Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3 (REVISI)

Seperti biasa Soojung harus segera beraktivitas untuk bekerja di butiknya. Butiknya ini sudah berjalan hampir enam bulan lamanya. Butik ini awalnya milik kakak Soojung, Sooyeon. Namun, setelah Soojung bercerai dengan suaminya, Sooyeon menyerahkan hak milik butik ini pada adiknya itu. Soojung benar-benar bersyukur memiliki kakak yang senantiasa mendukungnya. Sooyeon sangat mengetahui jika Soojung ingin menjadi seorang desainer terkenal yang memiliki brand pakaian sendiri sekaligus memiliki butik sendiri.

Soojung berada di depan pintu butik, ia segera membalik tulisan yang menggantung di pintu itu yang awalnya 'closed' menjadi 'open'.

Soojung pun kembali berjalan menuju ruangannya. Ia melirik beberapa kertas bergambar desain baju berserakan yang ada di mejanya. Dengan segera ia merapihkannya seluruh kertas-kertas itu. Ia tidak bisa bekerja jika keadaan mejanya sangat berantakan. Setelah mejanya cukup rapi, Soojung pun segera mengambil sketchbook untuk kembali menggambar beberapa desain baju yang sudah dipesan oleh pelanggannya.

'Drrtt... Drrtt'

Soojung mengalihkan perhatian pada ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ia melihat ada panggilan masuk dengan id caller 'SeulgiKang'.

"Kenapa dia telpon?" gumamnya. Ia pun segera mengangkat sambungan telepon tersebut.

"Ada apa?"

"Jung, hari ini aku izin tidak masuk ya."

Soojung mengerutkan dahinya, "Kenapa?"

"Kau tau kan, Chanyeol baru pulang dari tugasnya aku ingin menghabiskan waktu dengannya sehari ini saja yaaa."

Soojung menghela napas. "Baiklah, tapi besok kau harus masuk. Kita punya banyak pesanan bulan ini."

"Iya... Iya cantik besok aku akan kembali masuk, kalau begitu terima kasih Jung. Have a great day."

Sambungan telepon itu terputus, Soojung hanya mendengus. Memang, Soojung tidak terlalu mengekang sahabatnya itu. Ia bahkan tidak melarang Seulgi untuk izin tidak masuk dengan seenaknya. Ia tahu bahwa sebenarnya tindakan seperti itu sama sekali tidak profesional. Namun, Soojung yakin bahwa Seulgi tetap pegawai yang dapat dipercaya. Walaupun sahabat, dalam pekerjaan Soojung tetap memandang Seulgi sebagai pegawai seperti yang lainnya. Dan yang pasti gaji pun akan terpotong karena Seulgi dengan seenaknya sendiri izin tidak masuk kerja.

"Jadi sekarang aku akan bekerja sendirian, baiklah tidak apa kau harus tetap semangat Jung."

'Knock... Knock'

"Masuk."

Soojung mengalihkan tatapannya pada salah satu pegawainya yang kini berdiri di depan pintu ruangannya.

"Oh ada apa Mina?" tanya Soojung.

Mina menyerahkan sebuah buket bunga Mawar pada Soojung. "Ini Nona, ada kiriman buket bunga untuk anda."

Dahi Soojung mengerut. "Dari siapa?" tanyanya.

"Saya juga kurang tau, bunga itu sudah ada di depan butik Nona, dan disitu tertulis untuk anda," jawab Mina.

"Baiklah terima kasih, Mina. Kau boleh kembali bekerja."

Mina membungkuk singkat dan meninggalkan ruangan Soojung.

Soojung membuka kartu yang terselip di antara kelopak bunga mawar itu, ia membuka dan membacanya.

'Have a great day Ms. Jung, i'll hope we can meet again in the other time' -KJI-

Soojung tersenyum simpul saat membaca tulisan di kartu itu. Kini ia tahu siapa yang mengiriminya buket bunga mawar itu.

"Kim Jongin." gumamnya.

"Yes I hope it too Mr. Kim," jawab Soojung pada dirinya sendiri. Lalu ia menaruh buket bunga mawar itu diujung ruang kerjanya, sesekali ia menciumi bunga tersebut.

"Padahal kita belum saling kenal, tapi kau sudah bertindak sejauh ini."

Soojung menggeleng tak percaya dengan tindakan Jongin yang cukup berani dan nekat menurutnya.

***

"Oh ya Hun, kau bisa kosongkan jadwalku setelah makan siang nanti?"

"Kau mau kemana lagi memang?" tanya Sehun.

"Aku ada urusan, bisakan?"

"Sebenarnya hari ini kau free tidak ada jadwal meeting, jadi ya okelah kau boleh pergi nanti."

"Oh terima kasih Hun, kau memang sekretaris dan sahabat yang baik." ucap Jongin.

"Kalau begitu, kau seharusnya menaikkan gajiku dua kali lipat."

Jongin langsung menatap datar Sehun. "Kurasa gajimu sekarang sudah cukup, bahkan menurutku lebih." ujar Jongin.

"Ckk, kau benar-benar bos yang pelit sekaligus perhitungan."

"Sudah baik aku menggajimu, daripada tidak sama sekali."

Sehun memutar bola matanya. "Dasar pelit."

Jongin tertawa melihat ekspresi Sehun. "Ya sudah kembalilah bekerja sana."

"Kau mengusirku?" tanya Sehun.

"Aku tidak mengusirmu, aku menyuruhmu untuk kembali bekerja. Apa itu termasuk kategori 'mengusir'?"

"Terserah, bos memang selalu benar," ucap Sehun ketus. Pria itu pun melangkah pergi meninggalkan ruangan Jongin. Jongin hanya mengendikkan bahunya acuh. Ia pun mengambil ponselnya yang ada di atas meja.

Jongin mengetikkan beberapa angka di keyboard ponselnya, setelah itu ia mengangkat ponselnya dan meletakkannya tepat di telinganya. Jongin mengetuk-ngetukkan jarinya di meja sembari menanti panggilannya dijawab.

"Halo."

"Halo."

"Ini siapa ya?"

"Seseorang."

Jongin terkekeh geli, lagipula siapa juga yang tidak tahu kalau dia ini orang.

"Maaf jika tidak penting, saya akan memutuskan panggilan ini."

"Eh jangan dulu, baiklah aku adalah seseorang yang memberimu bunga pagi ini."

Diam, Jongin menatap ponselnya. "Apa mati?" gumamnya.

"Halo kau masih disana?"

"Kau Kim Jongin kan?"

Jongin tersenyum. "Iya Nona, aku Kim Jongin si tampan."

"Ck, kurasa kemarin namamu hanya Kim Jongin dan tidak ada si tampan-nya."

"Oh benarkah, berarti aku lupa memberitahumu kemarin. Apa yang sedang kau lakukan Soojung-ssi?"

"Seperti biasa, menyelesaikan desain baju pesanan orang-orang."

"Begitukah, kau pasti lelah bukan."

"Biasa saja, memang ini sudah pekerjaanku. Kau sendiri tidak bekerja Jongin-ssi?"

"Aku bekerja, tapi sudah selesai."

"Oh begitu, cepat sekali kau bekerja, bahkan ini belum masuk waktu makan siang."

"Pekerjaanku tak begitu banyak hari ini, jadi ya cepat selesai. Oh ya apa makan siang nanti kau ada waktu?"

"Kenapa memangnya?"

"Aku ingin mengajakmu makan siang bersama, kudengar ada restoran sushi baru di dekat butikmu. Aku jadi ingin memakannya."

"Kenapa begitu tiba-tiba?"

"Ehm, ya tidak apa-apa. Hitung-hitung sebagai tanda perkenalan mungkin."

Lama tidak ada jawaban, dahi Jongin mengernyit. "Sepertinya aku terlalu agresif," gumamnya pelan.

"Bukankah kita bisa menjadi teman, Nona Jung?"

Masih diam.

"Kau tidak mau berteman denganku ya, Nona Jung?" ujar Jongin dengan nada lemah.

"Eh maaf bukan begitu."

"Lalu kenapa kau hanya diam?"

Astaga, kenapa Jongin terlihat tengah merajuk sekarang. Menjijikan.

"Aku terlalu kaget saja, Jongin-ssi. Ini terlalu tiba-tiba untukku."

"Maafkan aku, jika permintaanku membuatmu risih."

"Eh tidak bukan begitu. Seharusnya aku yang minta maaf. Aku tidak bermaksud menyinggung apapun. Mungkin tidak ada salahnya jika kita mulai untuk saling kenal sebagai teman."

Jongin tersenyum kecil. Entahlah kenapa mendengar jawaban Soojung membuat suasana hatinya membaik.

"Kau mengajak makan siang di restoran sushi dekat butikku, kan. Aku juga pernah dengar tempat itu, tapi belum sempat kesana. Mungkin kita bisa mencobanya."

"Kenapa jadi kau yang cerewet sih," jawab Jongin sambil terkekeh.

"Ahh aku salah lagi ya."

Jongin menggeleng, ya walaupun Soojung juga tidak akan tahu jika ia menggeleng.

"Kau tidak salah Soojung-ssi. Kalau begitu kujemput nanti."

"Eh..."

"Kenapa memang kau keberatan?"

"Emm, tidak. Baiklah jika kau ingin menjemputku."

"Ya sudah, kujemput pukul setengah satu nanti. Selamat bekerja Soojung-ssi."

"Iya, kau juga Jongin-ssi."

Akhirnya sambungan telepon itu berakhir, entahlah sedari tadi Jongin tak berhenti mengembangkan senyumannya.

"Aku jadi tidak sabar bertemu denganmu Nona Jung." gumamnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

To be continued...

With Love

missookaa😙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro