Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16 (REVISI)

Jongin mengerang frustasi, semenjak pulang dari mall tadi hatinya sudah tidak tenang karena memikirkan Soojung. Berkali-kali Jongin sudah mencoba mengirim pesan hingga menelpon Soojung, tapi sama sekali tak ada balasan. Jongin yakin Soojung pasti kecewa padanya karena membatalkan janji yang dia buat sendiri.

"Astaga Jung, kumohon angkatlah," gumam Jongin.

Jongin menatap ponselnya, sedari tadi hanya suara operator yang menjawabnya. Pria itu merebahkan tubuh sambil menatap langit-langit kamarnya.

"Besok aku harus menjelaskan yang sebenarnya pada Soojung," ucap Jongin mantap.Ia tidak ingin lagi ada kesalahpahaman antara ia dan Soojung. Jongin memulai hubungan ini karena memang ia ingin serius dengan Soojung bukan berniat main-main saja.

***

Pukul sepuluh malam Seulgi baru saja kembali ke apartemen. Kondisi apartemen terlihat gelap dan sunyi. Seulgi pun melangkahkan kakinya menuju kamar. Ia melihat Soojung yang rupanya sudah tidur. Seulgi segera beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Hampir setengah jam ia habiskan waktu di kamar mandi, Seulgi pun segera menuju kasur dan ingin secepatnya tidur.

Kening Seulgi mengerut saat melihat Soojung yang tertidur dengan mengenakan dress. Bahkan wajah Soojung masih terlihat masih menggunakan make up.

"Apa tadi dia juga pergi?" gumam Seulgi.

Seulgi lebih memilih untuk tidak memikirkannya lebih baik ia segera tidur. Karena ia sudah lelah, dan tubuhnya butuh istirahat.

***

Setelah bersiap diri Seulgi pun segera menuju dapur untuk sarapan. Dia bahkan sudah mencium bau harum masakan, pasti Soojung sedang memasak.

"Pagi," sapa Seulgi.

"Heem." Soojung hanya menjawab dengan deheman.

"Kau masak apa Jung?"

"Nasi goreng, tolong ambilkan piring, Seul."

"Oke."

Seulgi mengambil dua piring dan menghampiri Soojung. Soojung menuangkan nasi goreng ke piring yang dibawa Seulgi tadi. Setelah itu, keduanya duduk di meja makan dan menyantap sarapannya dalam diam. Soojung memakan sarapannya dengan malas, berkali-kali ia hanya mengaduk makanannya. Seulgi yang sedari tadi memperhatikan pun merasa ada yang aneh dengan Soojung, tidak biasanya sahabatnya itu diam seperti ini. Biasanya saja dia selalu nyerocos di pagi hari.

"Jung."

Soojung hanya diam, terlihat sekali jika pandangannya kosong.

"Jung," ulang Seulgi.

Dan masih sama Soojung belum merespon.

"Jung Soojung!" kali ini Seulgi sedikit menaikkan nada suaranya.

Soojung sontak langsung mendongak dan menatap Seulgi. "Kau kenapa sih Seul, tidak teriak kan bisa," ucapnya.

Seulgi mendengus pelan. "Aku sudah memanggilmu tiga kali, tapi kau melamun dan tidak meresponku."

"Benarkah? Maaf aku tidak terlalu fokus tadi."

"Kau kelihatan aneh pagi ini, ada apa? Apa ada masalah?" tanya Seulgi.

"Tidak."

Seulgi berdecak. "Tidak usah berpura-pura, aku tahu kau pasti menyembunyikan sesuatu dariku 'kan?"

"Sudahlah Seul, aku sedang tidak dalam mood baik hari ini. Lebih baik selesaikan sarapanmu agar kita bisa segera berangkat ke butik," ucap Soojung mengalihkan pertanyaan Seulgi.

Seulgi hanya menghembuskan napasnya pelan,  jika sudah memang lebih baik Seulgi diam. Dari dulu selalu begitu jika Soojung punya masalah pasti ia akan memendamnya sendiri. Ketika hendak menyantap nasi gorengnya, Seulgi tiba-tiba teringat kemarin malam ketika Soojung tertidur dengan mengenakan dress.

"Kau kemarin darimana?" tanya Seulgi.

"Maksudmu?"

"Kau kemarin habis pergi 'kan? Bahkan kau tertidur dengan masih mengenakan dress dan make up. Kau habis pergi kemana kemarin?"

Soojung diam, sebenarnya ia begitu malas membahas kejadian kemarin. Mengingat hal itu hanya akan membuat hatinya semakin berkecamuk kesal.

"Aku tidak pergi kemanapun," jawab Soojung datar.

"Aku benci dengan dirimu yang seperti ini, kau selalu memendam masalahmu sendiri. Kau punya aku Jung," ujar Seulgi kesal.

Soojung menghela napas panjang. "Aku kesal dengan Jongin," ucapnya kemudian.

"Jongin?" batin Seulgi.

"Memangnya kenapa dengan Jongin?" tanya Seulgi.

Soojung meletakkan sendok garpunya cukup kasar hingga menimbulkan dentingan bunyi. "Kemarin dia mengajakku pergi, tapi dia malah tiba-tiba membatalkannya secara sepihak. Itu yang membuatku kesal sampai sekarang."

Lidah Seulgi kelu, pikirannya berkecamuk. Mendengar penuturan Soojung, ia jadi langsung teringat kejadian kemarin malam saat di mall. Seulgi mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Kau sudah menghubunginya?" tanya Seulgi pada Soojung.

Soojung menggeleng lemah. "Setelah dia membatalkan acara itu, aku langsung men-silent ponselku. Sampai sekarang pun aku belum mengecek ponselku lagi. Aku masih menenangkan diri."

Seulgi benar-benar tak habis pikir, ingin sekali ia bilang pada Soojung, bahwa Jongin itu pria brengsek. Tapi Seulgi belum siap melihat reaksi Soojung, ia juga belum yakin dengan apa yang dilihatnya kemarin. Seulgi melihat Soojung sedikit berbeda saat dia dekat dengan Jongin. Soojung lebih banyak tersenyum. Namun, apakah akan sama jika Soojung tau apa yang dilakukan Jongin di belakangnya.

"Mungkin Jongin punya alasan lain." Rasanya batin Seulgi menjerit saat mengatakan itu.

"Aku juga tidak tahu, tapi aku sudah terlanjur kesal padanya. Sudahlah tidak usah bahas hal itu lagi."

Seulgi pun diam tak lagi bertanya pada Soojung.

"Maafkan aku Jung, aku tidak bisa mengatakan apa yang aku lihat kemarin. Sungguh aku tak akan membiarkan Jongin menyakitimu." ucap Seulgi dalam hati.

***

Jongin terbangun dengan kantung mata yang begitu terlihat. Kemarin dia tidak bisa tidur dengan nyenyak karena selalu teringat Soojung. Jongin selalu membawa ponselnya kemanapun, ia hanya menanti balasan dari Soojung. Namun, hingga saat ini masih tak ada notifikasi apapun di ponselnya.

"Eomma aku berangkat," ucap Jongin malas.

"Kau tidak sarapan?" tanya Nyonya Kim.

"Aku sudah terlambat, aku berangkat." Jongin mencium kedua pipi ibunya.

"Hati-hati."

"He'em."

Nyonya Kim menghembuskan napas pelan, ia melihat wajah murung Jongin. Padahal hari-hari sebelumnya Jongin terlihat ceria, tapi kenapa hari ini ia terlihat begitu murung.

"Eomma, sarapannya sudah siap?" Hyoyeon menghampiri ibunya dengan Asher di gendongannya.

"Sudah, ayo makan," ajak nyonya Kim.

"Appa mana?" tanya Asher.

"Appa sudah berangkat Sayang," jawab Nyonya Kim.

"Berangkat? ini masih pukul setengah tujuh. Pagi sekali dia pergi," ujar Hyoyeon.

"Entahlah Ibu juga tidak tahu, mungkin saja ia ada pertemuan pagi."

"Appa tadi tidak membangunkan Asher," ujar Asher polos.

"Benar Eomma, bahkan Asher pun mandi sendiri. Aku tidak habis pikir sesibuk apa sih Jongin itu," gerutu Hyoyeon.

"Benarkah itu Asher?" tanya nyonya Kim pada sang cucu. Asher hanya mengangguk.

"Eomma juga tidak tahu ada apa dengan Jongin. Hari ini ia terlihat murung tidak seperti biasanya," terang nyonya Kim.

"Apa mungkin karena kemarin," gumam Hyoyeon.

Nyonya Kim mengerutkan dahinya. "Kenapa dengan kemarin?" tanyanya pada Hyoyeon.

"Sejak aku memintanya untuk menemaniku dia sudah terlihat murung."

Nyonya Kim hanya menghela napas panjang. "Dari dulu sifatnya selalu begitu, tidak mau cerita jika ada masalah. Sudahlah berpikir positif saja, mungkin dia sedang banyak pekerjaan."

"Iya Eomma," jawab Hyoyeon.

Kemudian mereka bertiga melanjutkan sarapan mereka.

***

Jongin tak langsung pergi ke kantornya. Ia sekarang berada di depan butik Soojung, sudah sepuluh menit ia menunggu di mobil. Ia masih ragu untuk menemui Soojung, ia takut jika Soojung masih marah dan tak mau bertemu dengannya.

"Ayolah Jong, begini saja tidak bisa. Selesaikan semuanya dengan tenang," ujar Jongin menyemangati dirinya sendiri.

Jongin membulatkan tekadnya, ia keluar dari mobil untuk menemui Soojung. Ketika baru beberapa langkah, penglihatannya tak sengaja melihat mobil yang melaju mendekatinya. Jongin memicingkan penglihatannya, ia pun tahu siapa yang berada di dalam mobil. Kemudian ada dua wanita keluar dari mobil tadi, salah satunya adalah Soojung.

Soojung terlihat cukup terkejut dengan kehadiran Jongin, ia tampak gelisah.

"Jung," panggil Jongin.

Soojung diam mematung, ia bingung harus melakukan apa. Sebenarnya ia tak seharusnya marah seperti ini. Mungkin saja kemarin Jongin memang sibuk jadi membatalkan pertemuan mereka. Tapi Soojung sudah terlanjur sakit hati dan kecewa dengan Jongin.

"Bisakah kita bicara sebentar Jung, aku mau menjelaskan perihal kemarin," pinta Jongin.

Belum sempat Soojung menjawab, Seulgi langsung menyela.

"Maaf Jongin ini sudah waktunya untuk bekerja, jika kau ingin bicara dengan Soojung maka bicara saja lain kali. Dan sebaiknya kau pun segera berangkat kerja daripada terlambat 'kan. Kami permisi, ayo Jung."

Tanpa persetujuan Seulgi langsung menarik Soojung masuk ke dalam butik. Soojung pun hanya menurut, hari ini ia masih belum bisa menemui Jongin.

"Maaf Jong," batin Soojung.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

To be continued....

Maafkan aku karena cerita ini lama banget gak update, dan juga maaf kalo banyak typo dan ceritanya semakin membosankan😶. Makasih udah banyak yang membaca cerita ini, semangatin aku terus reader😊

Don't forget to vomment, thanks😉

With Love

missookaa😙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro