Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

24 (REVISI)

Jongin tengah sibuk mematut diri di depan cermin. Ia sedikit merapihkan tatanan rambut serta dasinya. Setelah dirasa cukup Jongin pun segera bersiap-siap untuk berangkat. Dengan cepat ia menyambar jas dan tasnya yang ada di atas ranjang, kemudian melangkah keluar.

Setelah itu, Jongin segera menuju meja makan untuk sarapan. Sesampainya disana Jongin hanya mendapati ibunya yang tengah sibuk menata makanan di meja. Jongin mengernyit heran, pagi ini kenapa terasa sepi sekali. Semua pada kemana. Biasanya Hyoyeon dan Asher lebih dulu daripada dirinya. Tapi sekarang meja makan masih terlihat sepi. 

"Eomma, dimana Asher dan Noona?" tanya Jongin pada ibunya.

Nyonya Kim mengerutkan dahi, lalu menggeleng pelan. "Eomma juga tidak tahu, mungkin Asher dan Hyoyeon masih tidur. Biasanya mereka berdua bangun bersamaan."

"Tidak biasanya Asher telat bangun," gumam Jongin. "Aku bangunkan Asher dulu ya Eomma. Dia harus segera siap-siap untuk berangkat sekolah."

Nyonya Kim hanya mengangguk. Jongin pun meninggalkan ibunya dan segera menuju kamar Asher.

Tak berselang lama dari kepergian Jongin, kini giliran Hyoyeon yang menghampiri Nyonya Kim. Tampilan wanita itu benar-benar khas orang bangun tidur. Baju awut-awutan dengan tatanan rambut berantakan. Persis seperti rambut singa. Ditambah lagi dengan bekas air liur yang masih menempel di pipinya.

"Astaga Hyoyeon, lihatlah dirimu mengerikan!" Nyonya Kim hanya dapat menggelengkan kepalanya saat melihat anak perempuannya itu memiliki tampilan yang begitu amburadul.

Berbeda dengan respon ibunya, Hyoyeon nampak santai dan tak begitu memedulikan penampilannya. Wanita itu langsung duduk begitu saja di meja makan dan mengambil sebuah apel, lalu memakannya.

"Kiranya bersihkan dirimu dulu baru makan," kata Nyonya Kim mengingatkan. 

"Sudahlah Eomma, aku sangat lapar."

"Kau itu wanita, bahkan sudah mau menikah, kasihan Jae Hyuk jika melihat calon istrinya begitu malas dan berantakan seperti ini."

"Jae Hyuk akan tetap mencintaiku, Eomma."

Nyonya Kim langsung menjitak kepala Hyoyeon.

"Yak, Eomma! Sakit," protes Hyoyeon sambil mengelusi kepalanya.

Tak lama kemudian Jongin turun dari tangga dengan buru-buru menuju ke meja makan. Nyonya Kim mengerutkan dahinya heran saat melihat sang putra terburu-buru menuruni tangga dengan raut wajah penuh kecemasan.

"Eomma...."

"Ada apa?" tanya Nyonya Kim.

"Asher... Asher badannya sangat panas."

"Apa?" ujar Nyonya Kim kaget.

"Badan Asher begitu panas Eomma," ujar Jongin sekali lagi.

Tak mau buang waktu terlalu lama Nyonya Kim langsung beranjak meninggalkan meja makan untuk menuju kamar Asher. Jongin dan Hyoyeon pun lantas mengikuti langkah Nyonya Kim.

Sesampainya di kamar, Nyonya Kim segera menghampiri Asher. Wanita paruh baya itu mengusap kening cucunya yang terasa begitu panas.

"Astaga cucuku sayang."

Nyonya Kim senantiasa mengelus lembut puncak kepala Asher.

"Hyo, tolong ambilkan wadah berisikan air dingin dan handuk kecil," ucap nyonya Kim.

Tanpa banyak bicara Hyoyeon langsung menjalankan perintah Nyonya Kim untuk mengambilkan kompresan.

"Bagaimana bisa Asher seperti ini Jongin-ah?"

Jongin menggeleng pelan. "Aku juga tidak tahu Eomma," jawabnya lirih.

Nyonya Kim mengembuskan napasnya gusar. "Kau ini ayahnya, seharusnya kau lebih memperhatikan keadaan Asher. Kau ini bagaimana sih Jongin-ah, kau terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai lupa dengan kondisi Asher."

Jongin hanya bisa menunduk saat mendengar semua perkataan ibunya. Selama ini Jongin memang kurang memperhatikan tumbuh kembang sang anak apalagi sampai Asher sakit begini. Dan itu membuat Jongin benar-benar merasa begitu buruk. Ia merasa telah menjadi orang tua yang tidak becus mengurusi anak.

Melihat Jongin yang menunduk dalam membuat Nyonya Kim tersadar jika ucapannya pada Jongin sudah terlalu kasar. Tidak sepatutnya juga ia menyalahkan Jongin atas semua ini.

Nyonya Kim mengusap pundak Jongin lembut. "Maafkan Eomma ya jika ucapan Eomma menyinggungmu."

Jongin menggeleng. "Tidak, Eomma tidak seharusnya minta maaf. Ini semua memang salahku yang tidak bisa mengurus Asher dengan baik."

Embusan napas panjang keluar dari mulut Nyonya Kim. "Bukan tidak bisa, tapi belum bisa. Eomma paham jika kau masih berusaha untuk menjadi ayah yang baik bagi Asher. Nasihat Eomma, jangan terlalu sibuk bekerja Jongin-ah. Asher membutuhkan perhatian lebih darimu apalagi di usia Asher saat ini kau harus selalu memantau tumbuh kembangnya."

Penuturan nyonya Kim membuat Jongin sadar jika selama ini ia terlalu sibuk bekerja dan banyak tertinggal akan tumbuh kembang Asher.

"Aku merasa menjadi ayah yang sangat buruk bagi Asher," ujar Jongin lirih.

"Jangan seperti itu Jongin-ah, Asher sangat bangga memilikimu. Ia sering cerita pada Eomma, bahwa ia selalu menceritakanmu pada teman-temannya."

Jongin tersenyum tipis.

"Mulai sekarang taruhlah perhatian lebih padanya, Jongin-ah."

Jongin mengangguk. Benar kata ibunya, mulai sekarang ia harus lebih sering memperhatikan tumbuh kembang anaknya. Jongin mengelusi tangan Asher dengan lembut, lalu menciumnya. Tak lama kemudian Hyoyeon datang dengan membawa wadah berisi air dingin dan handuk kecil sesuai dengan permintaan Nyonya Kim tadi.

"Eomma... ini air dan handuknya." Hyoyeon memberikan wadah dan handuk kecil itu pada Nyonya Kim. Ketika Nyonya Kim hendak menerima uluran tangan Hyoyeon tiba-tiba saja Jongin menghalanginya.

"Eomma, biar aku saja yang melakukannya," kata Jongin kemudian.

Nyonya Kim dan Hyoyeon saling bertatap sebentar. Lalu Nyonya Kim memberikan isyarat pada Hyoyeon agar memberikan wadah dan handuk kecil itu pada Jongin.

"Baiklah ini." Akhirnya Hyoyeon pun mengulurkan dua benda tadi pada Jongin.

"Eomma dan Noona, turun saja ke bawah kalian bisa melanjutkan sarapan, biar aku saja yang mengurus Asher."

"Kau yakin?" tanya Nyonya Kim.

Jongin mengangguk mantap.

Tanpa banyak bertanya lagi, Nyonya Kim dan Hyoyeon pun memutuskan untuk meninggalkan Jongin sendiri.

Jongin mencelupkan handuk kecil ke dalam wadah yang berisi air dingin tadi, lalu memerasnya hingga airnya tak menetes, kemudian meletakkannya di dahi Asher.

"Eomma...."

Jongin tertegun mendengarkan igauan Asher.

"Eomma...."

Asher kembali mengigaukan kata itu lagi. Jongin pun lantas menggenggam erat tangan Asher, kemudian Asher diam dan tak lagi mengigau.

Hati Jongin seakan tersayat saat mendengar igauan Asher barusan. Entah mengapa ia benar-benar merasa bersalah pada putranya itu. Disaat semua anak di luar sana bahagia memiliki keluarga utuh, namun itu tidak berlaku bagi Asher. Sedari kecil Asher tidak pernah melihat atau mengetahui bagaimana rupa sang ibu. Jongin memang belum pernah memperlihatkannya pada Asher. Itu ia lakukan karena dia masih belum siap memperlihatkan foto mantan istrinya atau bahkan mempertemukan mereka berdua. Perasaan kecewa masih mendominasi hati Jongin.

Tanpa sadar air mata Jongin menetes perlahan. "Maafkan Appa sayang, Appa belum bisa menjadi ayah yang baik untukmu," gumamnya lirih.

***

Pagi ini Soojung dan Sooyeon sarapan bersama. Keduanya sama-sama sibuk mengoleskan selai di atas roti masing-masing.

"Bagaimana?" tanya Sooyeon pada Soojung.

"Bagaimana apanya?" Soojung balik bertanya.

"Hubunganmu dan Jo... Jo... Jo siapa namanya entahlah aku lupa."

Soojung tersenyum tipis. "Jongin."

"Ah iya Jongin, bagaimana? Kalian sudah saling berbicara?"

Soojung menggigit roti isinya, lalu mengunyahnya perlahan.

"Jung bagaimana?"

"Ya begitulah kami sudah saling mengungkapkan kebenaran masing-masing."

"Berarti kalian tetap berhubungan 'kan?"

Soojung mengelap mulutnya dengan tisu secara perlahan. "Ya begitu," jawabnya acuh tak acuh.

"Ish kau ini, jawab pertanyaan Kakakmu ini dengan benar."

"Aku 'kan sudah menjawabnya, Eonni sayang."

"Ya tapi kau tidak menjawabnya dengan benar."

Soojung memutar bola matanya malas. "Lantas aku harus menjawab seperti apa?"

"Kalian kembali menjalin hubungan 'kan?"

Soojung mengangguk.

"Kau tidak apa-apa?"

Soojung mengernyit. "Tidak apa-apa kenapa?"

"Ya... dengan duda?"

"Kalau duda mapan dan tampan kenapa tidak?"

"Astaga Soojung-ah!"

Soojung hanya terkekeh melihat reaksi kaget Sooyeon. "Sudahlah lupakan, aku berangkat kerja dulu ya."

Lalu Soojung mencangklong slingbag-nya dan berjalan meninggalkan Sooyeon.

"Yak, dasar adik menyebalkan."

Soojung hanya tersenyum mendengar teriakan kakaknya.

***

"Hari ini aku izin tidak masuk kantor."

"Kenapa?"

"Asher sedang sakit Hun."

"Astaga, kasihan sekali keponakanku, baiklah kau jaga saja Asher dengan baik."

"Terima kasih Hun."

Jongin memutuskan panggilannya dengan Sehun. Hari ini ia memutuskan untuk tidak masuk kerja saja guna menjaga Asher.

Cklek...

Jongin menoleh pada Hyoyeon yang baru saja masuk kamar Asher.

"Apa suhu tubuh Asher sudah turun?" tanya Hyoyeon kemudian.

"Lumayan, suhu tubuhnya sudah tidak sepanas tadi."

Hyoyeon mengangguk, kemudian ia menghampiri Jongin dan duduk disisi ranjang bersebelahan dengan adiknya itu. Hyoyeon mengelus surai keponakannya dengan lembut.

"Kemarin kau mengajak Asher kemana saja?" tanya Jongin.

"Hanya berkeliling mall," jawab Hyoyeon sembari mengelusi pipi Asher yang tengah tertidur tenang. "Kemarin keadaan Asher baik-baik saja, aku tidak tahu jika sekarang dia bisa sakit begini. Maafkan aku Jong."

Jongin menggeleng. "Tidak apa Noona ini bukan salahmu. Seharusnya aku berterima kasih karena kau telah merawat dan menjaga Asher selama aku tidak ada."

Hyoyeon menepuk bahu Jongin pelan. "Kau tidak perlu berterima kasih begitu, Asher adalah keponakanku selama aku masih bisa menjaganya aku akan menjaganya. Jangan terlalu mengkhawatirkanku."

Jongin tersenyum tipis.

"Kau tidak bekerja?" tanya Hyoyeon.

"Aku izin, kali ini aku ingin banyak meluangkan waktuku untuk merawat Asher."

Hyoyeon hanya mengangguk. Setelahnya keduanya pun saling diam menyelami pikiran masing-masing. Dalam keheningan itu, Hyoyeon kembali teringat pada saat ia bersama Jae Hyuk dan Asher kemarin berada di mall. Hyoyeon menatap Jongin dalam diam. Kini ia dilanda kebimbangan, apakah ia harus memberitahu Jongin perihal pertemuannya dengan Irene kemarin?

Hyoyeon takut jika mengatakannya sekarang akan menyinggung perasaan Jongin atau membuat adiknya itu tambah kepikiran.

"Jongin...."

Jongin menoleh. "Ya?"

"Hmm... boleh aku bertanya?"

"Tanya apa?"

Sebelum mengutarakan pertanyaannya Hyoyeon sempat mengembuskan napasnya panjang.

"Bagaimana perasaanmu jika seseorang yang sudah lama pergi meninggalkanmu, tiba-tiba saja datang menemuimu lagi?"

Jongin mengerutkan alisnya. "Maksudnya?"

"Misalnya saja mantanmu--"

"Mantanku?" sela Jongin.

"Eh..." ucap Hyoyeon salah tingkah. "Begini anggap saja mantanku yang pernah membuatku kecewa tiba-tiba datang kembali padaku, itu menurutmu bagaimana?"

Jongin heran kenapa tiba-tiba Hyoyeon bertanya seperti itu padanya.

"Ya dilihat dulu dia datangnya untuk apa."

"Hmm... minta maaf mungkin?"

"Kalau dia datang untuk minta maaf, it's okay, mungkin aku akan tetap menerima permintaan maafnya, meskipun sulit setidaknya dia sudah ada niatan untuk meminta maaf," jawab Jongin.

"Jika dia sudah minta maaf dan ingin memperbaiki hubungannya denganmu dari awal lagi bagaimana? Apa kau mau menerimanya?"

Jongin mengelus dagunya pelan nampak tengah berpikir. "Aku tipikal orang yang tidak mudah menerima kembali seseorang yang sudah membuatku kecewa. Mungkin kalau dia hanya meminta maaf itu tidak masalah, tapi kalau dia sudah meminta untuk kembali lagi, it's too difficult for me to accept her again. Kau tahu bukan guci yang pecah memang bisa direkatkan kembali, tapi itu tidak akan bisa mengembalikannya seperti semula. Sama juga dengan hati."

Hyoyeon mengangguk paham.

"Kenapa kau bertanya seperti ini? Apa ada mantanmu yang kembali menemuimu?" tanya Jongin pada Hyoyeon.

Hyoyeon menggeleng cepat. "Ah tidak bukan apa-apa, aku hanya iseng bertanya. Baiklah kalau begitu aku ke bawah dulu," ucapnya seraya beranjak menjauh.

Sebelum pergi, Hyoyeon kembali menoleh. "Apa perlu aku bawakan sarapan untukmu. Kau belum sarapan 'kan tadi?"

Jongin mengangguk. "Boleh."

"Baiklah tunggulah sebentar, aku akan mengambilkan sarapan untukmu."

Kemudian Hyoyeon pun menghilang dari balik pintu meninggalkan Jongin yang masih bertanya-tanya kenapa Kakak perempuannya itu tiba-tiba menanyakan hal-hal random yang sama sekali tak terpikirkan sebelumnya.

"Dia sangat aneh," gumam Jongin.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Sorry for any typos...

With Love

missookaa😙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro