
18 (REVISI)
Soojung dan Seulgi langsung menuju ke ruang rapat untuk membahas acara Seoul Fashion Week yang akan dilaksanakan kurang dari dua bulan lagi.
"Selamat pagi semuanya," ucap Soojung menyapa beberapa pegawai.
"Selamat pagi Nona."
"Saya tidak perlu berbasa basi lagi, di rapat kali ini saya ingin tahu sampai dimana persiapan untuk acara Seoul Fashion Week nanti. Mina bagaimana laporannya?"
"Dari material dan juga pembuatan gaun sudah hampir delapan puluh persen, Nona. Namun, kita masih harus menentukan model yang akan kita gandeng dalam acara nanti," ujar Mina menjelaskan.
Soojung mengangguk paham. "Oh baiklah untuk model saya dan Seulgi sudah ada beberapa opsi model yang sedang naik daun untuk kita ajak dalam pagelaran nanti dan hari ini menemui saya dan Seulgi akan menemui beberapa model tersebut."
Seluruh pegawai mengangguk paham.
"Untuk persiapan Seoul Fashion Week mungkin sudah cukup lancar dan tidak ada masalah. Semoga saja kita diberi kelancaran sampai hari-H ya."
"Dan sekarang mari kita bahas mengenai perkembangan butik ini dengan para klien."
Setelah membahas persiapan acara Seoul Fashion Week, Soojung pun melanjutkannya dengan membahas beberapa pekerjaan lain bersama para pegawainya. Hingga tak terasa mereka rapat sampai waktu makan siang tiba. Seluruh karyawan sudah meninggalkan ruang rapat dan kini hanya menyisakan Soojung dan Seulgi yang masih berada di ruang tersebut.
"Kita akan menemui model jam berapa?" tanya Soojung pada Seulgi.
"Pukul dua siang."
"Kau sudah mengatur jadwal pertemuannya 'kan?" tanya Soojung lagi.
"Tenang saja Jung semua sudah ku handle."
"Baiklah aku percaya padamu Seul."
"Kau mau makan siang sekarang?" tanya Seulgi.
"Emm aku belum lapar, kalau kau mau makan siang lebih dulu makanlah aku nanti saja," ujar Soojung tanpa mengalihkan fokus pada laptopnya.
"Jangan terlalu memforsir tenagamu Jung, kau juga butuh asupan energi." Seulgi mencoba memperingati sahabatnya itu untuk tetap memperhatikan asupan makanannya karena jika Soojung sudah berambisi pada pekerjaannya maka dia akan sedikit melupakan kebutuhan dirinya sendiri.
Soojung tersenyum. "Iya Seul, aku tahu, tapi untuk saat ini aku masih belum lapar kau duluan saja."
"Baiklah, aku mau ke cafe depan. Mungkin kau mau menitip sesuatu."
Soojung menggeleng. Seulgi pun hanya menghembuskan napas pelan, kalau sudah begini fokus Soojung tidak bisa diganggu.
"Baiklah aku pergi dulu."
Seulgi meninggalkan Soojung sendirian di ruang rapat. Soojung masih enggan meninggalkan kursinya ia masih Setia berkutat di depan laptopnya. Sesekali juga ia meregangkan tangannya yang kebas akibat terlalu lama memainkan keyboard laptop.
Drrtt... Drrtt...
Soojung mengalihkan pandangan pada ponsel pintarnya. Sejenak ia tak bergeming saat melihat satu pesan masuk dari Jongin. Sejak peristiwa Jongin menggagalkan acara kencan mereka, Soojung belum membalas pesan Jongin hingga saat ini. Ditambah lagi dengan perkataan mengejutkan Seulgi mengenai Jongin membuat Soojung terus kepikiran. Soojung pun berkali-kali menghiraukan beberapa panggilan Jongin. Untuk saat ini Soojung masih belum bisa membalas pesan atau mengangkat panggilan Jongin. Soojung masih butuh waktu untuk menyesuaikan keadaan yang masih penuh keragu-raguan ini.
Soojung melirik ponselnya yang kembali berkedip menandakan pesan baru kembali masuk. "Maaf Jong untuk saat ini biarkan aku sendiri," gumamnya pelan.
***
Chanyeol baru saja melaksanakan tugasnya. Ia baru saja mendarat setelah melakukan penerbangan dari Paris menuju ke Seoul. Dia berjalan menyusuri bandara Incheon dengan menggeret kopernya. Dia masih akan melanjutkan penerbangan berikutnya satu jam lagi. Jadi saat ini ia menggunakan waktu satu jamnya di cafetaria untuk beristirahat dengan se-cup kopi hitam. Chanyeol tersenyum simpul kepada beberapa pegawai yang ia temui saat berada di cafetaria.
Chanyeol memberikan isyarat tangan pada pelayan cafetaria, tanpa perlu menyebutkan pesanannya pelayan tersebut sudah mengerti apa yang diinginkan Chanyeol. Sembari menunggu pesanannya datang, Chanyeol mengedarkan pandangan ke penjuru cafetaria. Mengamati orang-orang yang berlalu lalang dan sibuk dengan barang bawaan masing-masing.
Sampai pada akhirnya penglihatannya bertumpu pada satu titik. Netra tajamnya tertuju pada seorang wanita yang berdiri tak jauh dari tempat duduknya saat ini. Chanyeol merasa bahwa dia mengenal wanita itu. Pria bermata besar itu kembali menajamkan penglihatannya mencoba memastikan apakah wanita itu benar-benar orang yang dia kenal.
"Itu kan..."
Chanyeol merasa bahwa wanita itu memang orang yang dia kenal. Dia pun segera beranjak meninggalkan tempat duduknya. Dia mulai mendekat ke arah wanita tadi. Chanyeol terus menatap punggung wanita yang kini sibuk menggeret kopernya itu. Chanyeol yakin betul jika wanita itu adalah seseorang yang ia kenal.
Hingga pada akhirnya wanita tadi berhenti dan itu membuat Chanyeol pun ikut menghentikan langkahnya. Dan kini Chanyeol sibuk memerhatikan setiap gerak-gerik wanita tadi. Si wanita nampak tengah menelpon seseorang.
"Aku sudah sampai, kau bisa jemput aku sekarang."
"Baiklah aku menuju kesana."
"Cepatlah."
Chanyeol tak sengaja mendengar pembicaraan wanita tadi dengan seseorang yang ditelponnya. Untuk mengurangi rasa penasarannya Chanyeol pun dengan hati-hati menepuk pundak wanita tadi mencoba meyakinkan bahwa wanita itu memang seorang yang dikenalnya.
Wanita itu pun menoleh. Keduanya pun langsung terdiam. Baik Chanyeol maupun wanita tadi tengah menampilkan guratan terkejut menatap satu sama lain.
"Irene-ssi," ujar Chanyeol lirih.
Wanita yang dipanggil Irene itu hanya diam.
"Kau benar Irene 'kan?" tanya Chanyeol memastikan.
"I... iya," jawab Irene kikuk.
Chanyeol menghela napas besar. Benar bukan firasatnya jika wanita di depannya ini adalah wanita yang dikenalnya. Chanyeol pun tersenyum miring. "Bagaimana kabarmu Irene-ah?" tanyanya.
"A... Aku baik," jawab Irene dengan nada yang terdengar gugup.
Chanyeol semakin menyunggingkan seriangaiannya. "Sudah lama ya kita tidak bertemu, hampir tujuh tahun lamanya," kata Chanyeol menerawang.
Irene hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Chanyeol. Wanita itu mengepalkan tangannya gelisah.
"Kau benar-benar berbeda dari yang kulihat terakhir kali tujuh tahun yang lalu. Bukankah kau menjadi model sekarang, seperti impianmu dulu. Wah akhirnya kau bisa capai impianmu juga."
"Tentu saja. Ini karena usaha kerasku mencapai keinginan terbesarku itu," ucap Irene dengan nada yang cukup tenang.
Chanyeol mengangguk paham. "Kenapa kau kembali ke Seoul?"
Entah mengapa pertanyaan Chanyeol membuat Irene sedikit tersinggung. Secara tidak langsung pertanyaan Chanyeol seakan menyindir dirinya.
"Tidak salah 'kan, jika aku pulang ke kampung halamanku. Lagipula aku ada beberapa pekerjaan disini," jawab Irene.
"Oh begitu rupanya. Bukan karena rindu ingin bertemu seseorang di masa lalu 'kan?"
Napas Irene tercekat.
"Oh maafkan aku, mulutku memang suka sembarangan kalau berbicara," ujar Chanyeol lagi.
Irene hanya diam sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain. Chanyeol yang melihat Irene seperti itu hanya menyeringai.
"Kalau begitu aku pergi dulu Irene-ssi. Selamat kembali lagi di kota ini."
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Chanyeol pun langsung meninggalkan Irene yang masih diam terpaku. Setiap perkataan yang terlontar dari mulut Chanyeol secara tidak kasat mata kembali membuka kilasan masa lalu dalam pikirannya. Irene memejamkan mata sebentar mencoba menetralisir emosi yang menyerang hatinya. Dia harus kuat, kembali ke Seoul adalah pilihannya. Dia harus bisa melewati badai yang mungkin saja terjadi setelah ini. Karena di Seoul-lah semua terjadi. Semua kenangan terindah dan terburuknya ada disini.
***
Soojung dan Seulgi sudah menemui model yang akan diajak bekerja sama dalam pagelaran Seoul Fashion Week nanti. Mereka melakukan pertemuan di salah satu cafe dekat butik Soojung. Pertemuan mereka baru saja selesai sepuluh menit lalu, tapi Soojung dan Seulgi masih belum beranjak tempat itu dan kini keduanya masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
"Jung kau mau makan dulu?" tanya Seulgi.
Soojung hanya diam. Wanita itu masih sibum berkutat dengan laptopnya dan membuat Seulgi mendengus kesal melihatnya.
"Jung kau mendengarku?"
Soojung menghentikan pekerjaannya dan menatap Seulgi penuh tanya. "Hah apa Seul kau bicara denganku?"
Seulgi memutar bola matanya malas. "Kau mau makan?" tanyanya lagi.
"Aku belum la---"
"Kau sudah menunda makan siangmu dan sekarang kau mau menundanya lagi?" belum selesai Soojung mengatakan apa maksudnya, Seulgi buru-buru memotongnya.
"Aku memang belum lapar Seul."
"Jangan banyak alasan Jung, kau harus memerhatikan pola makanmu jangan sampai kau sakit. Tinggalkan pekerjaanmu untuk sementara waktu."
"Baiklah... Baiklah ayo kita makan dulu."
Akhirnya Soojung mengalah dan menuruti ucapan Seulgi untuk makan terlebih dahulu. Seulgi memesankan makanan untuk Soojung.
"Imo... Imo aku mau es krim lagi."
"Kau sudah menghabiskan dua cup es krim dan sekarang mau es krim lagi?"
"Tapi aku mau es krim lagi Imo, yang rasa coklat."
"Kau sudah makan es krim coklat dan strawberry tadi."
"Tapi aku masih mau makan yang coklat lagi Imo. Rasanya begitu enak."
"Tidak boleh. Sudah cukup!"
"Ayolah Imo sekali lagi saja."
"Tidak boleh!"
Soojung mendengar perdebatan kecil antara seorang wanita dengan anak laki-laki yang duduk di kursi sampingnya. Soojung melihat anak laki-laki tadi cemberut sambil menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Soojung tersenyum kecil melihatnya. Saat memperhatikan keduanya cukup lama tiba-tiba Soojung mengernyitkan dahinya. Sepertinya ia pernah melihat anak laki-laki dan wanita itu, tapi dimana. Terlalu fokus memperhatikan, Soojung tak sadar jika anak kecil tadi berbalik melihat ke arahnya.
"Imo cantik!"
Anak laki-laki tadi tiba-tiba mendekat ke arah Soojung dan membuat Soojung tersenyum kikuk saat melihat anak itu sudah berada di depannya.
"Imo masih mengingatku?" tanya anak kecil tadi. Soojung kembali mengernyitkan dahinya dan terlihat berpikir.
"Astaga Asher tidak boleh seperti itu, tidak sopan. Maafkan Asher ya Nona." Wanita yang bersama anak kecil tadi langsung menghampiri anak itu dan mengajaknya untuk pergi menjauh.
Soojung tak bergeming, pikirannya masih bertanya-tanya siapa sebenarnya anak bernama Asher ini. Apa dia mengenalnya?
Tunggu.
Apa dia bilang namanya Asher tadi?
"Asher?" gumam Soojung lirih. Tiba-tiba sebuah ingatan muncul dalam memorinya.
"Oh Asher? Sekarang aku ingat kamu adalah Asher yang dulu tersesat saat di Time Square itu 'kan?" tanya Soojung.
Asher mengangguk.
"Wah ternyata kamu masih mengingat Imo rupanya."
"Tentu saja Asher ingat, karena Imo yang sudah menolong Asher dan Imo itu cantik. Jadi Asher selalu mengingatnya."
"Oh rupanya anda yang sudah menolong Asher dulu?" Tanya wanita yang bersama Asher tadi.
"Iya," jawab Soojung.
"Maaf sebelumnya, saat Asher sudah ditemukan saat itu saya terlalu fokus pada Asher sampai lupa untuk menanyakan nama anda."
Soojung tersenyum kecil. "Panggil saja aku Soojung."
"Ah iya Soojung-ssi, perkenalkan namaku Hyoyeon. Bibi bocah nakal ini."
Soojung terkekeh geli, sedangkan Asher mengerucutkan bibirnya karena perkataan bibinya tadi.
"Aku tak menyangka jika Asher masih mengingatku. Ingatan Asher sangat tajam. Bahkan aku saja sudah mulai lupa. Maafkan Imo ya Asher-ah," ujar Soojung.
"Dia memang begitu jika melihat wanita cantik pasti akan mudah mengingatnya, sama seperti ayahnya," ucap Hyoyeon dan membuat Soojung tertawa akannya.
"Maaf Jung lama." Seulgi baru saja tiba dengan membawa nampan berisi dua burger dan kentang goreng pesanannya dan Soojung.
"Tak apa Seul," ucap Soojung. Seulgi menatap ke arah Asher dan Hyoyeon. Mata Seulgi langsung membulat saat melihat keduanya.
"Oh ya Seul, kenalkan ini Hyoyeon Eonni dan ini Asher. Dan Eonni, ini Seulgi sahabat serta rekan kerjaku," kata Soojung memperkenalkan keduanya.
Seulgi hanya diam dan matanya masih fokus memperhatikan Hyoyeon dan Asher. "Bukankah mereka yang pergi bersama Jongin tempo lalu?" batinnya.
Seulgi mencoba untuk tersenyum walaupun sedikit kikuk. Dia tidak ingin terlihat mencurigakan.
"Bukankah Asher tadi mau es krim?" tanya Soojung pada Asher.
"Iya Imo cantik, tapi Imo Hyo tidak mau membelikannya."
"Bukannya Imo tidak mau membelikannya, tapi Appa-mu melarang untuk banyak-banyak makan es krim Asher," ujar Hyoyeon.
"Biarlah Asher membeli es krim ya Eonni. Untuk sekali ini saja aku ingin membelikannya es krim," bujuk Soojung.
"Tapi Asher sudah menghabiskan dua cup es krim tadi."
"Wah kalau begitu Asher sudah tidak boleh makan es krim lagi." Soojung pun langsung berubah pikiran saat Hyoyeon mengatakan Asher sudah menghabiskan dua cup es krim.
Asher mengerucutkan bibirnya kesal. Hal itu malah membuat Soojung semakin gemas dan mencubit pipi Asher. Seulgi yang melihat interaksi Asher dan Soojung merasa sangat bersalah karena tak bisa memberitahukan yang sebenarnya pada Soojung. Tapi pertanyaan yang kini muncul di benak Seulgi ialah jika Asher memanggil Hyoyeon dengan sebutan Imo lantas apa hubungan keduanya dengan Jongin. Kenapa tempo hari Asher memanggil Jongin dengan sebutan Appa.
"Imo, kapan Appa akan menjemput kita?" tanya Asher.
"Mungkin sebentar lagi."
"Kenapa buru-buru sekali sih pulangnya?" tanya Soojung.
"Kapan-kapan kita bisa bertemu lagi Imo cantik," ucap Asher sembari tersenyum manis.
"Baiklah."
"Baru kali ini Asher sangat akrab dengan orang baru, biasanya ia sangatlah pemalu jika bertemu orang baru," kata Hyoyeon.
"Benarkah, wah berarti aku beruntung."
"Asher itu bukan termasuk anak yang mudah beradaptasi dengan orang baru. Apalagi Appa-nya dia ini cukup protektif dengan Asher. Jadi Appa-nya Asher tidak akan membiarkan anaknya dengan orang asing barang sedikitpun."
Soojung tersenyum kecil. "Setiap orang tua pasti akan khawatir dengan keselamatan anaknya. Apalagi Asher masih kecil juga, pasti dia tidak ingin anaknya kenapa-napa."
Mendengar ucapan Soojung membuat Seulgi kembali kepikiran mengenai siapa ayah dari anak bernama Asher itu. Sedari tadi Seulgi hanya diam, pikirannya terlalu dibuat pusing dengan pemikiran-pemikiran tentang hubungan Jongin-Asher dan Hyoyeon.
Mereka pun menghabiskan sisa sore dengan berbincang hingga tak sadar sudah memakan waktu cukup lama bahkan makanan Soojung dan Seulgi pun sudah tandas semenjak lima belas menit yang lalu. Hyoyeon pun melirik jam tangannya sekilas.
"Kenapa Appa-mu belum juga menjemput ya Asher?"
Asher menggeleng pelan, dia masih asyik memakan burger milik Soojung yang diberikannya tadi. Tak berselang lama lonceng cafe berbunyi menandakan seseorang baru masuk dan ketika tahu siapa orang yang baru masuk itu. Asher pun langsung beranjak dari pangkuan Soojung.
"Appa.... " Asher langsung berlari menghampiri seorang laki-laki bertubuh tegap dengan setelan jasnya. Soojung dan Seulgi juga turut menatap ke arah Asher yang berlari. Seketika itu keduanya terkejut bukan main.
"Nah itu Appa Asher, dia adikku," ujar Hyoyeon.
"Jongin," gumam Soojung.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alhamdulillah bisa update cepet semoga aja ke depannya makin lancar bikin ceritanya😀
Gak panjang lebar lagi, semoga chapter ini memuaskan. Sorry for any typos, vomment-nya jangan lupa ya....
With Love
missookaa😙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro