12 (REVISI)
Hubungan antara Soojung dan Jongin semakin hari semakin baik, mereka sering menghabiskan waktu makan siang bersama, keduanya pun juga sering berangkat dan pulang bersama.
Seperti saat ini Soojung sedang sibuk memilih dan memilah baju yang akan ia gunakan. Malam ini Jongin mengajaknya dinner bersama.
"Astaga Soojung, kau apakan lemarimu." Seulgi begitu shock melihat isi kamarnya dan Soojung berantakan, dengan baju-baju berserakan di lantai.
"Aku bingung harus pakai baju apa." lirih Soojung.
Seulgi menggelengkan kepalanya. "Sini biar kubantu."
Seulgi mengambil beberapa baju di lantai.
"Yang ini bagaimana?" Soojung mengangkat salah satu gaun tanpa lengan berwarna kuning.
"Warnanya terlalu mencolok."
"Kalau yang ini."
"Tidak itu seperti gaun malam."
Seulgi memutar bola matanya. "Sekarang kan memang sudah malam Nona Jung."
"Tapi gaun itu terlalu seksi Seul."
"Baiklah... Baiklah, kalau yang ini."
"Itu terlalu kekanakan."
Seulgi mulai jengah melihat kelakuan Soojung.
"Maumu itu apa sih Jung, gaun ini terlalu seksi lah, terlalu kekanakan lah, terlalu mencolok lah. Sudahlah jadilah dirimu sendiri, aku yakin Jongin pasti akan menyukainya," ujar Seulgi tak sabaran.
Soojung terdiam, benar juga apa kata Seulgi. Untuk apa juga dari tadi ia pusing-pusing memikirkan harus pakai baju apa.
"Kau benar Seul, aku terlalu berlebihan memang."
"Nah sekarang kau sudah tahu kan harus memakai apa?"
"Engg.... Tidak."
***
Jongin menatap pantulan dirinya dari cermin. Ia mengelus rambutnya sambil sesekali membenahi tatanan rambutnya itu.
"Nah begini lebih baik."
Jongin meninggalkan kamarnya, ia menuruni tangga sembari memakai jam tangannya, ia melihat Asher sedang sibuk menonton televisi.
Jongin memeluk putranya. "Hei jagoan."
"Appa!"
Asher menatap Jongin dengan tatapan heran. "Appa mau kemana?"
Jongin hanya tersenyum sambil mengusak rambut Asher.
"Appa mau bertemu seseorang."
Asher mengerutkan dahinya. "Asher ikut."
"Ini sudah malam, Asher harus tidur besok kan sekolah."
"Tapi Asher mau ikut Appa."
"Besok saja ya, Appa akan mengajak Asher jalan-jalan."
Mata Asher terlihat berbinar saat Jongin berkata akan mengajaknya berjalan-jalan.
"Appa janji?" Asher mengangkat jari kelingkingnya pada Jongin.
"Janji." Jongin meletakkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Asher.
"Nah sekarang Asher tidur, ini sudah malam jangan menonton televisi terus itu bisa merusak mata Asher."
"Tapi Asher belum mengantuk Appa."
"Pokoknya sekarang Asher harus tidur." Jongin menggendong Asher menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar, Jongin mencoba menidurkan Asher hingga akhirnya putranya itu tertidur. Jongin dan Asher memang sebelas dua belas jika sudah mencium bau bantal atau guling saja mereka mudah sekali tertidur. Like father like son.
Jongin mencium kening sang putra lalu berjalan meninggalkan kamar Asher.
"Kau mau kemana?" Jongin berjingkat kaget ketika melihat Hyoyeon yang tiba-tiba menghampirinya.
"Kau mengagetkanku Noona."
Mata Hyoyeon memicing curiga pada Jongin. "Kau mau berkencan ya?" tebak Hyoyeon.
"Mau tau saja."
"Hei kau."
"Jangan berisik Asher baru saja tidur."
"Sekarang jawab kau mau kemana huh?"
"Benar katamu tadi."
"Apa? Jadi kau benar-benar berkencan?" tanya Hyoyeon penasaran.
"Doakan saja."
Dahi Hyoyeon mengerut. "Jadi kau belum meresmikannya?"
"Hari ini aku berniat meresmikannya," jawab Jongin.
"Astaga akhirnya adikku berkencan juga, setelah bertahun-tahun lamanya."
Jongin memutar bola matanya malas, kakaknya terlalu berlebihan.
"Makanya doakan adikmu ini supaya sukses."
Hyoyeon mengusak gemas rambut Jongin. "Uh tentu saja aku akan selalu mendoakanmu adik kecil."
"Hei Noona, rambutku jadi berantakan."
"Maafkan aku, sini-sini biar aku rapikan lagi."
Jongin menyingkirkan tangan Hyoyeon dari rambutnya. "Aku bisa merapikannya sendiri, aku harus berangkat sekarang."
"Oh baiklah, hati-hati di jalan."
"Semangat adikku sayang."
Jongin menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tak habis pikir dengan kakaknya yang begitu semangat saat mengetahui ia sudah berkencan.
***
"Bagaimana menurutmu apa ini cocok?"
"Kau sudah sangat cantik Soojung, aku yakin Jongin pasti akan terkagum-kagum saat melihatmu nanti."
"Kau membuatku semakin berdebar Seul."
"Believe in yourself, Dear."
Soojung mencoba menenangkan detak jantungnya saat ini. Jujur, dia sangat gugup, entahlah kenapa juga ia begitu gugup ini kan hanya makan malam biasa. Biasanya juga ia sering makan siang bersama Jongin.
"Doakan aku ya Seul."
"Pasti."
Ponsel Soojung berkedip, segera saja Soojung mengambilnya.
"Jongin sudah di bawah."
"Tunggu apa lagi, cepat temui dia jangan sampai pangeranmu menunggu lama," goda Seulgi.
"Maksudmu apa sih Seul."
"Sudah cepat pergi sana."
"Kau mengusirku."
"Iya aku mengusirmu, sudah pergi sana aku mengantuk. Aku mau tidur, kau sudah merusak momen tidurku tadi."
Soojung melangkahkan kakinya meninggalkan apartemennya menuju ke lantai dasar untuk menemui Jongin. Sesampainya di lantai dasar ia melihat Jongin sedang menunggunya di lobby. Jantung Soojung berdetak semakin cepat.
"Aduh kenapa perutku tiba-tiba mulas ya," gumam Soojung.
Saar hendak berbalik, Jongin melihatnya dan melambaikan tangannya pada Soojung.
"Oke, mari kita lalui malam ini dengan hembusan napas yang besar."
Soojung menghembuskan napas berkali-kali untuk menutupi kegugupannya.
Soojung melangkah mendekat ke arah Jongin. "Maaf membuatmu menunggu lama."
"Tidak masalah, pergi sekarang?"
Soojung mengangguk. Jongin pun mengulurkan tangannya hendak menggandeng tangan Soojung. Dan itu membuat Soojung terdiam sejenak.
"Kenapa? Kau tidak mau kugandeng?" tanya Jongin.
"Engg.. Tidak ayo ki...kita pergi sekarang." Soojung pun langsung menerima uluran tangan Jongin. Jongin pun tersenyum manis.
Soojung sedikit berdebar, ia merutuk dirinya sendiri ia harus bisa mengontrol diri.
Keduanya pun telah sampai di sebuah restoran Eropa. Soojung berdecak pelan, ia kira Jongin hanya akan mengajaknya makan malam di restoran atau cafe biasa, tapi ini Jongin benar-benar mempersiapkan makan malam ini rupanya.
Kemudian mereka dihampiri oleh seorang pelayan wanita.
"Ada yang bisa saya bantu."
"Reservasi atas nama Kim Jongin."
"Oh ya Tuan, mari ikut saya."
Jongin dan Soojung mengikuti langkah pelayan tadi, dengan tangan yang masih bertautan. Pelayan wanita itu mengantarkan keduanya menuju balkon restoran. Lalu pelayan tersebut menunjuk satu meja atas nama 'Kim Jongin'.
"Silahkan Tuan."
"Terima kasih."
Jongin mendekati pelayan wanita tadi sambil membisikkan sesuatu, lalu pelayan itu mengangguk dan kemudian pergi meninggalkan Soojung dan Jongin. Jongin melepaskan genggamannya lalu menarik sebuah kursi dan mempersilahkan Soojung untuk duduk.
"Kau menyiapkan ini semua?" tanya Soojung.
"Para pelayan yang menyiapkannya.m" jawab Jongin.
"Tapi mereka bekerja di bawah perintahmu kan?"
Jongin tersenyum sembari mengangguk.
"Sepertinya aku salah kostum malam ini."
Jongin tersadar jika Soojung mengenakan gaun tanpa lengan, dan angin di atas balkon cukup kencang, pastilah Soojung kedinginan. Dengan cepat Jongin melepaskan jasnya dan menyampirkannya di pundak Soojung.
"Maaf ya, aku sudah membuatmu tidak nyaman."
Soojung menggeleng. "Tidak Jongin, seharusnya aku yang berterima kasih padamu. Terima kasih karena menyiapkan makan malam yang istimewa ini." ucap Soojung tulus.
Jongin tak dapat menyembunyikan senyumannya ketika mendengar perkataan Soojung.
Tak lama kemudian tibalah beberapa pelayan dengan membawa makanan dan wine.
"Selamat menikmati."
Setelah menghidangkan makanan para pelayan pun mulai meninggalkan keduanya.
"Darimana kau tahu ini semua makanan kesukaanku," ucap Soojung takjub melihat makanan yang dihidangkan adalah makanan kesukaannya.
"Aku tahu semua tentangmu."
Jawaban Jongin membuat pipi Soojung memerah. "Aku sangat tersanjung Tuan Kim."
"Makanlah."
"Baiklah mari makan."
Soojung mulai memakan makanannya dengan tenang. Sedangkan, Jongin sama sekali belum menyentuh makanannya dan masih asik menatap Soojung.
"Kenapa kau tidak memakan makananmu?" Tanya Soojung heran saat melihat Jongin yang hanya diam tanpa menyentuh makanannya.
"Aku sudah memakan makananku."
"Apanya yang makan, sedari tadi kau hanya diam."
"Melihatmu makan sudah membuatku kenyang."
Soojung menghentikan kegiatan makannya. "Kalau kau tidak makan aku juga tidak akan melanjutkan makanku."
Jongin tersenyum. "Baiklah aku akan makan, kau juga harus menghabiskan makananmu."
"Jung," panggil Jongin.
"Ya."
Jongin menatap dalam ke arah Soojung, Soojung yang ditatap pun gelagapan ia jadi salah tingkah.
"Kau kenapa, ada yang ingin kau sampaikan?" tanya Soojung.
Jongin memegang kedua tangan Soojung. "Banyak, banyak sekali yang ingin kusampaikan. Namun, rasanya lidahku begitu kelu untuk mengungkapkannya."
Dada Soojung terasa sesak sekarang. Tiba-tiba lidahnya juga kelu bahkan pertahanan hatinya goyah. Ia benar-benar tidak bisa menahan gejolak dalam hatinya.
"Jujur aku sudah tertarik padamu saat pertama kali kita bertemu, dan entah mengapa aku begitu bersemangat saat bertanya siapa namamu. Padahal waktu itu aku sangat terpaksa menuruti permintaan kakakku yang memintaku untuk mengambilkan bajunya di butikmu, tapi jika saja aku menolakya dulu mungkin aku tidak akan mengenalmu sekarang."
"Aku memang tidak bisa merangkai kata yang romantis, aku hanyalah seorang lelaki yang yah kau tau pengecut. Aku tidak bisa mengutarakan isi hatiku sembarangan."
"Tapi inilah aku dengan segala kekuarangan yang kumiliki berharap ada seseorang yang mau membantuku membuat kekurangan itu menjadi suatu kelebihan. Dan aku merasa bahwa orang yang cocok adalah dirimu Jung Soojung."
Jantung Soojung seakan berhenti berdetak begitu saja. Perkataan Jongin benar-benar mempengaruhi seluruh kinerja tubuhnya.
"A...aa..ku." Soojung menarik napas dalam-dalam.
"Mari kita lakukan bersama," jawab Soojung dalam satu tarikan napas.
Air muka Jongin menjadi berbinar bahagia, ia pun kemudian mengambil sesuatu dari dalam sakunya lalu mengulurkan kotak beludru itu pada Soojung.
"Apa ini?" tanya Soojung.
"Buka saja."
Soojung membukanya perlahan, ia menutup mulutnya, ia melihat ada sebuah kalung dengan liontin bunga yang sangat cantik.
"Ini sangat cantik Jong," ucap Soojung.
"Biar aku yang memasangkannya."
Jongin berdiri dari kursinya dan menghampiri Soojung, ia memasangkan kalung itu di leher Soojung.
"Kau sangat cantik Jung," bisiknya.
"Terima kasih."
Disinilah awal dari hubungan Soojung dan Jongin, namun ada satu hal yang belum Jongin sampaikan. Yaitu tentang keberadaan Asher.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To be continued.....
Jangan lupa vomment ya😊😊
Thanks❤
With Love
missookaa😙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro