Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

20 (REVISI)

Semenjak kepulangannya dari cafe tadi hingga saat ini Jongin masih diam. Pikirannya masih tertuju pada Soojung. Ingin sekali Jongin menghubungi wanita itu dan menjelaskan semuanya. Namun, ia terlalu takut jika Soojung tidak mau mendengar penjelasannya. Jongin terlalu pengecut. Jongin mengambil air mineral dan menegaknya hingga tandas. Ia butuh berpikir jernih sekarang.

Tanpa Jongin sadari sedari tadi Hyoyeon selalu memperhatikan setiap gerak-gerik adiknya itu. Jongin menjadi lebih pendiam semenjak pulang dari cafe tadi siang. Sebenarnya ia ingin tahu apa yang membuat adiknya itu diam. Namun, ia masih ragu untuk bertanya. Tapi ada satu hal yang mengganggu pikirannya sedari tadi, yaitu Jung Soojung. Entah mengapa Hyoyeon menganggap bahwa ada sesuatu yang disembunyikan antara adiknya itu dengan Soojung. Pasalnya saat mereka berdua bertemu tadi seperti ada kilatan terkejut di mata mereka berdua. Namun, Hyoyeon tak mau berasumsi terlalu jauh mungkin bertanya langsung pada Jongin akan lebih baik.

Hyoyeon berjalan perlahan mendekati Jongin. "Jongin," panggilnya.

Jongin sedikit kaget saat tiba-tiba Hyoyeon memanggilnya. "Noona, ada apa?"

"Tidak ada apa-apa hanya ingin memastikan sesuatu."

Jongin mengerutkan dahinya. "Memastikan apa?" tanyanya.

Hyoyeon berjalan ke arah meja makan lalu menduduki salah satu kursinya.

Hyoyeon menatap lekat Jongin. "Jika kau ada masalah jangan kau pendam sendiri."

Jongin sedikit terkejut dengan pernyataan Hyoyeon, bagaimana ia tahu jika Jongin sedang dirundung masalah.

"Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan, Noona."

Hyoyeon mendengus. "Aku tau jika kau sudah mengerti apa maksudku, tapi kau tak mau jika aku tahu bahwa kau memang memiliki sebuah masalah. Sebut saja ini ikatan batin antara kakak-beradik. Jika kau sedang bermasalah akupun turut merasakannya."

Jongin terdiam, ia pun mengambil langkah mendekati meja makan dan menduduki salah satu kursi di samping Hyoyeon.

"Ceritalah, aku akan menjadi telingamu," kata Hyoyeon.

Jongin menghela napas pelan. "Soojung."

Hyoyeon mengernyitkan dahinya samar.

"Aku berkencan dengannya."

Hyoyeon membelalakkan matanya mendengar pernyataan Jongin. Wanita itu tak bergeming, ia masih perlu berpikir jernih akibat ucapan tiba-tiba adiknya.

"Kau sungguhan?" tanya Hyoyeon.

Jongin mengangguk.

"Sejak kapan?"

"Yang pasti aku kenal dengannya saat kau menyuruhku mengambil gaunmu di butiknya," jawab Jongin.

Hyoyeon terdiam. "Menyuruhnya mengambil gaun di butik Soojung?" batinnya.

Hyoyeon berpikir keras mengorek seluruh memorinya, hingga akhirnya ia mengingat sesuatu. "Jung Soojung pemilik Krystal's Boutique kan?" tanya Hyoyeon.

Jongin mengernyit. "Iya, memangnya Noona lupa?"

Hyoyeon menepuk dahinya. "Makanya aku seperti pernah melihat Soojung sebelum ia menolong Asher," ucapnya. "Kalau begitu bagus jika kau berkencan dengannya, tapi kenapa kau tidak bilang tadi jika kalian berdua sudah berkencan. Jadi kau tidak mau beritahu aku?"

Jongin menghela napas sejenak mencoba menjernihkan pikiran. "Dia belum tahu jika aku memiliki Asher."

Hyoyeon terkejut. "Maksudnya?"

"Aku belum memberitahukan statusku yang sebenarnya padanya."

Hyoyeon memukul kepala Jongin.

"Kenapa memukulku?" protes Jongin.

"Kau yang bodoh, kenapa tidak bilang saja dari awal. Pasti Soojung akan berpikiran negatif tentang dirimu dan Asher. Apa alasanmu menyembunyikannya?" tanya Hyoyeon.

"Sebenarnya aku akan memberitahukannya pada Soojung disaat yang tepat."

Lagi-lagi Hyoyeon memukul kepala Jongin.

"Yak Noona!"

"Sebenarnya apa yang ada di pikiranmu Jongin. Kau tahu Soojung pastilah sangat kecewa padamu karena menyembunyikan fakta yang sebenarnya. Ingatlah Asher itu anakmu untuk apa kau sembunyikan huh?"

Jongin terdiam, ia menunduk, ia baru sadar jika selama ini ia benar-benar pengecut.

"Jika sudah begini kau mau apa? Soojung sudah terlanjur kecewa padamu."

Jongin memijit pelipisnya pelan.

"Sekarang aku mau tanya padamu dan kau harus menjawab dengan sejujur-jujurnya."

Jongin menatap Hyoyeon menunggu pertanyaannya.

"Kau serius dengan Soojung?"

Inilah yang selalu mengusik pikiran Jongin, ia tak tahu sebenarnya dengan kemauan hatinya. Namun, dalam lubuk hati yang paling dalam ia sudah nyaman dengan Soojung dan ia tak mau melepas Soojung begitu saja.

"Iya." Entahlah ia mendapat keberanian darimana, bagaimana ia bisa menjawab seperti itu dengan entengnya.

"Jika kau memang serius dengannya, coba jelaskan padanya secara baik-baik dan buat Soojung untuk tetap bertahan dan tidak meninggalkanmu," ujar Hyoyeon. "Aku percaya padamu Jongin, jujur aku suka dengan Soojung. Apalagi Asher sudah mengenal Soojung dan aku yakin jika Asher sangatlah menyukai wanita itu. Itu adalah salah satu kesempatan emas untukmu mendapatkan Soojung."

"Bahkan Asher sangat akrab dengan Soojung. Kau tahu sendiri kan jika ia sangatlah pemalu kalau bertemu dengan orang baru, tapi dengan Soojung ia berbeda," lanjut Hyoyeon.

Jongin pun membenarkan, ia juga melihat sendiri bagaimana Asher begitu bahagia saat mengenalkan Soojung padanya tadi. Anak itu terlihat nyaman dengan keberadaan Soojung.

"Aku harap Soojung mengerti keadaanmu Jongin," ucap Hyoyeon.

"Terima kasih Noona, kau sudah memberiku sedikit pencerahan."

"Setidaknya sebentar lagi aku tak menjadi pengasuh Asher lagi. Cepat berbaikan dengan Soojung supaya Asher punya ibu baru," canda Hyoyeon.

Jongin tersenyum kecil, ia bahkan masih belum yakin jika Soojung mau menerimanya kembali. Namun, ia akan menjadi pria sejati untuk mempertahankan cintanya.

***

Lantunan musik jazz mengisi malam ini pada salah satu cafe di sudut Kota Seoul. Terlihat seorang pria tengah menyesap frappucino-nya dengan tenang hingga ketenangannya menghilang ketika seseorang menepuk bahunya.

"Bisakah kau tidak menepuk pundak ketika orang itu sedang minum?"

"Hehe maafkan aku Chan."

Dua pria itu adalah Chanyeol dan Sehun, Chanyeol yang meminum frappucino-nya dan Sehun yang menepuk bahu Chanyeol tadi.

"Kenapa tiba-tiba kau mengajakku bertemu aneh sekali. Biasanya malam minggu seperti ini kau habiskan untuk berkencan," ujar Sehun.

"Bisakah kau hanya diam."

Sehun mendengus sebal. "Percuma aku datang kesini jika kau menyambutku dengan nada sinismu itu."

Chanyeol memutar bola matanya malas. "Pesan saja yang kau mau aku yang traktir."

Sehun mengembangkan senyumannya. "Wah, kepalamu habis terbentur dimana? Aku tak menyangka kau menjadi sangat baik hati seperti ini."

"Aku heran padamu, aku sinis kau marah, aku baik kau tak percaya," gerutu Chanyeol.

"Hehe, maaf aku hanya tak menyangka saja bukannya tak percaya."

"Terserah," ucap Chanyeol sembari menyesap frappucino-nya kembali.

"Oh ya kau tidak mengajak Jongin kemari?" tanya Sehun.

Chanyeol meletakkan cangkirnya lalu menatap Sehun serius. "Aku mengajakmu bertemu karena ingin membicarakan Jongin makanya aku tidak mengajaknya."

"Jadi kau mengajakku bergosip?"

"Sebut saja begitu."

"Wah kau parah, rupanya kau membicarakan sahabatmu di belakang, sahabat macam apa kau ini?"

Chanyeol menghela napas jengah. "Bisakah kau diam, aku tidak bermaksud membicarakan Jongin di hal negatifnya."

"Lalu?"

"Kau masih ingat Irene?" tanya Chanyeol.

Sehun termangu sejenak. "Irene?" gumamnya.

Chanyeol mengangguk.

"Kenapa kau tiba-tiba membicarakannya?" tanya Sehun.

Chanyeol menghela napas panjang. "Irene... Dia kembali."

Sehun membelalakkan matanya. "Kau tidak bercanda 'kan?" tanyanya memastikan.

Chanyeol menggeleng.

"Apa Jongin sudah tahu?" tanya Sehun.

"Maka dari itu aku hanya mengajakmu kemari, aku belum memberitahu Jongin. Sebaiknya jangan beritahu Jongin dulu."

"Untuk apa dia kembali?"

"Dia bilang, dia kembali kesini karena ada pekerjaan disini," jawab Chanyeol.

Sehun memangku wajahnya dengan tangannya. "Jika kita tak memberitahu Jongin, apa tidak keterlaluan?"

"Keterlaluan maksudmu?"

"Ini karena Asher, Irene adalah ibunya. Tentu saja kita harus memberitahu Jongin atas kembalinya Irene. Asher juga harus tahu rupa bu kandungnya."

"Kau gila Hun, tujuh tahun lalu Irene lah yang meninggalkan Jongin dan Asher, aku yakin jika Jongin tidak akan membiarkan Asher bertemu Irene begitu saja," ungkap Chanyeol.

Sehun mengangguk paham. "Setidaknya kita beritahu Jongin supaya ia tahu jika Irene sudah kembali ke Seoul."

"Biarlah waktu yang menjawab." Chanyeol tidak ingin terlalu ikut campur dengan urusan sahabatnya. Biarlah semua ini diselesaikan oleh Jongin sendiri.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Oh jadi Irene itu (isi sendiri)
Makasih banget untuk para reader, aku seneng banget karena lumayan banyak yang baca cerita ini dan pastinya vote cerita ini.
Aku terhura....
Seenggaknya cerita ini masuk 1000 besar fanfiction di wattpad wahaha😆😆
Love you all readers, doain cepet selesai ceritanya ya....

Nb : anggep aja Chanyeol sama Irene itu umurnya sama dengan Jongin, Soojung, Seulgi sama Sehun.

With Love

missookaa😙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro