25 (REVISI)
"Aaa.... Soojung-ah aku merindukanmu."
Baru saja Soojung masuk ruangannya tiba-tiba dia langsung diterkam oleh beruang betina, Seulgi.
"Astaga Seul, baru juga satu hari aku meninggalkanmu."
"Aku tidak peduli, cepatlah pulang. Aku takut sendirian di apartemen."
"Mungkin aku akan pulang sehari sebelum Seoul Fashion Week."
"Yak, itu masih sekitar satu mingguan lebih. Itu sangat lama, Jung. Kau keterlaluan meninggalkan aku sendirian seperti ini."
Soojung terkekeh, "Iya... Iya aku hanya bercanda. Mana mungkin aku tega meninggalkanmu sendirian lama-lama."
"Aaaa... Sayang Soojung." Seulgi semakin mengeratkan pelukannya pada Soojung.
"Sudah, sekarang cepat lepaskan aku," ucap Soojung.
"Tidak mau!"
"Astaga dasar beruang."
"Dasar bebek."
Keduanya saling mengatai dan kemudian tertawa.
"Oh ya, aku ingin kita membolos sebentar dari pekerjaan ini," kata Seulgi seraya melepas pelukannya.
"Dasar!" dengus Soojung.
"Ayolah Jung, temani aku minum kopi sebentar. Aku yang traktir."
Soojung menimang-nimang ajakan Seulgi.
"Ehm, baiklah. Tidak apalah sekali-kali kita bolos bekerja."
"Asyik... Ayo!"
Seulgi langsung menyeretku menuju cafe depan butik.
"Kau carilah tempat duduk, aku yang memesan," ucap Seulgi.
"Terserah kau saja."
"Oh ya kau pesan apa?" tanya Seulgi.
"Seperti biasa, coklat panas," jawab Soojung.
Lalu keduanya berpisah, Seulgi yang memesan dan Soojung yang mencari tempat duduk.
Soojung memilih duduk di salah satu kursi dekat jendela kaca. Ia melihat orang-orang hilir mudik melaksanakan aktivitasnya. Tak berselang lama Seulgi menghampiri Soojung.
"Kau terlihat lebih baik Jung," ujar Seulgi.
"Benarkah?"
"Terlihat lebih hidup."
Soojung terkekeh. "Memangnya sebelumnya aku seperti apa. Apa aku terlihat seperti orang mati?"
"Tidak juga sih, kemarin-kemarin kau terlihat seperti banyak masalah, tapi sekarang terlihat lebih baik."
"Itu berkat doamu juga."
"Lalu bagaimana dengan, ehm... Jongin?" tanya Seulgi hati-hati.
Soojung tersenyum. "Dia baik."
"Kau sudah berbaikan dengannya?" tanya Seulgi.
"Setidaknya kami berdua sudah saling menjelaskan dan mencoba saling memahami satu sama lain," ucap Soojung.
"Waah... Bicaramu bijak sekali Jung."
Soojung tertawa. "Kata-kataku sudah kurancang dari kemarin."
"Astaga.... "
Lalu keduanya tertawa. Baik Soojung maupun Seulgi tidak lagi saling bicara, mereka sibuk sendiri. Soojung menyibukkan dirinya dengan membaca salah satu majalah yang tersedia di cafe tersebut. Ia membolak-balikkan lembar demi lembar hingga matanya tertuju pada satu halaman yang menampilkan seorang model berwajah oriental nampak tersenyum manis dalam posenya.
"Bukankah ini Irene Bae?"
Soojung menunjukkan majalah itu pada Seulgi, lalu Seulgi mengangguk menyetujui.
"Iya itu Irene Bae."
"Dia orang Korea asli 'kan?"
Seulgi mengangguk. "Iya dia orang Korea, tapi sejak tujuh tahun lalu dia menetap di Paris."
"Astaga dia sangat cantik, cantiknya begitu alami," puji Soojung penuh kekaguman.
"Dia memang sangat mengagumkan wajahnya saja sudah seringkali menghiasi cover majalah terkenal, selain itu dia juga beberapa kali menjadi brand ambassador merk fashion, kosmetik, dan perhiasan ternama," tambah Seulgi.
"Aku sangat ingin bertemu dengannya, kalau ada kesempatan aku ingin bekerja sama dengannya," ujar Soojung antusias.
"Astaga, kau begitu mengagumi dia rupanya. Kudengar-dengar dia akan menghadiri Seoul Fashion Week nanti, tapi masih belum dikonfirmasi. Doakan saja semoga dia jadi hadir."
"Wah benarkah?" tanya Soojung.
Seulgi mengangguk.
"Sepertinya aku sangat beruntung Seul," ucap Soojung kemudian. Mata wanita itu tak lepas dari majalah yanh menampilkan foto Irene. Soojung menatapnya dengan penuh kekaguman.
***
Jongin mengelus kening Asher lembut, sejak tadi Jongin belum beranjak dari tempatnya. Ia senantiasa menantikan Asher bangun, demamnya sudah turun, tapi sampai sekarang Asher belum bangun juga. Beberapa saat kemudian, Asher mengerang pelan, beberapa kali ia menggerakkan tubuhnya malas, lalu kedua matanya mengerjap pelan.
"Appa?"
"Asher sudah bangun?" Jongin membantu Asher untuk bangun dan menyandarkan tubuh putranya itu di kepala ranjang
"Ini jam berapa Appa?"
"Jam sembilan."
Mata Asher membelalak. "Asher harus sekolah Appa! Nanti Asher terlambat."
Dengan sigap Jongin menghentikan pergerakan Asher yang hendak bangun.
"Asher sedang sakit, jadi Asher tidak sekolah dulu ya."
Asher terpaku sejenak, lalu kemudian memegang dahinya sendiri. "Panas," ujarnya polos.
"Asher memang sakit. Appa sudah mengizinkan Asher pada guru Asher."
"Appa, tidak bekerja?"
Jongin menggeleng. "Hari ini Appa juga tidak masuk kerja, Appa ingin merawat Asher saja di rumah."
Jongin sedikit tersentak ke belakang saat tiba-tiba Asher menubruk tubuhnya dengan pelukan erat.
"Terima kasih Appa."
Jongin tersenyum, lalu mengelus puncak kepala Asher lembut. "Sama-sama, Sayang," ucapnya. "Sekarang Asher makan dulu ya lalu minum obat."
Asher lantas melepaskan pelukannya, "Tidak mau minum obat, pahit." Bocah itu menggeleng kuat seraya menutup mulutnya.
"Tapi Asher harus minum obat supaya cepat sembuh dan besok bisa masuk sekolah. Bukankah lusa Asher harus tampil drama di sekolah."
Asher melongo. "Appa ingat kalau Asher mau tampil drama?"
Jongin mengangguk. "Makanya Asher harus segera sembuh supaya besok bisa ikut latihan terakhir sebelum tampil. Asher tidak mau 'kan kalau penampilannya jelek?"
Asher menggeleng kuat-kuat.
"Makanya ayo makan, lalu diminum obatnya biar cepat sembuh."
Asher masih diam, dia masih ragu untuk meminum obatnya, rasanya ia ingin sembuh tanpa harus minum obat. Karena obat sangat pahit.
"Tapi obat sangat pahit, Appa."
"Namanya juga obat Sayang, tapi meski pahit obat itu menyembuhkan tahu."
"Memangnya tidak ada ya cara lain untuk sembuh selain minum obat?"
Jongin mengembuskan napasnya pelan. Sejak kecil Asher memang sangat sulit dibujuk untuk minum obat--mungkin semua anak juga seperti itu. Jika sudah begini Jongin harus memutar otaknya agar Asher mau meminum obatnya.
"Oh ya mumpung Appa sedang tidak bekerja bagaimana kalau kita jalan-jalan saja?"
Mata Asher berbinar. "Jalan-jalan? Ayo Appa! Asher mau jalan-jalan."
"Kita akan jalan-jalan, tapi Asher harus minum obatnya terlebih dahulu."
Mulut Asher mengerucut. "Itu sama saja. Asher tidak mau!"
"Sungguh, Asher tidak mau?"
Sebenarnya dalam hati Asher, dia ingin sekali pergi jalan-jalan, tapi mau bagaimana lagi syaratnya adalah minum obat dan Asher benci fakta itu.
"Baiklah, Asher akan minum obatnya."
Jongin tersenyum. "Tunggu sebentar ya, Appa ambilkan makanan dan obatnya dulu."
Jongin pun segera menuju dapur untuk mengambil bubur buatan ibunya yang memang sengaja dibuat khusus untuk Asher. Setelah selesai mengambil beberapa keperluan untuk Asher, Jongin pun segera kembali ke kamar putranya itu dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur dan air putih serta obat.
"Ayo dimakan dulu buburnya." Jongin menyuapkan sesendok bubur pada Asher. Sekitar habis lima suapan Asher pun sudah menggeleng dan mengelak suapan Jongin.
"Sekali lagi ya Sayang masa hanya lima suapan sudah selesai?"
Asher menggeleng kuat, anak itu mengalihkan perhatiannya pada robot Iron Man di genggamannya dan tidak lagi memedulikan bujukan Jongin. Jongin hanya bisa menghela napas panjang, ternyata susah juga membujuk Asher. Selama ini dia memang tidak pernah secara langsung membujuk Asher seperti ini biasanya kalau tidak ibunya ya kakaknya yang mengurusi keperluan Asher. Selama ini Jongin hanya disibukkan dengan pekerjaannya. Tapi sekarang Jongin tahu sendiri bagaimana rasanya mengurusi Asher yang rewel seperti ini. Ternyata susah juga merawat anak, batin Jongin.
"Ya sudah kalau begitu, sekarang obatnya diminum ya."
Asher menggeleng.
"Loh kok tidak mau, katanya tadi mau jalan-jalan?"
Asher hanya diam, bocah itu sibuk bermain dengan mainanya.
"Sayang, ayo minum obat dulu ya."
"Tidak mau!"
Sedikit geram, akhirnya Jongin pun mengambil mainan Asher. Asher langsung berteriak saat Jongin mengambil mainannya.
"Appa kembalikan!"
"Minum obat dulu."
Asher mengerucutkan bibirnya seraya bersedekap. Untuk saat ini bukan waktunya memanjakan Asher, dengan sedikit memaksa Jongin pun menyodorkan sendok berisi sirup pada Asher.
"Ayo Sayang diminum dulu, ini tidak pahit kok."
"Tidak mau Appa."
"Sayang kalau Asher tidak mau minum obat kapan Asher sembuhnya."
Asher mendengus pelan. Awalnya anak iu menolak, tapi lama-lama ia akhirnya mau minum obatnya. Wajahnya terlihat aneh sesaat setelah menelan obatnya.
"Nah, tidak pahit 'kan?" tanya Jongin.
"Pahit!" teriaknya keras.
Jongin hanya tertawa kecil, memangnya ada obat yang tidak pahit namanya juga obat. Walaupun ada varian rasanya pun tetap saja rasa pahit itu tetap ada.
"Asher sudah minum obatnya sekarang ayo jalan-jalan."
Astaga anak ini--batin Jongin.
"Iya sebentar ya Appa bereskan dulu sisa makanan Asher ya."
"Ayo Appa! "
"Iya-iya sebentar."
Kurang lebih setengah jam lamanya akhirnya Jongin dan Asher bersiap. Karena masih sakit, Jongin sengaja tidak memandikan Asher, dia hanya membasuh wajah Asher saja, kemudian menggantikan pakaiannya. Setelah sudah selesai, Jongin pun menggendong Asher ke lantai bawah.
Hyoyeon yang tengah asyik menikmati keripik singkongnya sembari menonton televisi terlihat sedikit terkejut saat melihat Jongin dan Asher turun dari tangga dengan penampilan yang rapi.
"Kalian mau kemana? Kenapa kalian terlihat begitu rapi."
"Aku akan mengajak Asher jalan-jalan sebentar," jawab Jongin.
"Yak! Asher sedang sakit. Bukannya dibiarkan istirahat malah kau mengajaknya jalan-jalan."
"Asher sudah minum obat kok Imo. Asher kan anak laki-laki, anak laki-laki tidak boleh sakit lama-lama," kata Asher dengan polosnya.
Jongin dan Hyoyeon dibuat heran dengan penjelasan Asher, lalu Jongin tersenyum sambil mengacak surai anaknya itu.
"Aigoo, siapa yang mengajarimu bicara seperti itu Asher-ah?" tanya Hyoyeon.
"Kata Appa, sebagai laki-laki harus kuat," ujar Asher sembari mengangkat tangan selayaknya memperlihatkan otot lengannya.
Hyoyeon menatap keponakannya itu dengan tatapan tak percaya, bocah masih tujuh tahun, tapi ucapannya seperti orang dewasa saja. Hyoyeon menggelengkan kepalanya heran.
Jongin terkekeh kecil, lalu mengajak Asher untuk tos.
"Astaga kalian berdua benar-benar. Ah sudahlah pergi saja sana."
Jongin dan Asher tertawa melihat Hyoyeon yang kesal.
"Baiklah aku akan pergi, bilang pada Eomma jika kami pergi. Kami tidak akan lama kok," ucap Jongin.
"Ya... Ya sana pergi saja." Hyoyeon kembali melanjutkan aktivitasnya tadi.
Kemudian keduanya pun pergi meninggalkan Hyoyeon.
"Oh ya Asher-ah, bagaimana jika kita mengajak seseorang lagi?" tanya Jongin pada Asher.
"Siapa Appa?"
"Nanti Asher juga akan tahu."
***
Drrtt... Drrtt...
Soojung membuka ponselnya, ia melihat ada pesan masuk dari Jongin.
'Jung'
Soojung mengerutkan dahinya, lalu dengan segera ia membalas pesan Jongin.
'Ada apa?'
Soojung menyesap kopinya perlahan, tak begitu lama ia sudah mendapatkan balasan dari Jongin.
'Datanglah ke Hangan Park. Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan padamu'
Soojung semakin tak mengerti dengan maksud Jongin. Kenapa dia mengajaknya bertemu di Sungai Han. Apa mungkin saja Jongin ingin berbicara penting padanya?
'Baiklah'
Akhirnya Soojung mengiyakan ajakan Jongin untuk pergi ke Hangan Park.
"Sepertinya aku akan benar-benar bolos kerja hari ini."
"Bukankah kita sedang membolos sekarang?" tanya Seulgi.
"Iya dan sepertinya aku akan membolos sampai nanti."
"Kenapa?"
Soojung menunjukkan pesannya dengan Jongin pada Seulgi.
"Baiklah kau boleh pergi. Lagipula persiapan untuk Seoul Fashion Week sudah hampir selesai dan hari ini kerjaan kita tidak terlalu banyak, jadi aku masih bisalah meng-handle pekerjaanmu selama kau pergi."
"Baiklah terima kasih ya Seul. Aku akan pergi sekarang. Bye."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Enjoyyy
With Love
missookaa😙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro