10 (REVISI)
Soojung terbangun saat mendengar suara alarm dari jam bekernya, dia mencoba meraih jam tersebut dan segera mematikannya. Soojung merenggangkan kedua tangannya, sesekali ia masih menguap. Dia melihat Seulgi yang masih tertidur dengan pulasnya, bahkan mulutnya sedikit terbuka. Soojung hanya menggeleng-gelengkan kepala.
"Dasar beruang betina," gumamnya.
Soojung melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan badan. Sekitar tiga puluh menit ia habiskan untuk mandi, ketika selesai mandi ia melihat Seulgi masih tertidur dengan posisi yang sama sebelum dia mandi tadi.
"Astaga anak ini benar-benar," gumam Soojung, lalu segera menghampiri Seulgi.
"Seul cepat bangun ini sudah jam berapa."
Soojung menggoyang-goyangkan tubuh Seulgi. Namun, Seulgi malah menenggelamkan wajahnya ke dalam selimut.
"Seul ayolah, ini sudah hampir pukul delapan pagi, cepat bangun atau kusiram kau dengan air."
Soojung menyingkap selimut Seulgi dengan kasar.
"Yaakk aku masih mengantuk Jung, lima menit lagi ya," bujuk Seulgi, tapi Soojung tak mengindahkan ucapan wanita sipit itu.
"Cepat bangun atau kau kupecat sebagai rekanku," ancam Soojung.
"Yakk mana bisa begitu, kita merintis usaha itu bersama. Di butik itu juga ada sahamku," kilah Seulgi.
"Sudahlah aku tidak peduli, yang jelas cepat mandi aku akan membuat sarapan."
Soojung membalikkan badannya melangkah keluar. Soojung menuju ke dapur dan segera menyiapkan sarapannya dan Seulgi.
Setelah selesai, ia meletakkan dua roti panggang dan susu ke atas meja makan, ia menarik salah satu kursi dan mendudukinya. Soojung mengambil ponsel dari dalam sakunya ketika menghidupkan lockscreen rupanya ada pesan yang belum terbuka.
From : Mr. Kim
'Jika kau sungguh-sungguh pun aku tak masalah😊'-0.56 a.m
'Kau sudah tidur?' -0.57 a.m
'Jung Soojung' -0.57 a.m
'Soojung' - a.m
'Jungie' -0.59 a.m
'Rupanya kau benar-benar sudah tidur, baiklah good night jangan lupa mimpikan aku ya😚' -0.59 a.m
'Itu tadi aku tidak salah pencet kok😁' -1.00 a.m
Jantung Soojung berdesir cepat, ia tak dapat menahan senyumannya sedari tadi, bahkan rasanya perutnya seperti ada kupu-kupu yang beterbangan.
"Jung."
"Eh astaga."
Soojung mengelus-elus dadanya karena kaget melihat Seulgi yang datang tiba-tiba.
"Kau kenapa?" tanya Seulgi.
"Kau mengagetkanku tau."
"Itu karena kau terlalu asik dengan ponselmu, kau lihat apasih memangnya."
Seulgi mencoba mengambil ponsel dari genggaman Soojung.
"Yak, ini privasi. Kau makan saja sana," usir Soojung.
"Sejak kapan kita mengurusi privasi, biasanya kau juga sering membuka ponselku, bahkan membalas pesan Chanyeol."
"Err, sejak sekarang," jawab Soojung.
Seulgi memicingkan matanya menatap Soojung curiga. "Kau menyembunyikan sesuatu ya?" tebak Seulgi.
"Lebih baik cepat habiskan sarapanmu supaya kita bisa langsung berangkat," ucap Soojung seraya memakan roti panggangnya.
Seulgi hanya berdecak dan ikut memakan roti panggangnya. Setelah menyelesaikan sarapannya mereka berdua beranjak dan segera pergi bekerja. Sekitar tiga puluh menit perjalanan mereka berdua sampai di butik. Di depan butik mereka sudah disambut oleh Mina.
"Selamat pagi Nona."
"Selamat pagi Mina," ucap Soojung.
"Tumben sekali kau bawa buket, untuk siapa memangnya?" tanya Seulgi sambil menunjuk sebuket bunga di tangan Mina.
"Oh... Ini buket bunga untuk Nona Soojung."
Mina memberikan buket bunga tersebut pada Soojung.
"Terima Kasih Mina-ya," ucap Soojung, Mina hanya mengangguk lalu meninggalkan Soojung dan Seulgi.
Soojung dan Seulgi jalan beriringan menuju ruangannya, sesampainya di ruangan Seulgi bertanya pada Soojung mengenai buket bunga tadi.
"Kau dapat buket bunga? Dari siapa?" tanya Seulgi menyelidik.
"Kau lihat saja sendiri."
Soojung memberikan kartu ucapan yang ada di dalam bunga tersebut pada Seulgi.
Seulgi membacanya, matanya bergerak-gerak membaca kata demi kata. "Semoga harimu menyenangkan Soojung-ssi, KJI."
"Siapa KJI?" tanya Seulgi.
Soojung berpangku tangan. "Siapa menurutmu?"
Seulgi memicingkan penglihatannya mencoba mengorek-ngorek ingatannya. "KJI.... siapa KJI, ehmm..."
Soojung terkekeh melihat Seulgi yang berusaha keras untuk mecari tahu siapa KJI.
"Oh aku tahu" pekik Seulgi tiba-tiba.
"Siapa?"
"Kim Jongin kan?" tebak Seulgi.
Soojung tersenyum dan mengangguk singkat.
"Daebak, jadi selama ini dia sering memberimu buket bunga?"
"Ya bisa dibilang begitu," ujar Soojung.
"Kurasa dia benar-benar tertarik padamu Jung."
Soojung hanya mengendikkan bahunya acuh. "Entahlah."
"Kau itu terlalu cuek Jung," ujar Seulgi.
"Maksudnya?"
"Ya setidaknya kau peka sedikit, ini semua dilakukan Jongin karena dia tertarik padamu, tapi kau begitu kaku."
"Aku tak berpikir begitu."
"Tuh kan, kau memang tidak peka."
"Sudahlah Seul, tidak penting juga," ujar Soojung menyudahi.
"Kusarankan sebaiknya kau lebih peka lagi, jangan terlalu datar seperti ini. Jika Jongin berpaling darimu bagaimana?"
Ucapan Seulgi menghentikkan pekerjaan Soojung dari sketchbook- nya, dia menatap Seulgi.
"Seul, aku bersikap seperti ini karena aku tak ingin terburu-buru. Aku ingin menjalaninya dulu dengan Jongin jika dia menunjukkan tanda-tanda mendekatiku aku juga tak akan membiarkannya begitu saja. Lebih tepatnya saat ini aku sedang bersikap hati-hati. Kau tau sendiri kan jika aku punya pengalaman yang tidak mengenakkan di masa lalu, percayalah perpisahan itu menyakitkan."
Seulgi mengangguk paham mendengar penuturan Soojung. "Jika itu keputusanmu aku juga tak bisa melawannya. Maaf jika ucapanku tadi menyinggungmu Jung."
Soojung mengangguk seraya tersenyum. "Sudahlah lupakan, aku akan mengadakan rapat yang berkenaan dengan penampilan kita di Seoul Fashion Week hari ini. Kita harus memberitahu berita bahagia ini pada para pegawai."
"Kau benar," jawab Seulgi mengiyakan.
"Kalau begitu tolong beritahukan Mina agar menyiapkan ruangan rapat," pinta Soojung.
"Baiklah."
***
Pagi ini Jongin sengaja berangkat terlambat ke kantor hanya untuk mengantarkan Asher ke sekolahnya, sudah lama ia tak mengantarkan putranya tersebut ke sekolah. Selama ini ia selalu meminta Hyoyeon yang melakukannya. Namun, karena sudah terlalu sering Jongin jadi merasa tidak enak pada kakaknya itu, ya walaupun Hyoyeon sama sekali tak keberatan melakukannya.
Jongin menggandeng tangan Asher menuju kelasnya, di setiap jalan keduanya tertawa karena beberapa kali melontarkan candaan.
"Asher tidak boleh nakal ya, patuhi ucapan ibu guru Asher, okay," ucap Jongin menyatukan telunjuk dan jempolnya membentuk tanda 'oke'.
"Okay Appa, Asher tidak akan nakal."
"Anak pintar." Jongin mengusak-usak rambut Asher.
"Nanti siang, Asher dijemput Imo Hyo ya."
Ucapan Jongin membuat Asher cemberut. "Asher mau dijemput Appa," ujar Asher merajuk.
"Appa harus bekerja Sayang, kapan-kapan Appa berjanji akan menjemput Asher, tapi tidak sekarang," bujuk Jongin.
Asher masih diam tak menjawab.
"Loh Asher kenapa belum masuk?" tanya seorang guru perempuan pada Asher.
"Oh maaf, iya sebentar lagi Asher akan masuk ke kelasnya," ucap Jongin sambil tersenyum.
"Baiklah, ehmm anda ini siapanya Asher, kakaknya?"
Jongin tersenyum sembari menggeleng pelan. "Saya ayahnya."
Ucapan Jongin barusan membuat guru perempuan itu kaget namun tak kentara. "Anda ayahnya ya? saya kira kakaknya, hehe," ujarnya kikuk.
"Baiklah Asher, sekarang masuklah ke dalam kelas, patuhi kata ibu guru ya."
Asher hanya diam tak menjawab anak itu langsung menggandeng tangan ibu gurunya. "Kalau begitu Asher biar masuk ke dalam kelas dulu ya Pak, permisi," ucap guru perempuan itu pada Jongin.
"Iya silahkan."
Jongin menatap Asher memasuki kelasnya, Jongin merasa sangat bersalah karena tak bisa menjemput Asher, pasti Asher kecewa padanya.
"Maafkan Appa Sayang," gumam Jongin. Ia pun berjalan meninggalkan sekolah Asher menuju kantornya dengan perasaan bersalah yang teramat dalam.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To be continued...
With Love
missookaa😙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro