantan istri Jongin."

Perkataan Soojung yang tiba-tiba membuat Seugi hampir tersedak. Coklat panas buatannya benar-benar berhasil membuat Soojung buka suara. Seulgi buru-buru meletakkan cangkirnya di atas meja dan sepenuhnya mengarahkan tubuhnya ke arah Soojung.  

"Berarti Asher adalah anak Irene?"

Soojung membuka matanya perlahan. "Yang kudengar seperti itu," jawabnya. "Irene tiba-tiba datang di akhir pesta ulang tahun Asher dan karena itulah Jongin memintaku membawa Asher pergi untuk sementara waktu."

"Asher tahu jika Irene adalah ibunya?"

Soojung mengangguk pelan.

"Astaga, lalu bagaimana reaksinya?"

"Menurutmu bagaimana?"

"Kalau aku pasti kaget, bingung...."

"Ya dan Asher juga begitu bahkan ia tak berhenti menangis sepanjang jalan."

"Pantas saja jika dia seperti itu. Dia masih kecil Jung, pasti kaget sekali," ujar Seulgi. "Lalu reaksi Jongin bagaimana?"

"Dia tidak tahu."

"Bagaimana bisa begitu?"

"Bisa dibilang aku dan Asher mengetahui itu secara tidak sengaja. Dan ya, setelah itu aku langsung membawa Asher pergi."

"Kau sudah beritahu Jongin?"

Soojung menggeleng.

"Astaga cepat beritahu dia sebelum semuanya menjadi semakin rumit."

Soojung terkekeh pelan. "Kenapa kau jadi panik begini Seul?"

"Astaga kau masih bisa tertawa rupanya. Ini situasinya genting Soojung-ah. Jongin harus mengetahui yang sebenarnya kalau Asher sudah mengetahui yang sebenarnya."

"Ucapanmu membingungkan."

Seulgi menggaruk tengkuknya. "Aku sendiri juga bingung."

"Sudahlah jangan terlalu dipikirkan ini bukan urusanmu maupun diriku. Yang jelas aku akan mengatakan semuanya pada Jongin."

"Benar juga, buat apa aku memusingkan diri pada urusan orang lain," kata Seulgi. "Tapi Jung...."

"Apa?"

"You okay?"

"Aku?"

Seulgi mengangguk.

"Yeah I'm okay."

"Syukurlah."

"Kenapa memangnya?"

Seulgi menggeleng. "Tidak, aku yakin kau pasti juga kaget dengan ini semua. Ternyata orang yang kau idolakan adalah mantan istri kekasihmu sendiri."

Soojung hanya menyunggingkan senyuman tipisnya.

"Bicarakan lebih lanjut dengan Jongin. Let him tell you the truth. Jangan sampai karena hal seperti ini malah jadi masalah pada hubungan kalian."

Soojung tak mampu menyembunyikan senyumannya saat mendengar nasihat Seulgi yang begitu menyentuh hatinya. "Terima kasih atas saranmu Seul... dan juga coklat panasnya tentunya."

"Nevermind."

Soojung beringsut bangkit dari posisinya. "Aku merasa begitu bodoh."

Kening Seulgi mengerut. "Hah, maksudnya?"

"Bagaimana bisa aku semudah itu mengatakan semuanya padamu hanya dengan sogokan secangkir coklat panas?"

Tawa Seulgi menguar. "Jangan salahkan aku, kau sendiri yang lemah terhadap coklat panas buatanku."

Soojung mendengus.

"Baiklah aku ke kamar dulu mau tidur ngantuk," lanjut Seulgi. Baru saja akan berdiri dari duduknya, lengan Seulgi langsung ditahan oleh Soojung dan membuatnya kembali terduduk.

"Ada apa?"

"Ada Asher di kamar kita."

Seulgi menepuk dahinya pelan. "Astaga! Lalu aku tidur dimana?"

"Mmm... Kamar tamu?"

Seulgi mendengus. "Kau keterlaluan."

Soojung hanya terkekeh pelan. Keduanya memang biasa tidur di kamar yang sama dan kamar tamu sangat jarang digunakan. Jadi, jika akan tidur di kamar tamu maka harus dibersihkan terlebih dahulu.

"Sebaiknya kau telpon Jongin sekarang dan suruh dia segera menjemput Asher. Aku sangat malas jika harus membersihkan kamar tamu terlebih dahulu."

Setelah mengucapkan itu, Seulgi pun meninggalkan Soojung. Soojung mengembuskan napasnya perlahan. Ia melirik sekilas ponselnya yang tergeletak di atas meja. Cukup lama ia hanya memandangi ponsel itu tanpa berniat mengambil. Pada akhirnya Soojung memutuskan mengambil ponselnya dan langsung mencari kontak Jongin.

Calling....

Soojung  tidak ingin ada kesalahpahaman yang dapat memicu permasalahan baru. Maka ia harus segera menghubungi Jongin. 

"Soojung-ah..."

"Apa kau sudah selesai?"

"Iya semuanya sudah selesai, sebentar lagi aku akan menjemput Asher. Kau dimana?"

"Di apartemenku"

"Baiklah. Aku akan kesana sekarang"

"Jongin-ah...."

"Iya ada apa Jung, apa Asher rewel?"

"Tidak, sama sekali tidak."

"Lalu kenapa?"

Soojung sedikit memberi jeda. Dia mencoba memikirkan kata-kata yang tepat untuk disampaikan pada Jongin.

"Ada apa Jung?"

"Asher... dia sudah tahu jika Irene adalah ibu kandungnya"

Setelahnya kembali ada jeda yang cukup panjang. Soojung mulai khawatir dengan keadaan Jongin. 

"Jongin-ah kau masih disana?"

"Oh... iya, aku akan menjemput Asher sekarang, Jung"

"Baiklah kalau begitu"

Panggilan pun berakhir. Soojung jelas bisa merasakan bagaimana nada suara Jongin yang terdengar gemetar tadi. Ia berharap semoga masalah ini segera dapat diselesaikan.

***

Soojung melihat kondisi Jongin yang begitu berantakan saat dia membuka pintu apartemennya. Pria itu terlihat linglung dan tatapannya sendu.

"Asher dimana?"

"Dia di kamarku, ayo kutunjukkan."

Soojung mempersilakan Jongin masuk terlebih dahulu ke apartemennya. Setelah pintu tertutup Soojung pun segera menyusul Jongin. Namun, Soojung malah dibuat heran dengan Jongin yang hanya berdiri mematung di depannya.

"Jongin-ah, ada apa?"

Jongin berbalik dan segera memeluk Soojung dengan erat. Soojung pun mulai tersadar dengan apa yang terjadi pada Jongin. Dia pun membalas pelukan Jongin dan sesekali mengelus punggung pria itu pelan.

"Apa benar Asher sudah tahu yang sebenarnya?"

Soojung menjawab pertanyaan Jongin dengan anggukan.

"Bagaimana bisa?"

"Maafkan aku karena tidak segera mengajaknya pergi saat itu dan dia mendengar apa yang kalian bicarakan tadi."

Dari balik pelukannya, Soojung dapat merasakan helaan napas berat Jongin di tengkuknya.

"Bagaimana caranya aku menjelaskan semua pada Asher jika begitu."

"Aku akan membantumu menjelaskannya pada Asher jika kau kesulitan menjelaskannya sendiri."

Jongin menggeleng. "Tidak Jung-ah, ini masalahku aku tidak ingin memusingkanmu dengan masalahku."

"Aku yakin kau pasti bisa menyelesaikan ini Jong. Berikan pengertian yang baik pada Asher, dia pasti akan paham dengan permasalahan yang menimpa kedua orang tuanya."

"Aku juga berharap begitu."

"Kau pasti bisa."

Jongin pun melepaskan pelukannya. Kemudian menatap Soojung lekat. 

"You okay?"

Soojung tersenyum kecil. "Tidak Seulgi tidak kau sama-sama menanyakan hal yang sama. Seharusnya yang ditanyai seperti itu adalah kau. You okay?"

Jongin menggeleng. "This is hard for me."

Soojung mengelus pipi Jongin lembut. Pria itu memejamkan matanya menikmati sentuhan Soojung. 

"You can do it, Jong. I'll always be by your side."

Jongin membuka matanya perlahan, lalu tersenyum lega. "Thank you."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Skuy lagi!
Maap ya lama bgt revisinya, lagi fokus menikmati solonya abang Kai soalnya. Lagunya enak-enak mantul!


With Love

missookaa😙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro