Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 14

"Bukankah ini pengulangan bagian yang sama? Kenapa tempomu malah berbeda?" ucap seorang pria yang bertugas di studio.

Sasuke menghela nafas. Ia benar-benar tidak bisa fokus untuk rekaman saat ini. Tubuhnya terasa lelah dan matanya berat. Kekhawatiran mengenai ibu, kakak dan kehidupannya juga terus menerus menyeruak di dalam benaknya. Biasanya ia bisa memutuskan untuk tidak memikirkannya, namun tidak dengan kali ini.

"Maaf. Aku akan mengulanginya lagi."

Pria itu mendengus kesal. Sudah dua jam berlalu dan baru satu lagu yang direkam. Targetnya seluruh lagu harus diselesaikan sebelum pukul enam pagi. Hanya ada enam jam yang tersisa untuk sembilan lagu lagi.

Audio engineer itu tidak mengenal siapa pria berambut hitam dengan tatapan tajam itu. Sebetulnya ia belum pernah bekerja dengan band yang tidak ia ketahui itu.

Ketika ia mendapat penawaran mendadak untuk rekaman di malam hari, ia ingin menolak. Ia pikir, band gila macam apa yang akan melakukan rekaman pada pukul sepuluh malam hingga enam pagi.

Yang lebih aneh lagi, hanya sang drummer yang akan melakukan rekaman sebagai back sound yang akan diputar saat konser. Namun pada akhirnya ia menerima karena bayaran per jamnya akan dinaikkan tiga kali lipat.

Dengar-dengar band itu adalah band visual kei yang cukup populer. Bahkan beberapa hari lalu baru mengadakan konser dengan belasan ribu penonton, hal yang menakjubkan untuk ukuran band dengan tema yang tidak umum seperti ini. Namun ia tidak menyangka kalau kemampuan sang drummer seburuk ini. Ia tak tahu ilmu hitam macam apa yang dipakai band ini hingga membuat banyak orang mengagumi mereka. Bahkan beberapa kenalannya pun menikmati musik mereka dan berkata kalau orang-orang Jepang itu memiliki skill tingkat dewa.

Kalau saja tidak ada aturan untuk tidak sembarangan merekam, rasanya audio engineer itu ingin merekam kebodohan yang dilakukan sang drummer dan menunjukkan pada teman-temannya. Apanya yang skill tingkat dewa? Bahkan drummer band lokal saja tidak membuat kesalahan separah ini.

"Masih ada delapan lagu lagi dan hanya ada enam jam yang tersisa," seru audio engineer itu dari balik ruangan.

"Hn."

Sasuke sebetulnya sangat lelah. Rasanya ia ingin tidur meski hanya satu jam saja. Namun ia sama sekali tak bisa melakukannya.

Kakashi yang memutuskan untuk ikut menemani Sasuke merasa kasihan. Sasuke terlihat sangat lelah meski sudah meminum satu gelas besar berisi kopi hitam tanpa gula.

"Ah, bagaimana kalau kita break selama dua jam. Setelah ini kita akan mempercepat proses rekaman mulai jam dua pagi," ucap Kakashi pada sang audio engineer.

Audio engineer itu menatap si pria berambut perak dengan heran. Ia berkata, "Apakah kau yakin? Bukankah kau sendiri yang bilang kalau rekaman harus selesai pukul enam pagi karena para anggota band lainnya perlu rekaman ini untuk latihan?"

Kakashi mengangguk. Para petinggi memang meminta hal seperti itu dan ia hanya meneruskan permintaan para petinggi. Namun karena ia sendiri yang berhadapan dengan Sasuke, maka ia harus membuat keputusan sendiri selama target yang diberikan petinggi tercapai.

Menurut Kakashi, Sasuke terlihat seperti seekor kuda yang lelah dan terluka namun dipaksa berlari kencang. Ia merasa kasihan melihat Sasuke yang seperti ini.

"Kurasa tidak ada gunanya memaksa dia terus menerus mengulang. Lebih baik biarkan dia beristirahat dan kita lanjutkan rekaman nanti. Toh bayaranmu juga tidak akan berubah, kok."

Sound engineer itu mengangguk dan segera bangkit berdiri meninggalkan kursinya. Kakashi menghampiri Sasuke yang terlihat sangat lelah dan berkata, "Kita break dua jam. Kau tidur saja sekarang."

"Bagaimana rekamannya?" tanya Sasuke dengan suara pelan dan berat.

"Kalau kau lebih segar, kita bisa selesai lebih cepat. Jadi kau tidur saja."

Sasuke tak menolak. Ia memang butuh tidur. Dan ia memutuskan untuk bangkit berdiri dan berjalan menuju sisi studio yang tidak terdapat peralatan apapun dan mendudukkan diri.

"Kau butuh bantal? Aku bisa ambilkan bantal dari mobil kalau kau mau."

"Tidak."

"Oke. Akan kubangunkan kau pukul dua."

"Hn."

Sasuke membaringkan tubuhnya di karpet dan memejamkan matanya. Ia benar-benar lelah dan tertidur dengan cepat tak lama sesudahnya.

.

.

Sakura meraih ponselnya untuk menghubungi Naruto. Ia merasa khawatir karena Sasuke tak bisa dihubungi sejak sore. Dan kini ia menelpon Naruto meski jam telah menunjukkan pukul dua belas malam.

"Moshi-moshi."

"Naruto, apa kau sedang bersama Sasuke sekarang? Sejak tadi aku sama sekali tak bisa menghubunginya."

"Teme sedang rekaman di studio."

Sakura merasa heran. Mengapa hanya Sasuke sendiri yang rekaman? Lagipula band mereka akan konser, kenapa Sasuke harus rekaman di studio?

"Kau sudah dengar rumor mengenai Sasuke?" ucap Sakura dengan nafas memburu. "Aku mendengar ini dari temanku dan langsung menghubunginya. Aku benar-benar takut."

Ada jeda sesaat sebelum Naruto menjawab dengan sendu, "Aku dan seluruh teman satu band juga merasa takut. Bagaimana kalau kariernya hancur dan dia kehilangan fansnya? Kau tahu, ini bukan hal yang mudah bagi orang-orang seperti kami."

Sakura mengerti. Seorang public figure diharuskan untuk mempertahankan citra positif mereka dihadapan publik. Mereka harus tersenyum dan terlihat baik-baik saja meski sebetulnya itu hanyalah topeng. Jika melakukan kesalahan, maka mereka akan mendapat hujatan, dan fans yang awalnya mencintai mereka akan berbalik menghujat mereka. Rasanya pasti menyakitkan jika seseorang yang sebelumnya mencintai dan mengelu-elukan nama seorang idol berubah menjadi orang yang merutuki idol tersebut.

Tidak hanya itu, menjadi idol juga tidak seenak yang dibayangkan. Seorang idol mungkin dikabarkan mendapat penghasilan banyak, namun tidak semua uang yang ada dapat mereka terima. Ada pajak yang cukup tinggi dan potongan untuk manajemen. Jika idol tersebut adalah band beranggotakan lima orang seperti Black Ash maka harus membagi pendapatan untuk lima orang. Karena itulah beberapa idol berusaha mencari uang tambahan dengan menjadi model iklan, endorse di sosial media, dan lain-lain.

"Aku mengerti. Aku benar-benar khawatir pada Sasuke. Sepertinya dia bahkan baru bertengkar dengan ibunya."

"Teme bertengkar? Kenapa?"

"Aku tidak tahu. Semalam aku mendengar Mikoto-baasan berteriak pada Sasuke di telepon. Sebetulnya kondisi ibunya juga memburuk dan butuh transplantasi segera."

Naruto benar-benar khawatir meski ini sama sekali bukan urusannya. Apakah Sasuke akan baik-baik saja melewati semuanya? Ia ingin membantu Sasuke, namun ia bahkan tidak tahu harus berbuat apa.

"Pekerjaan teme juga tidak baik-baik saja. Sisa turnya dibatalkan sehingga dia harus merekam bagiannya di studio untuk diputar saat konser. Sekarang dia bahkan harus merekam sepuluh lagu sebelum jam enam pagi. Dan beberapa hari lalu, aku baru tahu kalau dia mendapat keluhan dari pihak promotor karena memberi encore sehingga pihak promotor harus mengeluarkan uang tambahan untuk sewa venue."

Sakura merasa ingin menangis mendengarnya. Cobaan berat menyerang Sasuke bertubi-tubi, dan ia tak tahu apakah Sasuke sanggup melewatinya.

Sakura berpikir, seandainya ia berada di posisi Sasuke, ia tak akan mempertahankan ketenangan dan menjalani kehidupannya seolah tanpa beban. Mungkin ia sudah ditemukan berada di luar gedung apartemen dengan tubuh bersimbah darah dan kepala pecah setelah melompat dari jendela apartemennya.

"Tolong lakukan apapun untuknya. Aku juga akan berusaha melakukan apa yang bisa kulakukan untuknya."

"Aku akan melakukannya sekalipun kau tidak mengatakannya, Sakura-chan."

"Ya. Aku juga ingin kau tahu kalau aku dan sahabat-sahabatku mendukung Shu. Temanku si pig bahkan sampai menulis begitu banyak komentar di sosial media untuk mendukung Sasuke. Setidaknya, masih ada fans yang mendukungnya."

Naruto teringat kalau Ino adalah sahabat Sakura yang merupakan fans garis keras Sasuke. Ia hanya pernah melihat Ino di foto dan gadis itu sangat cantik dan seksi hingga ia sempat berkata kalau ia cemburu karena Sasuke dikagumi oleh gadis secantik itu.

Namun kini Naruto bersyukur karena gadis itu masih tetap mendukung Sasuke.

"Katakan padanya kalau kami juga akan berusaha melakukan apapun demi idolanya."

"Tentu saja. Omong-omong selamat berjuang untuk sisa konser kalian!"

"Arigatou. Oyasumi, Sakura-chan."

"Oyasumi."

Sakura segera mematikan telepon dan terduduk lemas seraya bersandar di dinding. Ia tak bisa membayangkan bagaimana perasaan Sasuke saat ini. Dan ia sendiri juga bingung bagaimana harus menghadapi Mikoto nanti.

Ia berharap agar Sasuke baik-baik saja.

.

.

"Kau baik-baik saja?" Kakashi memutuskan berbasa-basi seraya menatap Sasuke yang berada di luar studio seraya menatap kosong. Sejak tadi asap mengepul dari nikotin yang dihisapnya dan membuat Kakashi khawatir.

Sasuke menjauhkan rokok dari bibirnya dan menyahut, "Hn."

Kakashi tahu kalau Sasuke tidak baik-baik saja. Sudah tiga tahun ia mengenal lelaki itu dan ia mulai mengenali kepribadian lelaki itu. Tatapan Sasuke selalu tajam, namun kali ini tatapannya seolah menerawang dan larut dalam pikirannya sendiri.

Sasuke memiliki kebiasaan merokok untuk menghilangkan penat yang sudah tak bisa dikendalikannya. Ia tahu kalau ini bukanlah kebiasaan yang sehat, namun ia malah berharap bisa cepat mati sehingga bisa melarikan diri dari tanggung jawab tanpa perlu dipersalahkan siapapun.

Kakashi menatap dua puntung rokok yang sudah dihisap habis oleh Sasuke meski baru sepuluh menit berlalu. Dan kini lelaki itu sudah hampir habis menghisap batang rokok yang ketiga.

"Kau sedang memiliki masalah? Kalau kau mau cerita, aku akan mendengarkanmu."

Sasuke menatap lelaki berambut perak yang kini berdiri di sampingnya itu. Kakashi bukanlah pecandu nikotin, namun ia mengeluarkan satu pak rokok yang dibawanya dan mulai mengambil sebatang serta menyalakannya.

"Kau merokok juga?" tanya Sasuke dengan penasaran.

"Terkadang. Untuk menemani orang."

"Bodoh."

Kakashi tahu kalau Sasuke adalah orang yang bermulut tajam dan blak-blakan serta tidak suka basa-basi. Sebetulnya ia sendiri juga tidak suka basa-basi, maka ia merasa cocok dengan Sasuke.

"Sebetulnya aku tak berniat mencampuri urusanmu. Hanya saja aku dan anggota band lain mengkhawatirkan kondisi mentalmu. Sejujurnya, kau adalah orang yang paling menyenangkan untuk diajak bekerja sama secara profesional. Kalau kau sampai meninggalkan band, pemimpin baru Black Ash belum tentu sepertimu."

Sasuke kembali meniupkan kepulan asap dari bibirnya dan menyahut, "Bagaimana dengan keluargaku kalau aku meninggalkan band? Aku tidak akan berhenti jika tidak diminta."

Jawaban Sasuke benar-benar terus terang. Siapapun yang mendengarnya pasti akan mengira Sasuke adalah orang yang materialistis. Namun Sasuke membutuhkan uang untuk keluarganya, bukan dirinya sendiri.

"Bagaimana dengan ibu dan kakakmu?"

Sasuke diam sesaat. Haruskah ia bercerita pada Kakashi ketika ia bahkan tidak bercerita pada Naruto. Namun ia teringat kalau aktivitasnya dalam band mungkin terganggu jika sampai terjadi sesuatu pada ibu atau kakaknya, sehingga Kakashi harus mengetahuinya.

"Kondisi ginjal okaasan memburuk dan memerlukan transplantasi segera. Aku bertanya apakah anikiku bersedia memberikan ginjalnya dan bersedia. Namun okaasan sepertinya tidak setuju. Tapi kalau okaasan bersedia dioperasi, mungkin untuk sementara aku akan merawatnya dan anikiku sehingga tidak bisa mengurus apapun yang berkaitan dengan pekerjaan."

Kakashi mengangguk. Ia pernah satu kali mampir ke rumah Sasuke karena sebuah urusan yang penting. Saat itu ia lupa karena urusan apa, namun ia pernah bertemu dengan keluarga Sasuke. Seperti yang diceritakan Sasuke dan hasil penelusuran detektif, kakak laki-laki Sasuke mengalami keterbelakangan mental. Tingkat kecerdasannya hanya setara anak berusia enam tahun dan tingkahnya pun sama dengan tingkat kecerdasaannya.

Kakashi merasa agak canggung ketika bertemu dengan kakak Sasuke yang malah menganggapnya sebagai teman bermain. Namun ia menyaksikan pemandangan yang sangat langka. Ia melihat sendiri Sasuke memperlakukan kakaknya lebih lembut ketimbang perlakuan pada dirinya sendiri. Lelaki itu tersenyum pada kakaknya dan memberikan kue sebagai cemilan untuk kakaknya ketika dia sendiri tidak memakan cemilan apapun.

"Apakah ibumu memiliki akun sosial media? Kondisinya bisa memburuk kalau melihat pemberitaan mengenai dirimu."

Sasuke menatap nanar dan menyahut, "Punya. Mungkin dia sudah melihatnya sekarang."

Kakashi menatap sekeliling. Entah kenapa perasaannya tidak enak. Ia merasa seseorang tengah mengawasi mereka meski ia tak mendapati siapapun.

Kakashi ingin menceritakan mengenai apa yang dibahasnya dengan petinggi, namun ia akhirnya diam saja karena merasa tidak enak.

Kakashi menepuk bahu Sasuke, "Kau tahu, semakin tinggi kau berada, angin akan berhembus semakin kencang. Kalau kau bertahan dari hembusan angin, kau akan tumbuh semakin tinggi. Namun kalau kau tidak bertahan, kau bisa hancur hingga hanya menyisakan akar."

"Aku tahu."

"Aku sungguh berharap kau akan menjadi pohon yang bertahan dan tumbuh semakin tinggi setelah terhembus angin kencang. Aku akan berusaha menolongmu semampuku," ucap Kakashi.

"Hey, Kakashi-san."

"Ya?"

"Kalau terjadi sesuatu padaku dan aku tidak bisa kembali, tolong uruslah semua member lain dengan baik. Mereka semua berjuang dengan keras untuk membangun band. Aku tidak bisa melihat perjuangan mereka sia-sia begitu saja."

"Tidak bisa kembali?" Kakashi mengernyitkan dahi, namun mendadak ia teringat dengan apa yang dikatakan Naruto maupun anggota lainnya mengenai Sasuke yang belakangan ini seolah menarik diri dari siapapun serta kekhawatiran mereka terhadap Sasuke yang mungkin saja melakukan bunuh diri. "Tunggu! Kau tidak berniat melakukan hal yang aneh, kan? Jangan konyol, Sasuke!"

Sasuke mendengus mendengar ucapan Kakashi yang berasumsi seenaknya. Ia memang sempat berpikir untuk melakukannya, namun ia masih sadar kalau ia memiliki begitu banyak tanggung jawab yang harus dipenuhi. Ia tidak sanggup membeli kemewahan terakhir yang tersisa dalam hidupnya, yakni bunuh diri.

"Setidaknya aku akan menyelesaikan semua tanggung jawabku," sahut Sasuke seraya berpaling dan berjalan memasuki studio untuk memulai rekaman.

Kakashi merasa takut dengan ucapan Sasuke. Naruto dan para anggota band lain memohon padanya untuk memperhatikan dan menjaga Sasuke. Ia sudah mengiyakan, maka ia tak akan sanggup menghadapi anggota band lain dan dirinya jika ia sampai tak memenuhi tanggung jawabnya.

Kakashi segera berjalan memasuki studio dan merasa heran ketika ia berpapasan dengan salah satu body guard. Perasaannya semakin tidak enak entah kenapa.

-TBC-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro