Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 34

Sasuke masih tak habis pikir jika ia baru saja menyatakan perasaannya pada Sakura kemarin sore dan kini telah menjadi kekasih wanita itu. Semalam ia tidur dengan senyum di wajahnya dan pagi ini ia terbangun dengan tubuh yang terasa jauh lebih segar.

Kemarin sore Sasuke seolah dikuasai oleh emosi hingga ia secara spontan menyatakan perasaannya begitu saja. Setelah merasa lebih tenang sekarang, Sasuke sendiri bertanya-tanya bagaimana bisa dirinya bertindak begitu impulsif dengan menyatakan perasaan pada Sakura?

Sebetulnya bukan tanpa alasan Sasuke langsung menyatakan perasaan begitu saja pada Sakura. Ia sudah menyimpan perasaan yang anehnya sama sekali tak bisa ia hilangkan selama bertahun-tahun. Bahkan ketika Sakura memiliki kekasih ketika SMA, Sasuke merasa kecewa. Dan ketika wanita itu putus setelah dikhianati kekasihnya, Sasuke merasa marah sekaligus lega di saat yang sama meski ia tahu kalau ia tak seharusnya merasa seperti itu.

Sasuke mulai mempertimbangkan untuk menyatakan perasaan yang semula ingin ia hilangkan ketika ibunya menyarankannya untuk mengejar gadis yang ia sukai agar gadis itu tidak berpaling karena berpikir bahwa Sasuke tidak menyukainya.

Dan kata-kata Sakura mengenai seorang gadis yang bahagia berjuang bersama dengan Sasuke jika gadis itu sungguh mencintainya membuat Sasuke semakin yakin kalau ia harus menyatakan perasaannya sesegera mungkin.

Bagi Sasuke, tak ada lagi wanita yang lebih memenuhi kriterianya ketimbang Sakura, sekalipun wanita itu mungkin lebih cantik, lebih kaya dan lebih populer dari Sakura. Ketika Sasuke mengalami masalah, wanita itu tetap berada di sisinya dan berusaha membantunya. Ketika ia mendapat fitnah dan para fans berpaling darinya, wanita itu tetap percaya padanya. Dan wanita itu sudah tahu segala kesulitan yang dilaluinya, namun masih tetap bersedia bersamanya.

Ketika bersama Sakura, Sasuke merasa kalau ia bisa menjadi dirinya sendiri yang sebetulnya emosional meski tidak menunjukkannya secara terang-terangan. Ia tak perlu menjadi sosok glamor dan seolah tak memiliki beban seperti yang ia tampilkan di hadapan publik.

Seandainya Sasuke tak menyatakan perasaannya kemarin, ia tak yakin akan menemukan wanita lain yang seperti Sakura sepanjang sisa hidupnya. Dan sikap-sikap yang ditujukan Sakura padanya membuatnya semakin mencintai wanita itu hingga perasaannya terasa sesak dan harus segera diluapkan melalui pernyataan cinta.

Terdengar suara notifikasi di ponsel Sasuke dan ia segera mengeceknya. Terdapat sebuah pesan dari Sakura yang nama kontaknya masih tetap tertulis 'Sakura', bukan 'Honey' atau kata apapun yang sejenis.

------------------------------------------------------

From : Sakura

Pagi, Sasuke-kun.

-------------------------------------------------------

Pesan itu semakin meyakinkan Sasuke kalau kemarin ia memang sudah menjadi kekasih wanita itu. Sebelumnya Sakura tak pernah menyapanya begini dan langsung saja mengirim pesan apapun yang ingin dikatakannya.

Sasuke terdiam dan berpikir sejenak. Ini kali pertamanya memiliki kekasih dan ia tidak tahu apa yang seharusnya ia katakan kalau mendapat pesan seperti ini.

------------------------------------------------------

To : Sakura

Pagi.

------------------------------------------------------

Sasuke segera mengirimkan pesan itu dan setelah pesan terkirim, Sasuke membaca ulang pesannya. Jawabannya tidak aneh, kan? Atau mungkin pesannya terlalu singkat hingga Sakura mungkin berpikir kalau ia merasa terganggu dengan pesan wanita itu.

Pesan dari Sakura muncul tak lama kemudian sehingga Sasuke langsung mengeceknya.

------------------------------------------------------

From : Sakura

Astaga, singkat sekali balasanmu. Untung aku sudah lama mengenalmu sehingga aku tidak mempermasalahkannya. Kalau tidak, aku pasti berpikir kau sedang marah padaku. Dasar kekasih tidak romantis.

------------------------------------------------------

Sasuke merasa tidak enak karena pesannya malah membuat kekasihnya salah paham. Ia sadar kalau dirinya bukan lelaki romantis seperti pria di film drama. Ia tidak punya foto berdua dengan Sakura, tidak punya couple item, juga tidak mengganti nama kontak Sakura. Selain itu ia masih tetap memanggil Sakura dengan namanya tanpa embel-embel apapun.

Menurut Naruto, ia harus lebih peka terhadap wanita. Terkadang seorang wanita sangat sulit dimengerti dan kata-katanya bisa berlawanan dengan perasaannya, sehingga ia harus lebih memperhatikan ekspresi maupun intonasi suara kekasihnya.

Selain itu Naruto pernah berkata kalau seorang pria seharusnya mengalah pada kekasih atau istrinya. Meski ia tidak salah sekalipun, ia sebaiknya meminta maaf pada wanita.

------------------------------------------------------

To : Sakura

Maaf, aku memang tidak romantis. Kau marah?

------------------------------------------------------

Pesan terkirim dan Sakura terlihat sedang mengetik pesan. Wanita itu tampaknya mengetik cukup lama dan tidak membalas pesan setelah lebih dari tiga puluh detik.

Akhirnya sebuah pesan yang cukup panjang masuk dikirim oleh Sakura.

------------------------------------------------------

From : Sakura

Kenapa aku harus marah padamu? Memangnya apa salahmu? Hari ini kau sama sekali tidak seperti biasa, deh. Kenapa kau malah harus minta maaf? Aku sudah membayangkan kalau kau memang orang yang tidak romantis, kok.

Kau baik-baik saja, kan?

------------------------------------------------------

Sasuke benar-benar bingung harus membalas seperti apa. Ia ingin menghubungi Naruto dan berkonsultasi, tetapi belum ada seorangpun yang tahu mengenai hubungannya dengan Sakura. Lagipula Naruto juga pasti belum bangun sekarang.

------------------------------------------------------

To : Sakura

Maksudmu bagaimana? Aku salah karena aku tidak romantis. Jadi aku harus minta maaf padamu.

------------------------------------------------------

From : Sakura

Ya maksudku seperti yang kubilang tadi. Kok hari ini kau aneh sekali, sih? Kau kelelahan, ya? Tidur lagi saja, gih.

------------------------------------------------------

Sasuke membaca kalimat Sakura dan berusaha mengartikannya. Ia benar-benar bingung. Wanita itu tidak marah padanya, kan?

.

.

Naruto segera mengucek matanya sebelum membukanya. Ia masih merasa lelah setelah berhari-hari kurang tidur selama tur meski sudah beberapa hari berlalu, dan sekarang ia menguap serta mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

Naruto merentangkan tangannya dan terkejut ketika tangannya menyentuh tubuh seseorang. Ia terkejut dan segera membuka matanya dan menoleh ke samping.

"HAH?! Kenapa kau disini, teme?!" seru Naruto dengan keterkejutan yang terlihat sangat jelas di wajahnya. Ia bahkan langsung bangkit berdiri dengan cepat dan kembali mengucek matanya. Ia pikir ia salah melihat orang.

"Aku ingin bertanya padamu."

Naruto yang masih mengantuk segera mengernyitkan dahi, "Memangnya kau mau tanya apa? Kenapa sampai harus ke rumahku segala? Tidak bisa lewat telepon atau chat saja? Aku masih mengantuk, nih."

"Tidur saja."

Naruto mendengus, "Baka! Aku tidak bisa tidur kalau kau ada di kamarku. Lagipula kenapa kau bisa tahu kalau hari ini aku ada di rumah orang tuaku?"

"Kemarin kau sendiri yang bilang padaku, dobe."

Naruto terdiam sejenak, lalu teringat kalau kemarin ia memang memberitahu Sasuke kalau ia akan menginap di rumah orang tuanya selama beberapa hari.

"Oh, iya. Bagaimana kau bisa masuk ke kamarku, teme?"

"Kushina-obasan menyuruhku untuk masuk."

Naruto meringis dengan sikap ibunya yang seenaknya. Bagaimana kalau ia melakukan hal yang memalukan saat tidur dan Sasuke memfotonya? Misalnya saja menggaruk bagian pribadinya, mendengkur, atau tidur dengan mulut menganga dan posisi yang absurd.

Naruto membuka lemarinya begitu saja di depan Sasuke dan menarik kaus serta celana yang berada di tumpukan paling atas. Kemudian ia juga membuka laci dan mengambil pakaian dalamnya serta berjalan menuju kamar mandi.

"Aku mandi dulu, ya. Kau tunggu saja disini."

Naruto begitu mengantuk dan tak begitu sadar dengan apa yang ia ucapkan. Ia bahkan heran kenapa ia malah berpikir kalau Sasuke akan ikut masuk ke kamar mandi dan menyuruh lelaki itu menunggu di luar.

"Sial! Kau pikir untuk apa aku ikut mandi bersamamu?" dengus Sasuke dengan jengkel.

Naruto segera masuk ke kamar mandi dan meninggalkan Sasuke sendirian di kamar. Sasuke berdecak kesal karena risih melihat kasur Naruto yang ditinggal begitu saja tanpa dirapikan dan ia segera berinisiatif merapikannya. Ia tak tahan melihat apapun yang berantakan.

Sasuke berdecak melihat bungkus keripik kentang yang diletakkan di atas nakas tanpa dibuang meski isinya sudah habis. Lalu juga ada sekotak susu yang juga sudah habis namun tidak dibuang dan kini berada di atas lantai.

Sasuke memutuskan untuk memungut kotak susu itu serta mengambil bungkus keripik kentang dan membuangnya ke kotak sampah yang ada di sudut ruangan.

Ketika membuang sampah, Sasuke melihat koper Naruto yang tertutup, namun terdapat tali pengait bagian dalam koper yang menjuntai keluar sehingga koper itu tidak bisa tertutup sempurna.

Lagi-lagi Sasuke berdecak dan ia segera menghampiri koper itu serta membukanya dan memasukkan tali ke dalam koper serta menutupnya.

Terdengar suara pintu yang terbuka tepat ketika Sasuke sedang membuka koper dan Naruto keluar dari kamar mandi dengan rambut basah yang ditutup handuk serta berkata, "Wah. Aku punya pelayan baru."

Sasuke segera menoleh dan ia melihat Naruto yang baru saja keluar dari kamar mandi, "Kamarmu berantakan sekali."

Naruto mengernyitkan dahi, "Berantakan apanya? Asisten rumah tangga di rumah membersihkan kamarku setiap hari, kok."

"Sampah berserakan di nakas dan lantai. Lalu kau juga tidak merapikan kasurmu dan menutup kopermu dengan benar. Kau menganggap itu rapi, hn?"

Naruto meringis. Sasuke sangat bawel di saat seperti ini dan terkesan seperti ibunya saja.

"Ya semalam aku mengantuk dan langsung tidur. Aku berencana membuang sampahnya sesudah bangun tidur, kok."

Sasuke tidak menjawab dan hanya mendengus. Ia mengerti perasaan Naruto karena ia sendiri pernah kelelahan ketika pulang ke rumah dan mendapati mainan Itachi yang berserakan di kamarnya. Namun saat itu Sasuke memilih membereskan semuanya sebelum tidur karena ia takkan bisa tidur tanpa menyelesaikan semua hal yang seharusnya ia kerjakan.

"Kau mau tanya apa?"

"Bagaimana cara mengetahui seorang wanita sedang marah atau tidak, dobe?"

Naruto terbelalak untuk sesaat sebelum berseru, "Kau datang ke kamarku hanya untuk bertanya begini?!"

"Hn."

"Tumben sekali kau peduli dengan reaksi orang padamu. Memangnya wanita itu penting sekali untukmu?"

"Hn."

Naruto merasa penasaran dan ia menghampiri Sasuke serta menatap lelaki itu lekat-lekat, "Memangnya wanita itu siapa?"

"Kekasihku."

Naruto beruntung karena ia tidak memiliki penyakit jantung. Jika ia memilikinya, pasti ia sudah terkena serangan jantung karena sangat terkejut.

"HAH?! Kekasih? Jangan bilang kekasihmu ini dekimakura."

"Ck... aku manusia normal yang hanya jatuh cinta dengan sesama manusia, dobe."

"Sungguh? Kekasihmu wanita sungguhan, 'kan? Atau mungkin, lelaki yang berpenampilan wanita?"

Sasuke merasa kesal dan ia memukul punggung Naruto dengan keras, "Kau pikir aku gay, hn?"

Naruto mengusap punggungnya dengan satu tangan dan meringis serta mengendikkan bahu, "Mana kutahu. Habis kau tidak pernah membahas hal seperti ini padaku. Kupikir kau bisa saja gay."

Sasuke meringis karena risih sekaligus kesal. Ia memang tidak pernah membahas hal ini pada siapapun, dan kali ini adalah kali pertamanya membahas hal ini dengan orang lain.

Sasuke merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya. Ia menunjukkan chatnya pada Naruto meski ia tidak begitu nyaman menunjukkan hal yang pribadi baginya.

"Menurutmu dia marah, tidak?"

Naruto segera mengambil ponsel yang diberikan Sasuke dan ia segera membaca nama kontak yang tertera. Ketika ia membacanya, seketika matanya terbelalak dan genggamannya terlepas sehingga ponsel Sasuke terjatuh.

Untungnya refleks Naruto cukup baik sehingga ia masih sempat menangkap ponsel itu sebelum bersentuhan dengan lantai marble di kamarnya.

"SAKURA?! HARUNO SAKURA TEMAN KITA?!!!!!" seru Naruto dengan keras hingga Sasuke sampai harus menutup telinganya.

"Hn. Rahasiakan ini dari siapapun selain anggota band kita."

Bukan tanpa alasan Sasuke membiarkan anggota bandnya tahu kalau ia punya kekasih. Ia cukup percaya pada mereka dan ia pikir mungkin saja mereka bisa membantunya karena mereka semua lebih berpengalaman dalam hal romansa ketimbang dirinya.

Sasuke sama sekali tidak mengerti apapun soal pacaran. Ia bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

"Yah, kalau Sakura-chan sih sepertinya orang yang emosinya jelas. Maksudku, kalau dia bilang tidak marah, ya memang tidak marah."

Sasuke hanya menganggukkan kepala. Ia percaya pada penilaian Naruto karena lelaki itu lebih paham soal wanita ketimbang dirinya.

"Sepertinya Sakura ingin kekasih yang romatis. Bagaimana cara menjadi romantis, dobe?"

Naruto tidak pernah mengira kalau ia akan mendengar pertanyaan ini dari mulut seorang lelaki dewasa, bukan bocah yang baru puber. Dan ia juga tak menyangka orang seperti Sasuke akan bertanya seperti ini.

Sasuke memiliki image sebagai bad boy yang tampaknya sangat ahli soal percintaan hingga ada rumor yang mengatakan Sasuke selalu bercinta dengan fans seusai konser. Seandainya para fans tahu kalau Sasuke yang sesungguhnya sepolos ini, pasti mereka akan sangat syok.

Naruto tertawa keras seketika hingga ia terjatuh ke lantai dan tak bisa berhenti tertawa. Wajahnya terasa pegal dan perutnya keram karena terlalu banyak tertawa.

Naruto akhirnya berhenti setelah terbatuk-batuk dan menepuk-nepuk lehernya sendiri, "Aduh. Aku tidak sedang bermimpi, 'kan?"

"Tidak," sahut Sasuke. "Waktu kau pacaran, apa saja yang kau lakukan dengan kekasihmu?"

Naruto kembali tertawa hingga perutnya kembali terasa nyeri karena keram. Demi Tuhan, bagaimana bisa ada lelaki berumur dua puluhan awal yang bertanya hal ini padanya?

Rasanya Naruto ingin mencubit pipi Sasuke karena gemas. Lelaki itu bertanya dengan wajah datar, namun Naruto merasa gemas karena ia merasa seolah mendapat pertanyaan semacam ini dari seorang bocah yang belum puber, bukan lelaki dewasa.

"Kau harus sering kirim pesan dan mengajaknya kencan. Lalu kau juga harus sering memeluknya, menciumnya dan memegang tangannya. Setelah itu, biasanya juga akan melakukan seks."

Wajah Sasuke sedikit merona mendengar kata 'seks'. Mendadak ia membayangkan hal itu dan merasa malu pada dirinya sendiri. Ia baru saja akan membayangkan Sakura di tempat tidur, tetapi ia segera menepuk kepalanya dan mengenyahkan pikiran mesumnya. Ia merasa dirinya begitu menjijikkan karena bisa-bisanya membayangkan gadis yang dicintainya dengan cara seperti itu.

"Seks? A-aku harus melakukannya, dobe?"

Naruto menyeringai melihat wajah Sasuke yang memerah. Ia merasa sahabatnya begitu lucu saat ini.

"Biasanya, sih. Tapi kalau kau dan pasanganmu tidak mau melakukannya juga tidak masalah. Sepertinya orang jaman dulu tidak melakukannya saat pacaran."

Sasuke menganggukkan kepala mendengar penjelasan Naruto.

"Kalau kau sendiri melakukannya, tidak?"

Naruto berpikir kalau Sasuke mungkin saja terbentur sesuatu hingga bertanya begini. Ia tidak mengira Sasuke benar-benar sepolos ini, dan ia tidak mengira kalau Sasuke bisa membuatnya tertawa sampai perutnya keram.

"Kenapa kau malah bertanya soalku? Kau mau melakukannya denganku dan takut kalau aku punya penyakit menular seks?"

Seketika sebuah tendangan mendarah di tulang keringnya dan ia segera meringis secara refleks serta mengusap-usapnya.

"Sudah kubilang aku bukan gay."

Naruto tersenyum sambil meringis kesakitan. Ia berkata, "Habisnya tumben sekali kau peduli soal kehidupan pribadiku."

Sasuke meringis. Sebenarnya ia juga heran kenapa ia malah menanyakan hal yang tidak penting begitu?

"Aku tak mau meminjamkan bajuku kalau kau kena penyakit menular seks," jawab Sasuke dengan asal meski bukan itu alasannya.

"Ya, ya. Aku masih perjaka. Puas?"

Diam-diam Sasuke merasa puas karena bukan dirinya yang satu-satunya perjaka di kalangan anggota Black Ash.

"Kalau kau penasaran, sebaiknya tanya saja, Sakura-chan mau melakukannya atau tidak? Ini sih terserah padamu, kalau aku sendiri ingin menikah bukan karena terpaksa, tapi karena aku mencintai wanita itu. Jadi berpacaran beberapa bulan saja sebelum menikah juga tidak masalah, lalu baru melakukan seks dan memilki anak."

Sasuke menatap Naruto dengan takjub. Tumben sekali lelaki itu memiliki prinsip yang kuat.

-TBC-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro