Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 7

Mugen no namida ga nagareru

Watashi wa dekirudake ōkina oto de sakebu

Sakebu musei no sakebigoe o sakebu


Yamerou!

Watashi wa kami ni tanomu

Kurushimi o owara sete kudasai

Osoraku sore wa kiite inakatta

Sore wa musei no sakebigoettanode

.

.


Voiceless Scream merupakan lagu penutup konser dan para penonton ikut menyanyi bersama. Naruto mencoba menerapkan saran Sasuke untuk beberapa lagu dan reaksi penonton bahkan lebih antusias dibandingkan biasanya. Mereka ikut bernyanyi bersama dan sangat menikmati konser.

Sasuke dan anggota band lainnya berjalan ke depan panggung dan mereka semua menundukkan kepala kearah penonton, kebiasaan yang dimiliki kebanyakan artis Jepang setelah konser sebagai bentuk penghormatan kepada fans.

"ENCORE! ENCORE!"

Terdengar teriakan yang meminta konser diperpanjang, dan diikuti oleh fans lainnya yang meneriakkan hal yang sama. Bahkan terlihat pula beberapa fans wanita yang menangis karena terharu bisa bertemu dengan idola mereka secara langsung pada akhirnya.

Sasuke memutuskan untuk berbicara kepada para fans mewakili seluruh anggota band. Ia menatap rekan-rekannya dengan tatapan yang seolah meminta dukungan sebelum menatap para penonton.

Ini bukanlah kali pertama Sasuke berada di Amerika. Sebelumnya ia sudah berkali-kali pergi ke Amerika untuk berlibur. Namun berada di atas panggung di benua asing terasa berbeda dan ia merasa gugup.

"Thank you for support us," ucap Sasuke dengan pelafalan bahasa inggris yang fasih meski ia tidak mengikuti tatanan grammar yang baku. Ia tak peduli, toh ia sedang berbicara dan ia yakin pra fansnya juga tak peduli.

Sesekali terdengar teriakan para fans wanita yang menyebutkan nama-nama personil band favorit mereka. Teriakan yang memanggil nama 'Shu' terdengar paling kencang, bahkan ada yang berteriak 'encore'.

Sasuke tersenyum tipis dan membuat teriakan yang menyebut namanya terdengar lebih keras. Ia segera berkata, "Oh. I heard someone asking for encore."

Teriakan encore terdengar lebih keras dan Sasuke menatap para rekannya. Ia berbisik dengan suara pelan, "Kalian mau memberikan satu lagu tambahan? Tidak usah bernyanyi, cukup mainkan instrument saja."

Naruto, Sai, Neji dan Kiba menganggukan kepala. Mereka berpikir untuk menyenangkan para fans yang telah mendukung mereka selama ini.

"Let's rock, buddy!" teriak Sasuke yang diikuti dengan teriakan para fans, baik lelaki maupun wanita.

Sasuke dan personil lainnya segera kembali pada instrument masing-masing dan memainkan salah satu lagu yang paling keras serta memicu adrenalin para penonton yang mendengarnya.

Para penonton berteriak dan banyak yang telah headbang mengikuti para personil Black Ash yang juga melakukan headbang seraya memusatkan seluruh atensi mereka pada musik yang sedang dimainkan.

.

.

Jam telah menunjukkan pukul sebelas malam ketika konser yang dimulai pukul setengah delapan malam berakhir. Keringat bercucuran membanjiri tubuh seluruh personil Black Ash dan mereka semua berjalan menuju ruangan sambil mengusap wajah mereka dengan handuk basah yang diberikan.

Naruto merasa lelah telah melakukan scream selama setengah jam jika ditotal dan kini ia meminum cairan isotonik. Ia bahkan agak kesulitan untuk bicara karena rasa sakit di tenggorokannya.

Baik Sai, Kiba maupun Neji juga merasa lelah setelah berjam-jam memakai strap untuk menopang alat musik di bahu mereka. Jari-jari mereka mulai terasa pegal dan nyeri serta ujung jari yang memerah karena terus menerus menekan senar.

Sedangkan Sasuke sendiri masih baik-baik saja. Namun biasanya ketika ia akan tidur, bagian leher, punggung, bahu dan tangannya akan terasa sangat pegal dan nyeri hingga ia malah tidak bisa tidur. Kalaupun akhirnya tertidur, ia akan tertidur dengan rasa nyeri yang menemaninya hingga matanya terpejam.

"Aku tidak menyangka konser kita akan benar-benar meriah. Kukira mereka malah kesal karena Naruto tidak full menyanyi," ucap Kiba.

"Tampaknya fans disini malah merasa senang diberi kesempatan bernyanyi. Kulihat mereka juga lebih ekspresif dibanding fans di Asia," ujar Neji pada Kiba.

Sasuke tidak menjawab. Ia mengusap wajahnya yang sudah berkeringat dan ia melepaskan kemeja tanpa lengan yang ia kenakan dan memperlihatkan otot-otot tubuhnya yang kencang dan terbentuk sempurna. Terlihat tattoo naga dengan ukuran besar yang terukir di punggungnya Sasuke mulai mengusap-usap keringat yang membasahi tubuhnya.

Tattoo berukuran besar di tubuh Sasuke merupakan pemberontakan pertama yang dilakukan oleh Sasuke. Tattoo bukanlah hal yang baik bagi penduduk Jepang karena mengingatkan pada yakuza. Bahkan orang dilarang untuk memperlihatkan tattoo di tempat umum. Maka tindakan Sasuke yang membuat tattoo berukuran besar di tubuhnya merupakan tindakan yang mencoreng martabat keluarga bagi ayahnya yang sangat konservatif dan memicu amarah sang ayah.

Sasuke memasuki ruangan dan ia segera duduk di kursi dan meletakkan pakaian di sampingnya. Ia mengambil pembersih kosmetik dan mulai menghapus kosmetik di wajahnya karena ia tak nyaman jika orang lain membersihkan kosmetiknya.

Pantulan wajah Sasuke terlihat di cermin dan Sasuke menatap tiga pasang anting yang terpasang di telinganya dan mendadak teringat akan Itachi. Saat kuliah dulu dia kalah taruhan dengan temannya dan diminta untuk berpenampilan emo selama satu bulan meski itu sama sekali bukan gayanya dulu. Ia bahkan diminta membuat enam tindikan yang terpaksa diiyakan dengan berat hati.

Ketika Sasuke pulang ke Jepang untuk liburan, entah bagaimana ayahnya menyadari telinga Sasuke yang ditindik meski ia telah melepas seluruh anting dan sangat marah, sama seperti ketika ayahnya mengetahui bahwa dia telah membuat tattoo besar di punggungnya.

Saat itu Fugaku bahkan menampar Sasuke dan berniat memukulinya. Namun Itachi yang kebetulan melihatnya malah melindungi Sasuke dan berakhir dengan mendapat pukulan yang meninggalkan bekas luka di punggung setelah sebelumnya mendapatkan goresan pisau dari perut hingga ke punggung karena melindungi Sasuke dari amarah sang ayah yang mengetahui Sasuke baru saja membuat tattoo. Setiap kali mengingatnya, Sasuke merasa risih karena harga dirinya begitu terkoyak setelah dirinya berkali-kali dilindungi oleh orang idiot.

Rasanya Sasuke benar-benar tak habis pikir dengan keidiotan kakaknya. Orang yang memiliki keterbelakangan mental pun seharusnya memiliki insting untuk melindungi diri sendiri, namun Itachi tampaknya tak memiliki insting untuk melindungi dirinya sendiri. Lelaki itu bahkan membiarkan dirinya dipukuli demi Sasuke meski sebelumnya ia sudah begitu sering dipukuli oleh sang ayah yang menganggap keberadaannya sebagai aib dan berharap agar lelaki itu mati saja.

Sasuke mengeluarkan ponselnya dan tatapannya tertuju pada tanggal yang tertera di ponselnya. Sasuke bahkan tidak ingat kalau bulan ini adalah musim panas meski ia menyadari kalau udara memang terasa lebih panas dibanding biasanya. Dan kini ia baru tersadar setelah memerhatikan tanggal dan tampilan ponsel yang menunjukkan musim apa saat ini.

Sasuke cepat-cepat mengetikkan pesan pada Sakura.

-------------------------------------------------------------------------------------

To : Sakura

Tolong ajak anikiku ke theme park di akhir pekan. Biasanya aku mengajaknya kesana setiap musim panas. Aku tidak berharap orang itu malah merajuk dan semakin menyusahkanmu kalau tidak diajak pergi tahun ini.

--------------------------------------------------------------------------------------

.

.

Sakura membawa seporsi dango yang dibelinya dari dessert house yang terletak tak jauh dari kantornya. Ia memutuskan untuk membelinya setelah menjanjikan dango jika Itachi mau membersihkan coretan krayon di meja dan merapikan seluruh mainan yang diletakkan tidak pada tempatnya.

Tadi siang dia sudah membaca pesan dari Sasuke dan ia langsung meringis secara refleks. Ia membayangkan betapa repot dan memalukan jika ia harus mengajak Itachi yang mengalami keterbelakangan mental ke tempat umum. Ia pasti akan menjadi pusat perhatian orang dan jika ia bertemu kenalannya, bisa-bisa ia dikira memiliki saudara yang 'tidak normal'.

Sakura merasa sangat malu dan risih hanya dengan membayangkannya. Terkadang ia juga risih dengan tindakan lelaki itu. Sebetulnya perasaan seperti itu sangat manusiawi, namun Sakura berusaha menyingkirkan perasaan risih dan malu setelah membaca pesan Sasuke yang mengatakan kalau ia selalu membawa Itachi ke theme park setiap musim panas.

Setidaknya Sakura tidak memiliki hubungan darah dengan Itachi dan jika ia sampai bertemu dengan kenalannya, ia tinggal mengatakan kalau ia diminta sahabatnya menemani saudaranya yang mengalami keterbelakangan mental dan orang-orang mungkin malah akan menganggapnya sebagai orang yang sangat baik. Namun Sasuke memiliki hubungan darah dengan Itachi dan tak bisa memberikan alasan seperti Sakura, namun lelaki itu tetap melakukannya setiap tahun tanpa peduli dengan imagenya sendiri.

"Tadaima!" ucap Sakura tepat ketika ia tiba di rumah.

"Dango! Dango!" pekik Itachi seraya bergegas menghampiri Sakura.

Sakura tersenyum tipis dan mendadak ia teringat akan Sasuke. Ketika usianya sekitar empat atau lima tahun, Sakura pernah berkunjung ke rumah Sasuke untuk bermain. Ketika Mikoto pulang dan membawakan makanan kesukaan Sasuke, lelaki itu langsung melesat menghampiri ibunya demi makanan.

"Kau sudah merapikan mainanmu, belum?" tanya Sakura.

"Sudah."

"Coretan krayon di meja sudah dibersihkan?"

"Sudah. Tadi bersama okaa-san."

"Kau tidak bohong, kan?"

"Tidak bohong, kok," ucap Itachi sambil menatap Sakura lekat-lekat dengan tatapan yang terlihat polos dan lugu.

Sakura tak akan pernah mendapat tatapan semacam ini dari orang dewasa manapun yang 'normal'. Dan ia tahu kalau Itachi tak akan bisa berbohong padanya.

Sakura segera memberikan sekotak dango yang dibawanya pada Itachi dan lelaki itu langsung memekik senang, "Yay! Arigatou"

Mikoto keluar dari dapur dengan membawa ikan panggang untuk makan malam dan ia langsung tersenyum ketika melihat Sakura, "Okaeri, Sakura-chan. Ayo makan.

Sakura segera berkata, "Aduh! Seharusnya oba-san tidak usah memasak. Lain kali hubungi saja aku dan aku akan memesankan makanan dari restoran jika aku telat pulang seperti hari ini."

Mikoto menggelengkan kepala, "Tidak masalah. Kasihan Sasuke kalau aku menghamburkan uang dengan pesan makanan dari restoran. Lagipula aku juga sedang ingin memasak, kok."

Sakura merasa kagum dengan Mikoto yang begitu realistis. Wanita itu dulunya hidup dalam kemewahan dengan banyak asisten rumah tangga yang melayaninya. Namun ketika ekonomi keluarganya hancur, wanita itu dengan cepat beradaptasi dan tidak terus menerus meratapi keadaan yang berbanding terbalik dengan masa lalu.

"Tidak memakai uang Sasuke, kok. Sesekali biar aku yang traktir."

Mikoto menggeleng dan tersenyum, "Simpan saja uangmu. Kau masih muda dan harus menabung untuk masa depanmu."

"Tidak apa-apa. Besok aku akan memesankan makanan dari restoran. Jadi oba-san tidak perlu memasak untuk makan malam," ucap Sakura dengan nada memaksa.

"Arigatou, Sakura-chan."

"Douite," sahut Sakura sambil tersenyum.

Sakura berjalan menuju meja makan dan mendapati beberapa masakan sederhana buatan Mikoto yang terletak di atas meja. Sedangkan Itachi sedang menikmati dango pemberian Sakura dan ia segera menoleh ketika menyadari Sakura yang duduk di dekatnya.

"Enak! Besok mau lagi."

Mikoto segera berseru, "Jangan! Kau tidak boleh meminta sesuatu pada orang lain, Itachi. Kalau mau dango, okaa-san akan belikan nanti."

"Boleh," sahut Sakura. "Kalau kau mau dango lagi, kau harus menuruti ibumu."

Sakura berusaha menyakinkan dirinya kalau ia benar-benar sedang menghadapi seorang anak kecil. Sebelumnya ia tak pernah menghadapi anak kecil manapun karena ia tak memiliki saudara kandung dan ia tidak begitu akrab dengan kakak sepupunya yang sudah memiliki anak dan tinggal di kota yang berbeda dengannya.

"Oke!"

Mikoto segera meletakkan kedua tangan di depan dada dan mengucapkan selamat makan tanpa menghiraukan putranya yang malah memakan dango dan tidak mau makan malam. Ia tahu kalau Itachi tak akan mau makan apapun jika sudah mendapatkan makanan manis kesukaannya. Lagipula makanan kali ini berupa ikan panggang dengan kecap asin serta agedashi tofu dengan rasa yang cukup asin, makanan yang sebetulnya disukai Sasuke namun tidak begitu disukai Itachi.

"Omong-omong, Sasuke memintaku untuk mengajak Itachi-san ke taman bermain. Apakah obasan juga mau ikut?"

Sebetulnya Mikoto berpikir ingin ikut agar ia bisa membantu Sakura menjaga Itachi sekaligus menghindari wanita itu dari rasa malu dan risih. Bagaimanapun juga, setidaknya lebih baik ketimbang membiarkan Sakura berdua saja dengan Itachi.

Namun kondisi kesehatan Mikoto menurut pemeriksaan terakhir sedang tidak baik dan dokter memintanya untuk beristirahat. Kondisi ginjalnya sudah parah dan mungkin saja dialysis tidak akan banyak membantu. Ia membutuhkan donor ginjal segera jika tidak ingin kehilangan nyawanya, dan saat ini namanya berada di daftar teratas prioritas penerimaan donor ginjal.

Mikoto tak ingin membebani orang lain sehingga ia menggelengkan kepala, "Maaf, ya. Aku tidak bisa ikut karena dokter menyuruhku beristirahat."

"Ah, baiklah," sahut Sakura sambil memotong ikan dan memakannya.

Ikan itu terasa lezat dengan rasa mirin yang cukup kuat. Mikoto selalu memasak meski memiliki banyak asisten rumah tangga dan sejak dulu Sakura selalu menyukai masakan Mikoto ketimbang masakan buatan ibunya sendiri.

Selain itu agedashi tofu buatan Mikoto juga tak kalah enak. Ia menyukai tahu yang lembut namun tetap renyah hingga membuatnya mengambil potongan kedua.

Mikoto menyadari kalau Sakura sangat menikmati makanan buatannya dan ia tersenyum, "Jangan sungkan, ambil saja sebanyak yang kau inginkan. Aku tidak makan banyak dan Itachi juga tidak makan malam. Sayang kalau makanannya tersisa."

"Arigatou."

Detik berikutnya ia segera mengambil sepotong kecil ikan. Ia menikmati makanan lezat buatan Mikoto dan membuat perasaannya semakin membaik.

.

.

"Hari sabtu nanti aku akan mengajakmu pergi ke taman bermain," ucap Sakura pada Itachi yang sedang mewarnai buku gambarnya.

Itachi segera menoleh begitu mendengar kata 'taman bermain'. Lelaki itu terlihat senang dan Sakura berpikir lelaki itu akan mengekspresikan antusiasme seperti biasa. Namun kali ini reaksi lelaki itu malah membuat Sakura merasa heran.

"Sasuke ikut, kan?"

"Tidak."

"Kenapa?"

Sakura menyadari kalau Itachi terlihat kecewa segera setelah Sakura mengatakan kalau Sasuke tidak ikut. Dan Sakura menjawab, "Sasuke masih bekerja di luar negeri."

Itachi terlihat benar-benar kecewa namun tak mengatakan apapun. Ia tak tahu apa yang dimaksud dengan luar negeri, yang jelas setiap Sasuke pergi kesana pasti dia tidak akan pulang ke rumah.

"Aku mau Sasuke."

Kata-kata itu terdengar seperti tindakan posesif, namun Sakura mengerti kalau Itachi merindukan Sasuke. Sejak kematian ayahnya, Sasuke belum pernah meninggalkan rumah dalam waktu yang lama.

Sakura berniat menawarkan Itachi untuk menelpon Sasuke, namun ia teringat kalau jam baru menunjukkan pukul tujuh pagi di Amerika dan Sasuke pasti sangat lelah setelah konser semalam. Ia tak ingin menganggu istirahat Sasuke.

"Kenapa kau rindu pada Sasuke?"

Itachi terdiam dan Sakura terus menatap lelaki itu. Ia menuntut sebuah jawaban, namun karena lelaki itu terdiam dan tampak kebingungan, ia menyimpulkan kalau lelaki itu tidak paham apa maksudnya dan ia harus menyederhanakan pertanyaannya.

Jika diibaratkan dengan prosesor, otak Itachi bagaikan prosesor Intel 486 ketika otak manusia normal pada umumnya diibaratkan dengan prosesor dual core. Lelaki itu masih bisa mencerna pertanyaan yang tidak terlalu sulit, namun dengan kecepatan yang jauh lebih lambat dibanding kebanyakan orang pada umumnya.

"Sayang Sasuke."

Sakura tak tahu apakah Itachi memahami konsep sayang yang sesungguhnya. Namun ia terkejut karena lelaki itu setidaknya memahami hal seperti itu.

"Bukankah Sasuke pernah memukulmu?"

Sakura meringis segera setelah mengatakannya. Ia merasa bersalah karena kini ia terkesan seolah sedang mempersuasi Itachi untuk membenci adiknya sendiri. Namun ia hanya merasa penasaran dengan perasaan lelaki itu terhadap Sasuke.

"Aku idiot. Tidak apa."

Sakura merasa agak bingung dengan perkataan Itachi. Namun sepertinya lelaki itu bermaksud mengatakan kalau dia tidak keberatan dipukul karena dia mengalami keterbelakangan mental.

Sakura yakin kalau Itachi pasti sudah sering dimaki dengan kata 'idiot' hingga hal itu tertanam di dalam otaknya dan ia bisa mengatakan kalau dirinya idiot dengan wajah polos tanpa mengerti apa maksud dari kata itu.

Seandainya saja Itachi memahami hal itu, dia pasti tak akan mengatakannya dengan riang tanpa beban. Mendadak Sakura merasa benar-benar sedih karena mendengar perkataan itu dari mulut seseorang yang mengalami keterbelakangan mental. Kalau bisa memilih, Sakura yakin tak ada seorangpun yang ingin dilahirkan sebagai orang yang cacat. Semua orang pasti ingin sempurna, setidaknya memiliki fisik yang lengkap dan kondisi mental yang baik-baik saja. Dan tidak ada satupun orang yang pantas dipukuli hanya karena kekurangan yang dimilikinya, baik secara fisik, mental, finansial, ataupun yang lainnya.

Air mata Sakura mengalir tanpa ia sadari. Rasanya ia begitu emosional hingga ia mendadak menangis dan hampir saja terisak kalau ia tidak ingat bahwa ia tidak sendirian kali ini.

"Kenapa?"

"Aku tidak apa-apa. Aku mendadak sangat mengantuk sampai mengeluarkan air mata begini," ucap Sakura sambil tertawa pelan di akhir kaimat.

Itachi menyadari kalau Sakura sedang menangis tadi. Entah kenapa otaknya bekerja lumayan baik jika berkaitan dengan Sasuke dan ia ingat kalau ia pernah beberapa kali melihat Sasuke juga mengeluarkan air mata dengan wajah yang sedih di tengah malam.

"Sakura menangis. Tidak apa."

Detik berikutnya Itachi langsung meletakkan krayon yang dipegangnya dan ia menghampiri Sakura serta memeluk wanita itu dengan sangat erat seperti yang ia lakukan ketika memeluk Sasuke. Dan isakan yang sejak tadi ditahan Sakura pada akhirnya meledak.

Sakura tak mampu menahan diri untuk tidak merasa risih karen dipeluk oleh lelaki yang menurutnya 'tidak normal' dalam waktu yang lama. Hal itu cukup manusiawi mengingat orang-orang di sekelilingnya adalah manusia yang 'normal'.

Namun sepertinya tak ada satupun kaidah yang pasti mengenai 'normal' atau tidaknya seseorang. Seseorang yang dianggap 'tidak normal' menurut satu orang, bisa jadi dianggap 'normal' oleh orang lain. Begitupun sebaliknya.

Rasanya harga diri Sakura benar-benar sudah jatuh. Ia yang selama ini menganggap dirinya 'normal' malah berakhir menangis terisak-isak di pelukan orang yang dianggapnya 'tidak normal'.

Sakura menyadari kalau sikap Itachi terhadapnya adalah sikap yang tulus. Kehangatan yang diberikan lelaki itu juga tulus, tidak seperti orang dewasa yang 'normal' namun penuh dengan kepalsuan.

Sakura memutuskan untuk membalas pelukan Itachi pada akhirnya. Bagaimanapun juga, ia merasa kasihan pada lelaki itu dan ia pikir lelaki itu akan merasa lebih baik jika seseorang membalas kehangatan yang diberikannya.

-TBC-

-------------------------------------------------------------------------

Author's Note :

-------------------------------------------------------------------------

Berhubung teks nya jadi berantakan kalau arti lirik lagunya langsung dikasih di samping teks, jadi aku buat disini.

Berhubung teks nya dibuat pakai translator, jadi mungkin ada kesalahan terjemahan & penggunaan kalimat dalam bahasa Jepang.

Ini arti lirik nya :

Air mata tak berhenti mengalir.

Aku berteriak sekeras mungkin.

Meneriakkan teriakan tanpa suara.


Hentikan!

Aku memohon pada Tuhan.

Tolong hentikan penderitaan ini.

Mungkin itu tidak terdengar.

Karena itu adalah teriakan tanpa suara.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro