13 (REVISI)
Setelah menyelesaikan makan malam, Jongin segera mengantarkan Soojung kembali ke apartemennya. Mobil Jongin pun baru saja sampai di depan apartemen Soojung. Sepulang dari makan malam mereka berdua tidak banyak bicara. Bahkan Jongin yang biasanya tidak bisa diam menggoda Soojung tiba-tiba bungkam tanpa suara. Begitu pula dengan Soojung pengakuan Jongin terasa seperti mimpi yang membuatnya enggan untuk segera bangun.
"Jung."
Soojung masih menunduk, ia masih malu untuk menatap Jongin. Setelah Jongin mengutarakan semua rasanya hubungan mereka berdua berubah menjadi sangat canggung.
"Jung," panggil Jongin lagi.
Jongin memegang tangan Soojung, Soojung kaget ketika Jongin memegangnya.
"Mungkin ini masih sangatlah awal bagi kita untuk memulai suatu hubungan. Aku tak akan memaksamu untuk langsung menerimanya."
Soojung mendongak memberanikan diri menatap langsung manik tajam milik Jongin. Ia sama sekali tidak merasa ada keterpaksaan menerima pengakuan Jongin. Soojung malah merasa--sangat bahagia.
"Jongin."
"Iya."
"Memang ini awal bagi kita, aku ingin kita menjalaninya bersama-sama. Ketika aku sudah berhubungan dengan satu orang maka aku akan menjalani hubungan itu dengan sepenuh hatiku, begitu juga dengan hubungan ini aku akan berusaha sebaik mungkin dalam hubungan baru ini denganmu."
Jongin tersenyum, dan mengelus tangan Soojung.
"Terima kasih karena telah memberiku kesempatan untuk memulai hubungan baru denganmu. Mari kita jalani ini bersama-sama."
Keduanya saling melemparkan senyuman dan menatap satu sama lain dengan dalam menyelami setiap keindahan rupa masing-masing. Dengan tangan yang masih bertautan.
"Aku harus segera masuk, Seulgi pasti sudah menungguku," ucap Soojung memecah keheningan.
Jongin mengangguk dan melepas genggamannya dari tangan Soojung.
"Sampai jumpa dan hati-hati di jalan," ucap Soojung.
"Tunggu sebentar."
"Ada apa?"
Jongin mendekatkan diri ke arah Soojung, Soojung langsung diam tak bergeming. Jongin mengecup singkat kening Soojung dan hal itu berhasil membuat jantung Soojung berdebar kencang tak karuan.
"Sekarang masuklah, harus langsung tidur dan jangan lupa mimpikan aku," ucap Jongin dan diakhiri dengan senyuman yang begitu manis.
Soojung tersenyum sembari mengangguk kecil. Lalu ia berjalan keluar dari mobil Jongin. Ia masih berdiri di samping mobil belum berniat masuk.
"Masuklah," ucap Jongin.
"Aku akan masuk setelah kau pergi."
"Tidak... Tidak kau masuklah dulu baru aku akan pergi."
Soojung menghembuskan napas, "Baiklah, hati-hati di jalan." Lalu Soojung melambai ke arah Jongin dan dibalas oleh pria itu.
Akhirnya Soojung pun memasuki gedung apartemennya. Sedangkan Jongin masih setia menatap kepergian Soojung hingga wanita itu sudah benar-benar masuk ke dalam gedung apartemennya. Jongin menghembuskan napas besar dan bersandar di punggung kursi kemudi.
"Maafkan aku Jung, untuk saat ini aku belum bisa membuka rahasiaku. Ketakutan itu membuatku tak bisa mengatakannya, ketakutan kau tak akan menerima jika aku sudah memiliki Asher," guman Jongin.
***
Pagi ini Jongin begitu bersemangat dengan wajahnya yang terlihat begitu cerah ditambah lagi dengan senyuman rupawannya membuat kadar ketampanannya meningkat.
"Selamat pagi semuanya," ucapnya sumringah.
Jongin mencium pipi kiri ibunya lalu mencium kedua pipi putranya yang tengah duduk di meja makan. Kedua manusia beda usia itu hanya menatap heran ke arah Jongin.
"Apa yang terjadi padamu, kenapa kau begitu semangat hari ini?" tanya Nyonya Kim.
"Bukannya setiap hari aku juga bersemangat, Eomma?" tanya Jongin.
"Tapi hari ini semangatmu berbeda dari hari-hari biasanya," ujar Nyonya Kim.
"Mungkin itu hanya perasaan Eomma."
"Appa terlihat sangat keren hari ini," ucap Asher.
Jongin menyunggingkan senyuman lebar. "Setiap hari kan Appa memang terlihat keren."
"Tapi tetap Asher yang paling keren."
Jongin mengeluarkan dengusan mendengar ucapan putranya yang begitu percaya diri, siapa yang sudah mengajarkan dia mengatakan itu, batinnya menggerutu.
"Asher keren karena Appa juga keren. Jika Appa tidak keren Asher juga tidak akan keren," ujar Jongin tidak mau kalah.
"Tidak... Asher keren karena memang Asher tampan bukan karena Appa," kilah Asher tidak terima.
"Astaga anak ini," batin Jongin.
"Asher kan anak Appa jadi Asher keren dan tampan itu juga karena Appa."
"Tidaakk... Asher keren karena Asher sendiri bukan karena Appa."
"Baiklah Asher keren dan tampan karena Asher sendiri," ucap Jongin mengalah. Nyonya Kim hanya tertawa melihat perdebatan kecil antara putra dan cucunya.
"Lebih baik kalian habiskan sarapannya supaya tidak terlambat," ucap Nyonya Jung.
"Appa," panggil Asher, Jongin menolehkan kepalanya pada Asher.
"Apa?"
"Appa tidak lupa kan jika hari ini Appa mengajak Asher jalan-jalan?"
Kapa Jongin pernah bilang begitu. Jongin mencoba untuk mengingat-ingatnya. Astaga benar juga, kemarin ia menjajikan Asher akan mengajak anak itu jalan-jalan. Yah, padahal ia nanti siang ingin mengajak Soojung makan siang.
"Iya Sayang, Appa tidak lupa."
Terpaksa Jongin harus membatalkan acara makan siangnya dengan Soojung. Jika tidak, ia akan menjadi ayah durhaka kepada anak.
"Yeayy asikk, nanti kita ke Lotte World ya."
"Iya terserah Asher saja, nanti Appa akan jemput Asher sekolah ya, setelah itu kita pergi ke Lotte World."
"Horeeee!!" teriak Asher kegirangan, lalu ia memeluk erat Jongin.
"Sekarang habiskan sarapannya dulu," kata Jongin.
Asher mengangguk semangat lalu memakan sarapannya dengan lahap. Jongin mengelus lembut puncak kepal Asher.
***
Pagi tadi Soojung bangun terlambat karena kemarin ia baru bisa tertidur pukul sebelas malam. Ya, kalian tau kan apa sebabnya. Sedari tadi ia sudah kena omelan Seulgi, Seulgi sudah beberapa kali mencoba membangunkan Soojung. Namun, Soojung masih belum bisa bangun dan membuat mereka berdua sekarang terlambat bekerja ya walaupun itu butik milik Soojung, tapi tetap saja mereka harus memberikan contoh yang baik bagi para pegawai.
"Ini semua gara-garamu Jung kita jadi terlambat," gerutu Seulgi.
Soojung hanya memutar kedua bola matanya malas. "Ini hanya terlambat sepuluh menit Seul, tapi kau begitu marah seperti ini."
"Aku termasuk orang yang disiplin jika kau ingin tahu."
"Iya... Iya maafkan aku, aku tadi benar-benar tidak bisa bangun Seul."
"Kemarin kau pulang jam berapa?" tanya Seulgi.
"Sekitar pukul sepuluh malam mungkin."
"Bagaimana makan malamnya kemarin, lancar?"
Seulgi yang awalnya marah-marah berubah menjadi begitu penasaran saat menanyakan makan malam Soojung dengan Jongin kemarin.
Soojung tersenyum malu. "Ya begitulah."
"Ya begitulah maksudnya apa, apa ada kemajuan antara kalian berdua."
Astaga pertanyaan Seulgi membuat Soojung semakin malu untuk mengingat kejadian kemarin malam.
"Ya... Pokoknya begitu."
Seulgi sedikit memicingkan penglihatannya, dia menatap ke arah Soojung.
"Tunggu sebentar, ucap Seulgi tiba-tiba.
Seulgi melihat ada sebuah kalung yang menggantung manis di leher Soojung.
"Sejak kapan kau memakai kalung?" tanyanya.
Soojung menatap ke arah lehernya. Seulgi begitu jeli rupanya. Pasti saat ini Seulgi sangat penasaran bagaimana Soojung mendapatkan kalung ini. Apalagi Soojung adalah tipekal wanita yang jarang sekali menggunakan perhiasan.
"Ini-"
"Nona Soojung."
"Oh Mina, ada apa?"
Perhatian keduanya teralihkan pada Mina yang baru saja masuk ke dalam ruangan mereka.
"Rapat akan segera dimulai Nona."
Soojung teringat jika dia ada rapat dengan para pegawai mengenai kelanjutan konsep untuk pagelaran Seoul Fashion Week.
"Baiklah kami akan segera kesana," ujar Soojung. Lalu Mina pamit undur diri.
"Sebaiknya kita harus pergi ke ruang rapat sekarang," ucap Soojung mengalihkan topik. Lebih baik begitu daripada diinterogasi terus menerus oleh Seulgi.
"Hei, kau belum menjawab pertanyaanku tadi."
"Pertanyaan yang mana?" tanya Soojung pura-pura lupa.
Seulgi mengerucut sebal. "Yang tentang dari siapa kalung itu."
"Ah itu rupanya, nanti saja kalau waktu makan siang aku akan memberitahumu."
"Nanti kau malah pergi makan siang dengan Jongin lagi," Seulgi bersedekap.
"Ehm, aku juga tidak tahu sih. Sudahlah pasti para pegawai sudah menunggu kita."
"Pokoknya kau harus cerita tentang makan malammu kemarin dan bagaimana kau mendapatkan kalung itu." Tunjuk Seulgi ke arah kalung di leher Soojung.
"Iya iya Nona Kang." Soojung menyeret tangan Seulgi untuk segera ke ruang rapat.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To be continued....
Semangatin aku terus reader supaya tetep semangat buat lanjutin cerita ini. Tanpa dukungan kalian aku juga gak bisa lanjutin cerita ini, ditunggu ya vomment-nya😊
With Love
missokaa😙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro