Chapter 27
Untuk pertama kalinya Sakura bisa tidur dengan nyenyak tanpa harus bangun pagi untuk membuat sarapan setelah menghabiskan satu bulan yang melelahkan di rumah Sasuke. Kini ia juga tak perlu lagi terbangun di pagi hari karena Itachi yang mengetuk pintu kamarnya.
Jam telah menunjukkan pukul sepuluh pagi dan Sakura masih berbaring di atas kasurnya tanpa sedikitpun niat untuk meninggalkan kasur. Selama satu bulan ia merindukan hari sabtu yang tenang seperti sabtu ini.
Seketika Sakura teringat akan Sasuke dan ia segera berjengit. Lelaki itu pasti kelelahan dan memerlukan bantuan seseorang untuk menjaga Itachi.
Sakura segera meraih ponselnya dan menekan tombol untuk menghubungi Sasuke. Terdengar nada tungguh selama beberapa detik sebelum akhirnya Sasuke mengangkat telepon.
"Kau dimana sekarang? Aku akan menggantikanmu untuk menjaga Itachi-nii."
"Di rumah sakit. Kau tidak usah datang sekarang."
Sakura mengernyitkan dahi dan bertanya, "Tidak apa-apa, nih? Bukankah kau harus banyak beristirahat? Selama ini kau pasti kurang istirahat karena harus mengurus berbagai hal, 'kan?"
"Dia aneh sejak kemarin," ucap Sasuke tiba-tiba, membuat Sakura yang mendengarnya merasa bingung.
"Dia? Maksudmu siapa? Anikimu?"
"Hn."
Sakura merasa penasaran, biasanya Sasuke sangat jarang membahas hal yang tidak penting di telepon. Lelaki itu bahkan sebetulnya tidak terlalu suka bertelpon lebih dari satu menit dan lebih memilih mengirim pesan.
"Memangnya Itachi-nii kenapa?"
"Kemarin dia memintaku menemaninya makan dango dan memaksaku makan dango. Lalu dia memelukku di tempat umum walaupun sudah sering kuingatkan untuk tidak memeluk di tempat umum. Sekarang, dia memintaku menemaninya dan tak membiarkanku pergi selangkahpun dari kamarnya," jelas Sasuke.
Sakura mengernyitkan dahi. Kenapa keanehan Itachi semakin menjadi-jadi? Rasanya ia tidak memberikan makanan yang mengandung banyak MSG selama tinggal di rumah lelaki itu. Bahkan Sakura tak pernah mencampurkan MSG ke dalam masakannya.
"Kamarnya?"
Sasuke menyadari kebingungan Sakura dan ia segera berkata, "Dia akan dioperasi besok."
"Besok?!" suara Sakura meninggi seketika.
Sakura benar-benar terkejut dengan ucapan Sasuke dan ia segera berkata, "Mendadak sekali."
"Okaasan butuh ginjal secepatnya."
"Ah, benar juga. Kuharap operasi anikimu berhasil."
Sasuke terdiam di seberang telepon, dan Sakura merasa heran. Namun ia menunggu lelaki itu mengucapkan sesuatu.
Sasuke masih tetap diam hingga akhirnya Sakura bertanya, "Bagaimana? Semua urusanmu baik-baik saja, 'kan?"
Sasuke tak tahu harus menjawab bagaimana. Ia masih harus melakukan konferensi pers lagi dan memberi penjelasan mengenai ayahnya serta hubungan keluarganya dengan T Group yang kini sedang diperiksa polisi dan diketahui sebagai dalang yang memfitnanhya dengan bukti-bukti palsu.
Kemarin Sasuke menghabiskan berjam-jam diperiksa polisi, dan sejujurnya ia merasa takut. Bagaimanapun juga, bukan tak mungkin perusahaan seperti T Group beraliansi dengan kelompok bawah tanah dan mencelakainya maupun keluarganya.
Dan kini, Sasuke harus menghabiskan sepanjang hari di rumah sakit untuk menemani Itachi serta mempersiapkan lelaki itu menjalani operasi.
"Hn."
Sakura tahu kalau Sasuke sedang berbohong. Entah kenapa lelaki itu terdengar tidak yakin dengan ucapannya sendiri. Tetapi seperti biasa ia mengiyakan jika ditanya apakah dia baik-baik saja atau tidak.
"Besok aku akan menemanimu menunggui Itachi-nii."
"Tidak usah."
"Kau ingin menungguinya sendirian?"
Sasuke tak tahu mengapa dirinya mendadak begitu emosional. Selama ini ia tak mau memikirkannya karena sangat tidak logis, tetapi instingnya seolah mengatakan kalau ada yang salah dengan Itachi hingga lelaki itu bersikap aneh.
"Operasinya dimulai jam sembilan pagi," ujar Sasuke tanpa berniat membuat dirinya terkesan mengharapkan ditemani Sakura.
.
.
Itachi menatap sang adik yang sedang memejamkan mata sambil duduk di atas kursi. Tak seperti biasa, kali ini ia sama sekali tak berniat mengatakan apapun dan hanya memandang wajah Sasuke lekat-lekat.
Ia hampir mengulurkan tangan untuk menyentuh Sasuke, namun ia segera mengurungkan niatnya. Seketika ia teringat kalau kemarin Sasuke terlihat marah saat ia hendak memeluknya, dan kali ini ia tak mau menyentuh Sasuke lagi. Ia tak mau membuat Sasuke marah lagi karena apa yang dilakukannya.
Sepanjang hidupnya Itachi hampir selalu bersama Sasuke hingga tak menyadari perubahan Sasuke. Namun hari ini ia baru menyadari kalau Sasuke sebetulnya sudah banyak berubah. Sasuke yang dulu sering bermain dengannya kini sudah berubah menjadi seorang lelaki dewasa dengan gambar yang menghiasi kulitnya dan benda berbentuk bulat yang terpasang di telinganya.
Itachi tak mengerti kenapa, tetapi ia masih ingat kalau ayahnya pernah membentak dan memaki Sasuke karena memiliki gambar di tubuhnya dan memasang benda berbentuk bulat di telinganya. Sang ayah begitu marah hingga berniat memukul Sasuke kalau saja ia tidak segera mendorong Sasuke dan membiarkan ayahnya memukulnya. Maka ia menyimpulkan kalau memasang benda bulat di telinga dan memiliki gambar di tubuh adalah sesuatu yang dilarang.
Wajah Sasuke terlihat sangat lelah. Kantung mata lelaki itu menghitam dan Sasuke bahkan tertidur sangat pulas meski hanya bersandar pada dinding.
Itachi merasa bersalah. Apa jangan-jangan Sasuke menjadi seperti itu karena dirinya? Ia tidak mengerti, tapi ayahnya tampak marah setiap kali melihatnya. Katanya dia aib dan idiot, sehingga seharusnya mati saja.
Jangan-jangan ucapan ayahnya memang benar. Kalau dia mati, bukankah itu malah bagus untuk Sasuke? Itachi mulai berharap kalau ia tidak akan bangun lagi seperti ayahnya.
Sasuke membuka mata pada akhirnya dan menguap. Ia melirik Itachi yang terus menatapnya lekat-lekat dan berkata, "Kenapa? Kau ingin ke toilet? Atau nonton TV?"
"Aku mau lihat wajah Sasuke."
Sasuke mengernyitkan dahi, "Kau bertemu denganku hampir setiap hari, masih rindu padaku, hn?"
"Nanti aku tidak bisa lihat Sasuke lagi."
"Hn? Kemarin kau sendiri bilang ingin makan dango bersamaku lagi."
"Aku aib dan idiot. Jadi tidak mau bangun seperti otousan."
Sasuke benar-benar terkejut hingga ia membelalakan mata. Ia tak mengerti kenapa Itachi malah berkata seperti ini. Ia curiga kalau seseorang mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya dikatakan pada Itachi.
"Siapa yang mengatakan hal seperti itu padamu?"
"Tidak ada."
"Kau tidak membohongiku, hn?"
"Aku tidak bohong sama Sasuke."
Sasuke lupa kalau saat ini ia bukan berhadapan dengan orang dewasa pada umumnya yang bisa berbohong dengan mudah. Ia tidak ingat kalau Itachi tidak bisa berbohong pada siapapun, dan kini lelaki itu bahkan menatapnya lekat-lekat, seolah memohon agar Sasuke percaya padanya.
"Jangan berpikir begitu."
"Aku bikin Sasuke dan okaasan capek. Aku merepotkan. Iya, 'kan?"
"Tidak."
"Tapi Sasuke pernah bilang begitu."
Sasuke meringis, tak mengira kalau Itachi akan mengingatnya dan bahkan mengungkitnya sekarang. Dulu Sasuke pernah begitu emosi hingga ia memaki Itachi habis-habisan dan bahkan memukul. Saat itu ia bahkan menumpahkan segala kekesalannya dan mengungkapkan apa yang seharusnya ia simpan sendiri di dalam hati.
Sekarang Sasuke sendiri bahkan sudah tidak ingat lagi apa saja yang ia ucapkan waktu itu. Saat itu ia sudah terlalu lelah dan kesal karena Itachi merusak ponselnya dengan merendamnya ke dalam bak mandi sehingga tak bisa mengontrol apa saja yang keluar dari mulutnya.
"Maafkan aku," Sasuke menundukkan kepala seketika.
Itachi mengulurkan kedua jarinya dan meletakkan jarinya di kening Sasuke dan menyentuhnya dengan lembut, "Sasuke tidak salah. Aku merepotkan."
Rasanya benar-benar menyakitkan ketika orang seperti Itachi bahkan menyadari kalau keberadaannya adalah aib dan ia merepotkan orang-orang di sekitarnya. Bahkan hati Sasuke terasa nyeri dan matanya bahkan mulai berkaca-kaca meski biasanya ia tidak emosional begini.
"Sasuke nangis?"
Sasuke tidak menjawab. Ia langsung bangkit berdiri dan memeluk Itachi dengan sangat erat. Otaknya berpikir bagaimana jika kali ini adalah kesempatan terakhirnya memeluk lelaki itu? Bagaimana kalau ini adalah hari terakhirnya bersama dengan lelaki itu? Bagaimana kalau operasi lelaki itu tidak berhasil? Begitu banyak pengandaian negatif yang muncul di benak Sasuke yang membuatnya ketakutan saat ini.
Itachi tak berani membalas pelukan Sasuke meski ia ingin melakukannya sejak tadi. Ia bertanya dengan ragu, "Aku boleh peluk Sasuke?"
"Hn."
Itachi membalas pelukan Sasuke dengan sangat erat, seolah ini adalah kali terakhirnya memeluk Sasuke.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro