21 (REVISI)
Soojung mencoba untuk bersikap biasa saja tanpa memedulikan apa yang tengah menimpa hatinya. Sampai sekarang pun ia belum membalas setiap pesan Jongin, jujur hatinya masih belum siap menerima kenyataannya. Bahkan ia pun belum tahu hatinya menginginkan apa. Soojung merasa lelah dengan ke hingar-bingaran dunia yang telah membuatnya lupa. Ia membutuhkan sedikit waktu untuk menyendiri dan menjernihkan pikiran.
Saat ini Soojung tengah mengemasi pakaiannya. Ia ingin pergi ke rumah kakaknya, Sooyeon. Ia butuh teman cerita, bukannya ia tidak mau bercerita pada Seulgi. Namun, ia butuh teman yang benar-benar mengetahui dirinya luar dalam yaitu kakaknya.
Seulgi baru saja selesai mandi, ia terkejut melihat Soojung yang tengah mengemasi barang-barangnya.
"Kau mau ke mana Jung?" tanya Seulgi.
Soojung menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah Seulgi.
"Oh... Aku mau ke apartemen kakakku."
Seulgi mengerutkan dahinya. "Ada apa memangnya? Kenapa tiba-tiba sekali perginya?"
"Tidak apa-apa, aku sudah lama tidak mengunjungi kakakku, kurasa aku merindukannya," jawab Soojung seraya kembali membereskan baju-bajunya.
Seulgi tak bergeming. Wanita itu yakin pasti ada alasan lain yang membuat Soojung memutuskan untuk pergi ke ruma kakaknya. Namun, Seulgi tak berniat bertanya lebih jauh. Ia tahu jika Soojung pasti butuh waktu untuk menenangkan diri.
"Tenang saja, aku akan tetap bekerja besok jadi kau tak usah merasa kehilanganku," ucap Soojung sembari terkekeh pelan.
Ucapan Soojung membuat Seulgi tersenyum. "Kau kepedean sekali, pergi pergilah aku juga tidak peduli."
"Awas kau ya, jangan cari aku kalau begitu."
Soojung menggeret kopernya lalu melangkahkan kakinya keluar kamar. Seulgi pun mengikutinya.
"Kenapa kau mengikutiku?" tanya Soojung.
"Isshh kau ini, ya sudah kalau tidak mau kuantar pergi saja sana."
Soojung terkekeh, ia tidak berniat membuat Seulgi kesal. Ia hanya ingin menggoda sahabatnya saja. "Begitu saja kau marah," ucapnya
"Terserah," jawab Seulgi sambil memalingkan muka dari Soojung.
"Kau tidak mau memberiku pelukan terakhir?"
Seulgi mengerutkan dahinya. "Kau tidak berniat meninggalkanku selamanya kan?"
Soojung tertawa. "Memangnya kau mau aku pergi selamanya."
"Jung...."
"Mana mungkin aku tidak kembali Seul, kau terlalu terbawa perasaan."
Seulgi langsung memeluk erat Soojung. "Cepat kembali Jung, masa iya kau tega melihatku sendirian di apartemen ini?"
Soojung menepuk-nepuk punggung Seulgi pelan. "Tenang saja Seul aku hanya pergi beberapa hari saja bukannya selamanya."
"Yakk, kumohon jangan bicara hal seperti itu," protes Seulgi.
"Haha, iya...iya."
Seulgi melepaskan pelukannya. "Hati-hati Jung."
Soojung mengangguk lalu berjalan meninggalkan Seulgi. "Jangan merindukan aku ya."
"Tidak akan!"
Soojung terkekeh. "Bye Seul!"
"Cepat kembali Jung!"
***
Hari ini Irene mendatangi studio tempatnya dulu merintis karir menjadi seorang model. Studio ini sudah banyak berubah. Studio ini memang banyak perubahan, namun kenangan di studio ini tidak akan pernah berubah.
"Soohyun-ah...."
Perempuan yang dipanggil Soohyun itu menyipitkan matanya mencoba mengenali Irene.
"Siapa ya?"
Irene terkekeh pelan. Wajar saja jika Soohyun melupakannya karena sudah hampir tujuh tahun lamanya Irene tidak pernah mengunjungi studio ini.
"Masa kau lupa denganku?"
Soohyun mengernyitkan dahinya mencoba mengingat-ingat kembali. Hingga akhirnya Soohyun menutup mulutnya tidak percaya. Sekarang ia sudah ingat siapa wanita di depannya ini.
"Irene Eonni?!"
Irene tertawa pelan melihat keterkejutan Soohyun. Keduanya pun langsung berpelukan melepas rasa kerinduan.
"Maafkan aku Eonni karena tidak langsung mengenalimu tadi."
"Tidak apa Soohyun-ah, wajar kalau kau sedikit lupa denganku. Hampir tujuh tahun kita tidak bertemu," ucap Irene. "Bagaimana kabarmu Soohyun-ah?"
"Baik Eonni, Eonni sendiri bagaimana kabarnya?"
"Ya begitulah, baik."
"Aku tak menyangka jika Eonnie kembali lagi ke Korea, bagaimana kota Paris Eonni?" tanya Soohyun menggebu-gebu.
"Bagus, kapan-kapan kau harus berlibur ke Paris dan aku akan mengajakmu berkeliling ke menara Eiffel."
"Wah benarkah Eonni? Kau memang benar-benar daebak!" ucap Soohyun seraya mengangkat kedua jempolnya.
"Kurasa studio ini terlalu banyak perubahan. Bukan begitu?"
"Namanya juga tahun terus bertambah, jadi ya wajar jika banyak perubahan Eonni."
Irene terdiam ia kembali menengok isi studio. Tempat ini banyak menyimpan kenangan dalam hidup Irene. Bagaimana ia merintis karir menjadi seorang model dari studio kecil ini. Mulai dari kenangan terindah hingga menyedihkan bagi Irene ada disini.
Soohyun mengibaskan tangannya di depan wajah Irene. "Eonni," panggilnya.
"Oh maafkan aku Soohyun-ah aku tidak fokus."
Soohyun tersenyum. "Tidak apa Eonni, pasti Eonni sedang bernostalgia tentang kenangan masa lalu 'kan?"
Sepertinya Soohyun berbakat untuk membaca pikiran orang lain. "Kau bisa saja Soohyun-ah, memangnya apa yang sedang kupikirkan, tidak ada."
Soohyun hanya mengangguk. "Benarkah Eonni, kau tidak teringat oleh apapun, bahkan sudah tercetak jelas di keningmu kau pasti teringat olehnya kan?"
Pertanyaan Soohyun serasa menohok hati Irene. Soohyun yang melihat perubahan ekspresi Irene merasa tidak enak, mungkin saja Irene merasa risih dengan pertanyaannya tadi.
"Ehem, Eonni tadi aku hanya bercanda jangan terlalu serius menanggapinya," ucap Soohyun.
Irene tersenyum, ia mengerti maksud Soohyun. "Tak apa Soo-ah."
"Baiklah mari kita ganti topik, bagaimana perkembangan studio ini?" tanya Irene.
"Sangat baik Eonni, Tuan Kim Joon selalu mengembangkan studio ini bahkan sudah ada cabang di beberapa luar kota, bahkan saat ini pun Tuan Kim Joon sudah mau melebarkan sayapnya ke pasar Jepang dan negara Asia lainnya," tutur Soohyun.
Irene tersenyum, ia tak menyangka jika studio ini sudah merambah ke dunia internasional. Dahulunya studio ini hanya sebuah studio foto saat Irene merintis karirnya menjadi model, namun sekarang studio kecil ini sudah bertransformasi menjadi agensi model yang sudah melahirkan bakat-bakat model profesional. Itu semua berkat Tuan Joon yang mengembangkannya. Selain itu, Tuan Joon juga berperan penting dalam karir Irene menjadi model.
"Banyak juga model kami yang sudah go internasional sepertimu Eonnie," ujar Soohyun lagi.
"Syukurlah, aku sangat bangga," ujar Irene.
"Suatu kebanggaan kami bisa didatangi oleh model internasional kami," ucap Soohyun pada Irene.
"Kau ini bisa saja."
"Soohyun-ah aku memintamu untuk mengecek hasil meeting kemarin, mana--"
Irene dan Soohyun menolehkan kepala mereka bersamaan saat ada suara lain menginterupsi. Keduanya menatap ke arah seorang pria yang baru saja datang. Irene tersenyum melihat ke arahnya.
"Oppa!" ucap Irene.
Pria itu menurunkan kacamatanya. "Astaga kau Irene? Model terkenal itu?"
Irene mengangguk. "Karena kaulah aku menjadi terkenal Oppa."
"Astaga Irene-ah!" Joonmyeon langsung memeluk Irene dengan eratnya. Pria itu begitu terkejut melihat raga Irene di depannya.
"Aku merindukanmu, sungguh." ucap Joonmyeon.
"Aku juga."
"Ayo kita bicara di ruanganku, aku ingin mendengar banyak ceritamu. Pasti banyak yang ingin kau ceritakan 'kan."
Irene terkekeh pelan saat Joonmyeon mengajaknya masuk ke dalam ruang kerjanya. Keduanya berjalan beriringan. Irene mengedarkan pandangannya melihat isi ruang kerja milik Joonmyeon, netranya mengamagi setiap sudut ruangan Joonmyeon.
"Rupanya ruanganmu tidak banyak berubah Oppa," gurau Irene.
"Benar, aku memang tidak terlalu suka dengan banyak perubahan. Dengan keadaan begini saja aku sudah merasa nyaman."
"Terserah kau sajalah, Oppa," kata Irene.
"Kapan kau kembali ke Seoul? Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya?" tanya Joonmyeon.
"Surprise!"
Joonmyeon terkekeh lalu mengacak surai Irene pelan.
"Jangan diacak ini susah menatanya tahu," gerutu Irene, sedangkan Joonmyeon malah tertawa kecil.
"Seharusnya saat kau pulang kau beritahu aku supaya aku bisa menjemputmu di bandara," ujar Joonmyeon.
"Aku sudah terbiasa melakukan sendiri, aku tidak akan tersesat Oppa."
"Bagaimana karirmu di Paris?"
"Baik, aku sangat menikmati pekerjaanku saat ini," jawab Irene sembari memilih duduk di sofa ruang kerja Joonmyeon.
"Syukurlah, kau sudah jarang sekali menghubungiku sekarang."
"Maafkan aku Oppa, aku tak bermaksud begitu," sesal Irene.
Joonmyeon tertawa. "Jangan anggap terlalu serius ucapanku."
Irene hanya mengerucutkan bibirnya.
"Kau kesini dalam rangka apa?" tanya Joonmyeon.
"Aku diundang di pagelaran Seoul Fashion Week bulan depan," jawab Irene.
"Oh begitu rupanya."
"Kau sudah bertemu dengannya?" tanya Joonmyeon tiba-tiba.
Irene terdiam, ia tahu kemana arah pembicaraan Joonmyeon. Irene sedikit merasa tidak nyaman jika ditanya tentang ini.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk mengingatkanmu lagi tentangnya," sesal Joonmyeon.
Irene tersenyum kecil. "Tak apa Oppa, bahkan sampai sekarang aku masih belum berani untuk bertemu dengannya. Mungkin saja ia sudah tidak sudi melihatku."
"Irene-ah...." lirih Joonmyeon.
Irene tersenyum miris. "Sungguh aku merindukan mereka, tapi apa yang sudah aku lakukan kepada mereka. Mungkin ini karma untukku," ucapnya lirih.
"Kenapa kau bicara seperti itu, belum ada kata terlambat untuk kau meminta maaf Irene-ah."
Tanpa sadar air mata Irene menetes, Joonmyeon yang melihat itu pun langsung memeluk wanita itu.
"Aku akan membantumu jika kau ingin memperbaiki semuanya, aku selalu berada di sampingmu," ujar Joonmyeon.
Setidaknya Irene merasa lebih nyaman dengan kata-kata Joonmyeon.
"Terima kasih."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Maafkan aku ya mungkin aja kalian merasa bosan dengan cerita ini karena alurnya terlalu lambat, Kaistal-nya jarang keluar. Emang begini ceritanya, biar masalah satu-satu terselesaikan, karena emang cerita ini romance-nya gak terlalu menonjol, ini bukan cerita cinta-cintaannya remaja labil tapi ini ceritanya udah family haha😅
Sabar aja ya, cerita ini pasti akan indah pada waktunya😆
With Love
missookaa😙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro