28 b (REVISI)
Jongin memberikan buket bunga yang dibawanya tadi pada Soojung.
"Selamat atas pencapaianmu Jung. Kau benar-benar sangat hebat."
Soojung tersenyum. "Terima kasih," ucapnya. "Aku tidak menyangka jika kau bisa datang kesini."
"Aku punya 1001 cara untuk itu."
Soojung terkekeh. Keduanya saling berpandangan sejenak. Lalu kemudian Jongin mendekatkan dirinya dan memeluk Soojung. Meskipun sedikit terganggu dengan buket bunga yang dibawa Soojung, tapi itu tidak menghalangi Jongin untuk memeluk Soojung dengan erat.
"I'm so proud of you Jung," bisik Jongin.
"Thank you."
Sehun tak bisa berhenti menggerutu sedari tadi. Pasalnya ini sudah hampir setengah jam lamanya, tapi Jongin belum juga kembali. Beberapa kali Sehun melirik arlojinya, lalu kemudian mengembuskan napas panjang.
"Kemana sih dia? Astaga aku benar-benar bisa gila lama-lama disini."
Sehun sudah tidak sabar ingin segera pulang. Namun, ia harus bagaimana lagi selain menunggu Jongin kembali. Sebenarnya dia bisa memesan taksi dan segera pergi dari sini, tapi karena kebodohannya dompetnya tadi tertinggal di mobil Jongin dan tentu saja kunci mobil ada di tangan pria itu. Astaga ingin rasanya Sehun berteriak sekeras-kerasnya sekarang.
'Sret'
Tiba-tiba saja Sehun merasa dirinya terdorong ke depan.
"Oh Tuan maafkan aku, aku tidak sengaja."
Ada sedikit rasa kesal dalam hati Sehun sebenarnya. Namun, karena si pelaku yang menabrak Sehun tadi minta maaf membuat pria itu mengurungkan niatnya untuk marah-marah.
"Ah iya tidak apa---"
Sehun tak bisa melanjutkan ucapannya saat menolehkan kepalanya menatap siapa gerangan yang menabraknya tadi. Sehun bergeming sejenak saat melihat yang menabraknya adalah seorang wanita. Dari tatapannya, terlihat jika Sehun seperti mengenal wanita itu.
Wanita yang menabrak Sehun tadi pun sedikit gelagapan ketika tahu Sehun menatapnya dengan intens. Tanpa banyak bicara wanita itu bergegas untuk pergi. Namun, ternyata dia kalah cepat dengan tangan Sehun yang sudah mencekalnya terlebih dahulu, sehingga membuat wanita itu tidak bisa melanjutkan langkahnya.
"Irene?"
Wanita yang dipanggil Irene itu bergeming sejenak, lalu ia mencoba melepaskan cekalan Sehun di tangannya.
"Kau benar Irene 'kan?"
Wanita itu tetap diam.
Sehun menyeringai kecil. "Aku sangat yakin jika kau memang benar Irene si model terkenal itu 'kan? Wah aku tidak menyangka bisa bertemu dengan teman lama. Kau masih ingat aku 'kan?"
Wanita itu memang benar Irene. Namun, ia lebih memilih tidak menanggapi ucapan Sehun. Wanita itu masih berusaha melepaskan diri dari genggaman Sehun. Ia tidak mau terlalu lama dengan pria itu.
"Maaf bisakah kau melepaskan aku, aku harus pergi sekarang."
"Hei kenapa buru-buru kau tidak ingin berbincang sebentar dengan teman lamamu ini?"
Sehun sengaja mempererat genggamannya agar Irene tidak bisa pergi darinya.
"Sehun-ah kumohon lepaskan aku, aku benar-benar buru-buru sekarang."
"Kau masih ingat denganku rupanya, tapi kenapa tadi kau bersikap seolah tidak mengenaliku Irene-ah?"
Sehun sangat tahu jika wanita di depannya ini sangat ingin menghindar darinya. Namun, ia tidak akan semudah itu melepaskan Irene pergi begitu saja. Setidaknya Sehun ingin memberi wanita ini 'sedikit' pelajaran.
"Oh ya kau harus bertemu dengan Jongin juga. Aku tadi kesini dengan Jongin."
Deg.
Jantung Irene seakan berhenti berdetak saat mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Sehun. Dan sekarang yang harus dilakukannya adalah segera pergi dari sini sebelum semuanya akan bertambah runyam.
"Aku harus pergi Hun."
Sehun menggeleng beberapa kali. "Tidak... tidak kau harus bertemu dengan Jongin terlebih dahulu. Memangnya kau tidak merindukannya, huh?"
Irene benar-benar bingung sekaligus kesal berada di posisinya saat ini. Ia yakin jika Sehun sengaja melakukan ini agar ia bisa mengulur waktu. Dan karena itulah perasaan Irene semakin kacau ia sangat takut jika Jongin tiba-tiba datang. Dan Irene sama sekali belum siap untuk itu.
"Irene-ah!"
Irene lantas mengalihkan pandangannya pada seseorang yang baru saja memanggilnya. Irene langsung mengembuskan napasnya lega saat melihat manajernya datang di waktu yang tepat.
Sehun pun sontak melepaskan cekalannya dari tangan Irene.
"Kau kemana saja aku dari tadi mencarimu?"
"Oh maafkan aku Henry aku tadi sempat menabrak pria ini makanya sedikit lama." Irene melirik Sehun sekilas.
"Kalau begitu saya pamit pergi dulu ya permisi dan maafkan saya karena tidak sengaja menabrakmu tadi, mari."
Tanpa banyak basa-basi Irene dan manajernya langsung pergi meninggalkan Sehun yang masih terperangah akan sikap Irene yang berlagak menganggap dirinya orang asing.
"Lebih baik Jongin tidak menemui wanita sombong itu," gerutu Sehun.
Sampai detik ini Jongin masih setia memeluk Soojung sembari mengelus rambut wanita itu lembut. Ia tidak tahu sudah berapa lama mereka saling memeluk seperti ini. Namun, baik Jongin maupun Soojung sama-sama menikmati kehangatan yang disalurkan dari masing-masing tubuh mereka. Soojung sendiri merasa lebih nyaman dan tenang sekarang. Dimana tadi suasananya begitu hectic kini dengan pelukan Jongin membuatnya damai dan hangat.
"Kau tadi kemari dengan siapa?" Tanya Soojung yang masih setia di pelukan Jongin.
"Temanku."
"Dia sekarang dimana?"
"Tidak tahu."
Soojung lantas mendongakkan kepalanya dan mengernyit menatap Jongin.
"Kau meninggalkannya?"
Jongin terkekeh. "Dia tidak akan tersesat."
"Tapi tetap saja jangan meninggalkannya begitu saja kasihan."
Jongin mengernyit heran ia jadi membayangkan bagaimana Sehun yang berdiri sendirian di tengah keramaian dengan tatapan ingin menangis. Segera saja Jongin menggelengkan kepalanya cepat. Tidak mungkin juga Sehun seperti itu.
"Pria sepertinya tidak usah dikasihani."
Dengan sigap Soojung langsung mencubit pinggang Jongin dan membuat pria itu terpekik kaget sekaligus kesakitan.
"Yak sakit Jung."
"Meskipun begitu dia adalah temanmu."
"Tapi sungguh percayalah padaku jika kau bertemu dengannya kau bukan malah kasihan padanya, tapi malah kesal yang ada."
Soojung lantas malah mencubiti pinggang Jongin dengan gemas. Soojung tersenyum puas saat melihat wajah kesakitan sekaligus ketakutan dari Jongin. Jongin pun lantas tidak tinggal diam. Dia membalas Soojung dengan gelitikan di pinggang wanita itu hingga membuatnya bergerak liar karena kegelian.
"Yak Jong hentikan kau membuatku geli."
"Salah siapa yang mencubitiku terlebih dahulu tadi."
"Ya... ya... ya aku minta maaf sudah hentikan! Cukup aku kegelian!"
Bukannya berhenti tangan Jongin semakin bergerak liar menggelitiki pinggang Soojung. Tanpa mereka sadari sedari tadi ada seseorang yang menahan tawa melihat tingkah keduanya. Karena asyiknya memperhatikan seseorang itu sampai lupa tujuan awalnya kesini adalah untuk memanggil Soojung.
"Ehem Nona Soojung."
Jongin dan Soojung pun lantas berhenti dari kegiatan saling menggelitiki tadi. Soojung langsung membenahi penampilannya, sedangkan Jongin hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.
"Oh Mina-ya. Ada apa?" tanya Soojung seraya menetralkan suaranya akibat terlalu banyak tertawa.
"Maaf sebelumnya karena mengganggu anda Nona, tapi ada hal penting yang ingin saya sampaikan pada anda Nona."
Soojung menatap Jongin sekilas, Jongin pun merasa mengerti akan tatapan Soojung. Sepertinya dia harus segera kembali menemui Sehun sekarang.
"Baiklah aku pergi dulu kalau begitu."
Sebelum pergi, Jongin sempat mencium pelipis Soojung sebentar, lalu mengerling kecil ke arah wanita itu. Soojung hanya mampu membuka mulutnya kaget akan sikap tiba-tiba Jongin padanya.
Sepeninggal Jongin, Soojung lantas segera menghampiri Mina.
"Apa yang ingin kau sampaikan Mina-ya?"
"Anda sudah ditunggu Nona Seulgi di ruang ganti, Nona."
Soojung mengangguk. Keduanya pun berjalan beriringan menuju ruang ganti yang dimaksud.
"Kau mau bicara apa Seul--"
Soojung membelalak kaget saat baru saja membuka pintu ruang ganti itu. Yang membuatnya kaget ialah saat ia melihat wanita yang sedang duduk berhadapan denga Seulgi.
"Oh Irene-ssi ini dia bintang kita malam ini. Nona Jung Soojung!"
Soojung mengerjapkan matanya beberapa kali ketika melihat wanita yang tidak lain tidak bukan adalah salah seorang model terkenal yang ia kagumi berjalan mendekatinya.
"Senang bertemu denganmu Nona Soojung, aku Irene Bae."
Irene mengulurkan tangannya ke arah Soojung. Soojung langsung menerima uluran tangan itu. Kemudian Irene mendekatkan dirinya untuk bercipika-cipiki dengan Soojung.
"Ah iya Nona Bae senang bertemu denganmu juga," ucap Soojung sedikit gugup.
"Sebenarnya aku kemari tadi memang sengaja ingin menemuimu anda Nona Jung. Aku sangat kagum melihat gaun-gaun rancanganmu tadi. Sungguh luar biasa."
"Menurutku kau terlalu berlebihan Nona Bae," jawab Soojung seraya terkekeh pelan.
Irene menggeleng cepat. "No, aku sungguhan sebenarnya bukan hanya aku yang memuji gaun-gaunmu. Tidak sedikit pula pengamat fashion mengomentari gaun-gaunmu yang begitu indah."
Soojung tertawa kecil. "Anda bisa-bisa saja."
"Aku berkata yang sebenarnya Nona Jung. Aku bahkan sangat ingin mengenakan gaun karyamu."
"Suatu kehormatan bagiku jika kau berkenan untuk mengenakan gaun rancanganku."
"Aku sangat ingin mengenakannya Nona Jung."
"Oh ya apa lusa kau ada acara?" tanya Irene.
Soojung sedikit mengernyit. "Sepertinya tidak ada, memangnya ada apa Nona Bae?"
"Aku ingin mengajakmu minum kopi bersama, setidaknya kita bisa berbincang lebih santai kurasa kita bisa menjadi teman."
"Wah aku tidak pernah menyangka jika akan diajak minum kopi oleh sang idola."
Irene menggeleng sembari menggoyang tangannya tanda tak setuju.
"Kaulah idolanya Nona Jung. Aku fansmu."
Soojung terkekeh pelan. "Kau bisa-bisa saja Nona Bae. Tentu saja lusa aku ada waktu senggang mungkin kita bisa menghabiskan waktu makan siang kita dengan girl's time."
"Baiklah kalau begitu, sebaiknya kita saling bertukar kartu nama," ujar Irene.
Keduanya pun saling bertukar kartu nama.
"Aku benar-benar ingin berbincang dengan kalian berdua pasti itu sangat mengasyikkan," ujar Irene pada Soojung dan Seulgi.
"Kami pun juga begitu Nona Bae," jawan Seulgi.
"Ah baiklah sepertinya aku harus pergi sekarang karena manajerku sudah menunggu dari tadi. Aku akan menghubungimu Nona Jung untuk girl's time kita nanti. Sampai jumpa kalau begitu."
Irene tersenyum, lalu berjalan meninggalkan Soojung dan Seulgi.
"Wow aku tidak menyangka jika Irene Bae akan datang menemui kita," gumam Seulgi.
"Kau saja tidak menyangka apalagi aku."
Jongin celingukan mencari keberadaan Sehun. Padahal tadi dia sudah bilang pada Sehun untuk menunggunya di tempat awal mereka. Tapi sekarang pria itu malah menghilang entah kemana.
Jongin mengedarkan pandangannya ke berbagai arah, tapi tetap saja tidak menemukan keberadaan Sehun dimana-mana. Namun, disaat netranya menyusuri tamu-tamu di ruangan itu. Tak sengaja matanya menemukan sesuatu yang menarik perhatian. Jongin puna segera berjalan mendekati seseorang yang menyita perhatiannya.
"Joonmyeon Hyung?"
Orang yang dipanggil Joonmyeon itu pun lantas menoleh.
"Jongin?"
"Wah kau benar-benar Joonmyeon Hyung ternyata."
Jongin langsung memeluk pria bernama Joonmyeon itu dengan erat.
"Sudah berapa lama ya kita tidak bertemu?" tanya Jongin.
"Ehm... terakhir kali kita bertemu waktu perayaan Chuseok tahun kemarin bukan?"
"Wah kau benar, kemana saja kau Hyung kenapa setiap kali pertemuan keluarga kau tak pernah hadir?"
Joonmyeon terkekeh pelan. "Aku selalu hadir, tapi kita tidak dipertemukan begitu saja."
Jongin memukul pelan bahu sepupunya itu.
"Kau kemari dengan siapa Jongin-ah?"
Mendengar pertanyaan Joonmyeon, Jongin kembali teringat pada Sehun. Awalnya Jongin ingin mencari keberadaa Sehun, tapi karena tadi melihat ada Joonmyeon ia jadi beralih menyapa sepupunya itu.
"Oh tadi aku kesini bersama temanku Hyung, tapi entah kemana dia menghilang sekarang."
Joonmyeon tertawa pelan. "Kau ini ada-ada saja."
"Kau kemari dengan siapa Hyung?"
"Oh aku kemari dengan--" Irene lanjutnya dalam hati. "--temanku."
Jongin memicing. "Teman apa teman?"
Joonmyeon terkekeh. "Astaga kau ini aku memang bersama temanku."
"Kau tahu 'kan jika Kakek sudah tidak sabar melihatmu ke pelaminan," gurau Jongin.
"Kau ini ada-ada saja, sudahlah lebih baik kau mencari temanmu daripada kau disini hanya berniat menyindirku."
Jongin tergelak. "Aku berkata yang sebenarnya Hyung, cepatlah menikah.
"Sudah pergilah sana!"
Jongin hanya tertawa.
"Ya sudah aku pergi dulu kalau begitu. Oh ya Hyung datanglah ke pesta ulang tahun Asher nanti."
"Kapan?"
"Akan kuhubungi nanti kalau sudah waktunya. Dia pasti akan senang jika bertemu dengan paman tampannya."
"Kau ini bisa-bisanya, baiklah hubungi saja jika sudah dekat waktunya."
Jongin mengangguk. "Aku pergi dulu kalau begitu."
Joonmyeon hanya mengangguk, lalu melihat kepergian Jongin dalam diam.
"Oppa."
Joonmyeon menoleh. "Oh Irene-ah, kau sudah bertemu desainer itu?"
"Iya sudah."
"Oh ya sudah kalau begitu."
Joonmyeon mengembuskan napasnya lega untung saja waktunya begitu pas dan tepat. Jongin baru saja pergi saat Irene menghampirinya. Joonmyeon lebih baik tidak memberitahu Irene jika disini ada Jongin. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi jika Irene tahu itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Semangatin aku buat revisi tulisannya hehe😅
With Love
missookaa😙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro