Chapter 30
Sasuke kembali ke rumah sakit untuk mengurus administrasi kakaknya sekaligus menjenguk ibunya setelah mendengar kabar dari Kushina kalau ibunya sudah sadar.
Jantung Sasuke berdebar keras dan rasanya ia ingin menghindari ibunya. Namun ia sadar kalau itu tidak mungkin dan ia harus menghadapi wanita itu cepat atau lambat.
Menurut Kushina, Mikoto sudah mengetahui yang sesungguhnya dari dokter yang merawatnya.
Namun Sasuke malah merasa semakin takut dan bersalah. Bagaimana bila ibunya akan sangat marah padanya? Ia yakin ibunya pasti kecewa, terlebih setelah melihat reaksinya ketika Sasuke mengusulkan agar Itachi mentransplantasikan ginjalnya saja.
Langkah Sasuke terasa semakin berat ketika ia mendekati ruangan perawatan ibunya. Otaknya berusaha memikirkan kalimat yang harus ia katakan pada ibunya, namun tak satupun kata yang berhasil terpikir.
Tangan Sasuke seolah tak bertenaga ketika ia membuka pintu. Ia mendapati Kushina dan Mebuki sedang bersama ibunya yang kini sudah sadar.
Rasanya Sasuke sangat ingin berbalik arah dan meninggalkan ruang itu, namun kakinya malah bergerak untuk memasuki ruangan.
Sasuke tak berani menatap ibunya meski ia menegakkan kepala. Ia tak tahu harus berbicara apa.
Kushina dan Mebuki sadar dengan situasi saat ini dan mereka segera keluar dari ruangan serta meninggalkan Sasuke berdua dengan Mikoto.
"Bagaimana kondisimu, okaasan?" Sasuke bertanya dengan suara yang terkesan tenang meski sebetulnya tenggorokannya terasa tercekat dan matanya memerah.
Mikoto sadar kalau Sasuke terlihat berbeda dari biasanya. Lelaki itu berusaha terlihat tenang, namun sebetulnya Sasuke terlihat tidak baik-baik saja. Wajahnya kusut dan memerah, begitupun dengan matanya yang merah. Terlihat jelas kalau Sasuke sebetulnya habis menangis
"Bagaimana dengan urusanmu, Sasuke-kun?" ujar Mikoto dengan maksud berbasa-basi meski ia tahu kalau Sasuke tidak baik-baik saja. Ia sadar kalau saat ini ia harus berusaha mendukung Sasuke dan tak boleh semakin merepotkan lelaki itu.
"Tidak usah mengkhawatirkanku. Aku baik-baik saja. Sebaiknya okaasan beristirahat saja."
"Kemarilah. Aku tahu kau tidak baik-baik saja."
Sasuke memberanikan diri untuk mendekat dan menatap ibunya. Mata wanita itu masih tampak berkaca-kaca dan Sasuke merasa semakin bersalah.
Tubuh Sasuke terasa lemas dan ia seketika berlutut ketika cukup dekat dengan ibunya. Kepalanya tertunduk dan ia tak berani menatap ibunya lebih lama lagi.
"Maaf," ucapnya dengan suara yang hampir tak terdengar.
Sasuke menahan diri mati-matian untuk tidak menangis. Namun setetes air mata pada akhirnya mengalir begitu saja dari pelupuk matanya.
Sasuke menyadari kalau kematian Itachi sesungguhnya bukanlah kesalahan siapapun. Bagaimanapun juga, itu adalah takdir. Namun Sasuke merasa bersalah karena dialah yang berusaha meyakinkan Itachi untuk mendonorkan ginjalnya dengan mengatakan kalau lelaki itu akan baik-baik saja.
Selain itu Sasuke menyesali segala tindakannya pada Itachi. Ia menyesal tak cukup sabar pada lelaki itu. Ia bahkan meninggalkan Itachi di bulan terakhir dalam hidupnya dan bahkan masih mengucapkan hal yang kejam beberapa jam sebelum kematian lelaki itu.
Barangkali alasan utamanya menangisi Itachi bukan karena ia merasa sedih kehilangan lelaki itu untuk selamanya. Ia tahu kalau setiap orang pasti akan mati, dan hanya ada dua pilihan bagi setiap manusia, yakni meninggalkan atau ditinggalkan.
Namun sejatinya Sasuke menangisi Itachi karena ia merasa bersalah. Ia merasa bersalah telah menjanjikan sesuatu yang selamanya takkan terlaksana. Dan ia merasa bersalah karena telah bersikap kasar meski ia tahu kalau lelaki itu sangat menyayanginya terlepas keterbatasan intelegensi yang dimiliki lelaki itu.
Bibir Sasuke hanya bisa terus mengucapkan 'maaf' berkali-kali di sela tangisnya. Suaranya terdengar sangat pelan dan bergetar, hingga akhirnya ia hanya bisa mengucapkan maaf tanpa bersuara.
Sasuke sadar kalau kata 'maaf' tak akan mengubah apapun. Namun logikanya seolah mati dan ia melakukan hal-hal emosional, entah menangis atau hal lainnya.
Mikoto kembali meneteskan air mata melihat Sasuke yang tampak sangat menderita. Hatinya terasa hancur setelah mendengar kematian Itachi, dan semakin hancur melihat Sasuke yang biasanya tidak emosional kini malah meluapkan emosinya.
Kini Mikoto sadar jika Sasuke sebetulnya juga merupakan orang yang emosional. Lelaki itu hanya tak nyaman menunjukkannya pada siapapun dan memilih menyimpan emosinya sendiri.
Mikoto mengulurkan tangan dan ia membelai kepala Sasuke dengan lembut tanpa henti. Ia tak bisa memberikan apapun selain sentuhan fisik untuk menguatkan Sasuke. Setidaknya, ia ingin Sasuke menyadari kalau lelaki itu tidak sendirian.
"Ini bukan salahmu, Sasuke-kun. Kau berusaha melakukan yang terbaik untuk menyelamatkanku, bukan?"
Sasuke tak bersuara. Tak ada satu katapun yang terlintas di benaknya untuk dikatakan kepada ibunya.
"Maafkan aku. Ini pasti berat untukmu. Kau sedang memiliki masalah, namun harus mengurus anikimu dan aku," ucap Mikoto dengan suara bergetar.
"Sebagai ibu, aku bahkan tak bisa membantumu dan terus menerus merepotkanmu. Aku bahkan menyalahkanmu saat itu. Aku benar-benar ibu yang buruk."
Sasuke meneguk ludah sebelum akhirnya ia berkata, "Setidaknya okaasan membantuku menjaga Itachi-nii dan mendukung karierku."
Sasuke merasa lega setelah jujur terhadap perasaannya sendiri. Di satu sisi, ia merasa berterima kasih pada ibunya yang selama ini selalu mendukungnya meski ia tahu kalau wanita itu lebih memperhatikan Itachi, mungkin karena kondisi Itachi yang memang lebih membutuhkan perhatian ketimbang dirinya.
Sejak kecil, Sasuke sadar kalau ibunya berusaha menyayanginya dengan caranya sendiri. Wanita itu akan berusaha memasak makanan favorit Sasuke, membuatkan jus tomat setiap malam, dan mendukung Sasuke mengambil kursus drum meski ayahnya kurang setuju pada awalnya karena menganggap drum adalah alat musik yang tidak elegan.
Ketika ayahnya meninggal dan keluarganya bangkrut, sebetulnya ibunya menyuruhnya untuk menyelesaikan pendidikannya yang tersisa tiga semester. Ibunya berusaha meyakinkan kalau hutang-hutang itu bisa ditunda dan ia bisa bekerja untuk menghidupi dirinya dan Itachi serta mengirim sedikit untuk Sasuke.
Namun Sasuke menyadari kalau melanjutkan pendidikan adalah suatu kemewahan dan ia memutuskan menentang ibunya dengan berhenti. Ketika ia kembali ke Jepang, ia bahkan baru tahu kalau ibunya menyembunyikan penyakit ginjal yang selama ini dideritanya.
Sasuke menyadari kalau tidak semua orang seberuntung dirinya karena memiliki ibu yang mendukung impiannya. Keluarga Naruto bahkan mengusir lelaki itu karena ingin menjadi vokalis band rock dan Naruto harus mengambil beberapa pekerjaan paruh waktu untuk menghidupi dirinya. Sasuke bahkan masih ingat kalau ia dan Naruto pernah menjadi kurir layanan antar di restoran cepat saji dan mereka berdua adalah rekan kerja.
"Kalau kau mau menangis, aku akan menemanimu. Aku mengerti bagaimana perasaanmu," ucap Mikoto sambil menepuk-nepuk kepala Sasuke.
Sasuke tak pernah mengira kalau ibunya akan bersikap begini. Ia pikir ibunya akan menyalahkannya. Dan sejujurnya ia merasa lega karena ibunya setidaknya memahami kondisinya.
"Aku menyayangimu, Sasuke-kun," ujar Mikoto seraya meletakkan kedua jarinya di kening Sasuke, meniru apa yang dilakukan Itachi selama ini pada Sasuke. Ia pikir Sasuke merasa nyaman karena lelaki itu tak pernah terlihat keberatan.
Sasuke bahkan tak bisa menjawab ibunya. Air matanya kembali mengalir ketika ia merasakan sentuhan dari ibunya. Mendadak ia mengingat sentuhan yang sama dari Itachi, dan kini ia tak bisa mendapatkannya dari lelaki itu.
.
.
Sasuke mengusap air matanya dan sudah merasa lebih tenang saat ini. Beban yang selama ini dipendamnya meledak bagaikan kembang api dan menghilang begitu saja setelah ia menangis hingga matanya memerah.
Sasuke memberanikan diri menatap ibunya, dan wanita itu berkata, "Matamu merah. Setelah pulang jangan lupa mengompres matamu dengan es."
"Jangan mengkhawatirkanku."
Sasuke merasa tidak enak karena ibunya begitu memperhatikannya meski sebetulnya kondisi wanita itu sendiri masih lemah setelah operasi. Dokter bahkan masih datang setiap jam untuk kontrol rutin dan memastikan ibunya baik-baik saja.
Mikoto tersenyum tipis dan kembali menepuk kepala Sasuke, "Bagaimana bisa aku tidak mengkhawatirkan anakku sendiri? Bagaimanapun juga, kau tetap membutuhkan seseorang untuk memperhatikanmu."
Sasuke terdiam sesaat sebelum berkata, "Arigatou."
Mikoto menatap Sasuke lekat-lekat. Ia merasa sedih membayangkan Sasuke akan menjalani proses kremasi Itachi sendirian. Setelah kremasi, pihak keluarga diharuskan memindahkan tulang jenazah yang telah dikremasi dengan sumpit. Biasanya antar anggota keluarga akan memindahkan tulang-tulang tersebut dengan sumpit, namun Sasuke harus melakukannya sendirian karena tak ada lagi anggota keluarga lain.
"Kau sudah menghubungi kuil dan semua kenalanmu untuk mengabarkan kematian Itachi-kun?"
Sasuke menganggukan kepala, "Apa sebaiknya aku meletakkan jenazah Itachi-nii di rumah sakit hingga okaasan diperbolehkan pulang dan bisa menjalani prosesi untuknya?"
Mikoto menggeleng, "Tidak usah. Simpan saja uangmu. Kau pasti sudah mengeluarkan banyak uang untuk biaya rumah sakit."
"Bukankah okaasan harus menyaksikan prosesi bagi jenazah aniki? Lagipula aku juga masih memiliki cukup uang."
Sebetulnya Sasuke sedang berbohong saat ini. Uang di rekeningnya semakin menipis setelah membayar biaya rumah sakit yang tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan karena sudah melebihi limit.
Sebagai seorang anggota band terkenal, orang-orang pasti mengira Sasuke memiliki banyak uang. Tetapi sebetulnya itu tidak benar. Sasuke harus melunasi semua hutang ayahnya yang sangat besar dan semua hutang itu baru lunas tahun lalu.
Sejak tahun lalu Sasuke juga masih harus mengumpulkan uang untuk DP cicilan apartemen dan baru berhasil mendapat cicilan beberapa bulan lalu sehingga ia harus membayar cicilan setiap bulan.
Meski label band Sasuke memang cukup baik karena memberikan empat puluh persen dari pendapatan saat konser di dalam negeri, lima puluh persen dari konser di luar negeri, serta tiga puluh lima persen dari keuntungan bersih penjualan album maupun merchandise. Tetapi semua uang itu masih harus dibagi sesuai jumlah anggota band sehingga Sasuke tidak bisa menabung banyak uang karena pengeluarannya untuk keluarganya juga besar.
Insting Mikoto sebagai seorang ibu seolah mengatakan kalau Sasuke sedang berbohong saat ini. Ia tahu kalau pengeluaran Sasuke untuk keluarga sangat besar. Lelaki itu bahkan memberi uang sebesar tujuh ratus ribu yen setiap bulan di luar biaya pengobatan maupun biaya tagihan. Jumlah itu bahkan dua kali lipat dari rata-rata penghasilan bulanan karyawan pada umumnya.
Menurut Sasuke, ibu dan kakaknya harus bersenang-senang setelah bertahun-tahun hidup susah. Karena itulah Sasuke memberikan uang bulanan yang cukup besar dengan tujuan agar ibu dan kakaknya bisa berbelanja, makan di restoran atau hal menyenangkan lainnya. Namun Mikoto terkadang memakai uang itu untuk membayar biaya dialisis.
"Tidak apa. Cukup kirimkan foto-foto dan videonya saja padaku nanti. Kalau bisa, aku ingin mendapatkan foto terakhir anikimu."
"Okaasan benar-benar tidak ingin datang? Tidak akan menyesal?"
Mikoto menggelengkan kepala. Baginya menyaksikan lewat video atau menyaksikan secara langsung tidak berbeda. Intinya, ia tetap kehilangan Itachi.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro