30 (REVISI)
Irene tengah memegang sebuah kotak di tangannya dengan tatapan gamang. Embusan napas berkali-kali keluar dari mulutnya. Beberapa hari yang lalu Joonmyeon memberitahunya jika Jongin akan membuat pesta ulang tahun untuk Asher. Sebagai sepupu Jongin, Joonmyeon tentu saja diundang di acara itu. Dan Joonmyeon pun mengajak Irene untuk datang ke pesta tersebut. Tapi Irene tidak bisa datang begitu saja akibat perceraiannya dengan Jongin tujuh tahun silam. Karena hal itu hubungan keduanya merenggang. Semenjak perceraiannya itu pula, Irene belum pernah bertemu dengan Asher tidak sebelum pertemuan tidak sengajanya dengan Hyoyeon serta Asher di cafe waktu itu.
"Kau sudah siap?"
Irene mendongak menatap Joonmyeon yang baru saja menghampirinya. Wanita itu menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Joonmyeon.
"Kau bahkan sudah siap berangkat Irene-ah, apa yang kau khawatirkan?""
"Semuanya."
Joonmyeon mengembuskan napasnya pelan, lalu mendudukkan dirinya di samping Irene. Joonmyeon menggenggam tangan Irene lembut. Ia tahu bagaiaman perasaan wanita itu sekarang, pastilah ini akan sulit apalagi hubungannya dengan Jongin yang berakhir kurang baik.
"Tenanglah, ada aku Irene-ah. Kau tidak sendiri."
Irene lantas melepaskan genggaman Joonmyeon, kemudian ia berdiri dari duduknya.
"Tidak semudah itu Oppa. Kau tahu bagaimana perlakuanku terhadap mereka, aku takut mereka tidak akan menerimaku."
Joonmyeon pun turut berdiri. "Kau terlalu banyak memikirkan hal-hal buruk Irene-ah."
Irene membalikkan dirinya menatap Joonmyeon. "Karena kau tidak sedang berada di posisiku Oppa. Akulah pihak yang jahat disini mau sudah berapa lama perceraian itu tetap saja keegoisanku itu tidak akan pernah terlupakan dalam benak Jongin."
"Tapi ini kesempatanmu untuk bertemu dengan Asher, putramu."
Irene menunduk. "Jongin tak akan pernah membiarkanku bertemu Asher begitu saja Oppa. Bahkan Hyoyeon Eonni terlihat sangat dendam padaku saat pertama kali bertemu waktu itu," ujarnya lirih.
Joonmyeon mendekatkan dirinya ke arah Irene kemudian dipeluknya wanita itu.
"Aku tahu kau sangat ingin bertemu dengan Asher 'kan? Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki semua Irene-ah. Kau ibunya kau juga berhak bertemu dengan putramu."
"Aku hanya takut semua tidak sesuai ekspektasiku Oppa, aku takut Asher akan menolakku, kepergianku bukan hal yang mudah untuk dimaafkan."
Tangis Irene pecah dalam pelukan Joonmyeon. Semenjak Joonmyeon mengajaknya datang ke acara ulang tahun Asher perasaannya tak pernah tenang. Perasaan bersalah, takut, penyesalan semuanya berkumpul menjadi satu. Irene sudah meninggalkan putranya disaat dia masih belum mengerti apa-apa. Namun, sekarang ia malah datang tiba-tiba untuk bertemu putranya.
Joonmyeon mengelus punggung Irene dengan lembut. Ia mencoba memberinya ketenangan untuk wanita itu. "Pelan-pelan saja Irene-ah, jika kau tak mau mencoba untuk memperbaiki maka perasaan bersalahmu hanya akan terus menggerogoti hatimu."
"Oppa...." ujar Irene lirih.
"Tenanglah aku akan selalu bersamamu. Apapun yang terjadi--" ujar Joonmyeon. "--karena aku mencintaimu," lanjutnya dalam hati.
***
Kediaman keluarga Kim terlihat begitu meriah. Hari ini adalah ulang tahun Kim Asher yang ke delapan tahun. Di ruang tamu banyak sekali dihiasi balon-balon serta ornamen-ornamen ulang tahun lainnya. Selain itu, terdapat kue ulang tahun besar yang diatasnya terdapat tokoh superhero kesukaan Asher yaitu Iron Man.
Soojung memasuki kediaman keluarga Kim yang sudah ramai akan beberapa teman Asher serta tak sedikit pula tamu orang dewasa yang kemungkinan itu adalah kolega Jongin.
"Imo cantik.... "
Soojung menoleh ketika mendengar suara anak kecil memanggilnya. Soojung tersenyum, saat tahu itu adalah suara Asher.
"Selamat ulang tahun Sayang," ujar Soojung sambil mencium pipi kiri Asher.
"Ini untuk Asher." Soojung memberikan sebuah kotak berukuran sedang pada Asher sebagai kado ulang tahun untuk anak itu.
"Terima kasih Imo cantik."
"Kau sudah datang Jung." Jongin baru saja tiba di antara Soojung dan Asher. Saat melihat kehadiran Jongin, Soojung hanya menyunggingkan senyumannya. Jujur saja dia sedikit terpukau saat melihat tampilan Jongin yang menurutnya, tampan. Sebenarnya pria itu memang sudah tampan, tapi untuk hari ini Soojung akui pria itu lebih tampan.
"Appa lihat, Imo cantik memberiku kado."
"Asher sudah bilang terima kasih?"
"Sudah dong."
"Asher-ah, ayo temui teman-temanmu," ucap Hyoyeon yang tiba-tiba menginterupsi.
"Iya Imo Hyo."
"Appa... Imo Asher ke teman-teman dulu ya."
Jongin dan Soojung mengangguk. Kemudian Asher berlari menuju ke kerumunan teman-temannya. Menyisakan Jongin dan Soojung. Jongin melirik Soojung sekilas, malam ini Soojung terlihat begitu cantik bahkan pria itu tak bisa mengalihkan pandangannya dari Soojung.
"Kau terlihat cantik malam ini."
"Memangnya biasanya aku tidak cantik?"
Jongin mendelik bukan itu maksudnya tadi.
"Tidak, bukan begitu maksudnya, kau sudah cantik, tapi sekarang lebih cantik. Itu maksudku," jelas Jongin.
Soojung tersenyum. "Kau juga."
"Maksudmu? Aku juga cantik begitu?" tanya Jongin.
Soojung tergelak.
"Maksudku kau juga terlihat tampan malam ini."
Jongin tersenyum.
"Hanya malam ini saja tampannya," lanjut Soojung.
"Jadi maksudmu aku tidak tampan sebelumnya."
"Aku tidak bilang seperti itu."
"Ya... Ya terserah kau sajalah Nona Jung." Jongin pura-pura merajuk.
Soojung menahan tawanya melihat ekspresi Jongin.
"Aku hanya bercanda tadi. Kau selalu terlihat tampan Tuan Kim," ujar Soojung kemudian.
Jongin mengernyitkan dahinya samar. "Kau bilang apa?"
"Tak ada pengulangan."
"Yak kenapa begitu, ayolah aku tadi tidak begitu dengar."
"Salah sendiri tidak didengar."
"Yak Soojung-ah, ayolah ucapkan sekali lagi."
Belum sempat Soojung berucap tiba-tiba ada suara seseorang yang menginterupsi keduanya.
"Jongin-ah!"
"Hei, Chanyeol-ah, Sehun-ah!"
Soojung mengernyitkan dahinya samar saat melihat Chanyeol kekasih sahabatnya itu datang di acara ini dan kelihatannya kekasih sahabatnya itu begitu akrab dengan Jongin.
"Oh Soojung!" Chanyeol baru menyadari keberadaan Soojung. "Kau diundang juga?"
Soojung meringis pelan, lalu mengangguk.
"Kau sudah kenal Soojung, Yeol?" tanya Jongin.
Chanyeol mengangguk. "Dia sahabatnya Seulgi, kekasihku."
"Mungkin tinggal aku saja yang belum kenal dengan Nona Soojung ini. Perkenalkan namaku Sehun, sahabat dari Jongin dan juga Chanyeol." Sehun mengulurkan tangannya pada Soojung berniat untuk berkenalan.
"Ah iya, aku Soojung."
"Oh ya Jung bagaimana bisa kau disini, kau kenal dengan Jongin?"
Sebelum Soojung menucapkan sepatah katapun, dengan cepat Jongin sudah menjawab pertanyaan Chanyeol. "Aku dan Soojung memang sudah saling kenal, dan aku sengaja mengundangnya ke acara ini."
Kini tatapan Chanyeol tertuju ke arah Jongin. Matanya sedikit memicing. "Wah sepertinya ada sesuatu yang tidak aku ketahui disini."
"Jongin memang begitu diam-diam menghanyutkan," sahut Sehun sambil terkekeh.
"Lebih baik kalian menemui Asher sekarang, dia pasti sudah menunggu kado dari kalian." Jongin mencoba mengalihkan perhatian.
"Kau berhutang banyak penjelasan padaku Jong."
Jongin hanya mendengus.
"Baiklah aku akan meninggalkan kalian, have fun! Oh ya dan mungkin kita bisa lakukan double date atau mungkin triple date kalau Sehun sudah punya pasangan, tapi sepertinya itu akan lama.
Jongin dan Chanyeol tertawa, sedangkan Sehun hanya berdecak kesal. Sehun pun langsung melengos pergi meninggalkan Chanyeol.
"Hei Hun tunggu aku!"
Sepeninggal Chanyeol dan Sehun, Jongin pun langsung mengalihkan perhatiannya pada Soojung.
"Dunia memang sempit," celetuk Jongin.
"Maksudnya?"
"Kau sahabat kekasih Chanyeol, sedangkan aku sahabat Chanyeol. Chanyeol memang pernah bilang jika nama kekasihnya adalah Seulgi, tapi aku tidak pernah mengira jika Seulgi yang dimaksud adalah sahabat dan rekan kerjamu itu."
"Aku juga tidak pernah menduga itu, padahal bisa dibilang aku mengenal Chanyeol sudah lama."
"Kalau tahu kau sudah kenal dengan Chanyeol dari lama, sudah dari dulu aku minta dikenalkan padamu."
"Kalau kita dipertemukan lebih awal belum tentu juga kita akan dekat seperti ini. Takdir bukan masalah cepat atau lambat, tapi takdir akan datang di waktu yang tepat."
Jongin tersenyum. "Ya, dan aku sangat bersyukur ditakdirkan untuk bertemu denganmu."
***
Joonmyeon dan Irene masih diam di dalam mobil tanpa melakukan apapun atau berbicara satu sama lain. Mereka berdua baru saja sampai di depan rumah keluarga Jongin. Joonmyeon melirik Irene dari sudut matanya, ia yakin jika Irene sekarang pastilah sangat gugup.
"Irene-ah."
Irene menoleh ke arah Joonmyeon.
"Ayo kita masuk sekarang."
Irene menggeleng lemah.
"Percaya padaku, semua akan baik-baik saja."
"Aku takut," lirih Irene.
"Bukankah aku sudah bilang, aku akan selalu di bersamamu Irene-ah. Tenanglah." Joonmyeon mengelus rambut Irene dengan lembut, guna memberinya ketenangan.
"Ayo kita masuk."
Joonmyeon menggenggam tangan Irene. Joonmyeon merasakan telapak tangan Irene yang begitu dingin. Mereka berjalan memasuki kediaman keluarga Kim beriringan. Joonmyeon semakin mengeratkan genggamannya, sedangkan Irene hanya bisa menunduk meredam debaran jantungnya yang semakin berdetak tak karuan karena ini pertama kalinya ia kembali menginjakkan kaki di rumah ini setelah tujuh tahun berlalu.
Joonmyeon dan Irene memang sengaja datang lebih lambat. Sekarang acaranya pun juga sudah berakhir dan tinggal beberapa kerabat dan sahabat Jongin yang belum pulang. Joonmyeon terus berjalan menuju ke arah Asher yang sedang dikelilingi oleh keluarganya disana juga ada Jongin. Joonmyeon melirik ke arah Irene sebentar, wanita itu masih menunduk. Bahkan rematan di tangannya semakin mengerat.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Lagi yok!
With Love
missookaa😙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro