Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PERBEDAAN KONTRAS


Happy reading!

....

Sekarang siang terik. Banyak yang mengeluh tentang cuaca hari ini, banyak yang asik mengipas ngipas dengan tangan atau buku, minum banyak air, dikelas. Semuanya asik mengeluh karena suhu ini.

Mereka sebenarnya melupakan satu hal. dan harusnya bersyukur mengetahui bahwa mereka masih lebih baik duduk dikelas ditemani dengan kipas yang menyala.

"Ya!! Sekarang waktunya tiger sprong! Kalian harus bisa ya?!"

"Yah!! Bapa susah!"

Sudah keringetan, badan sakit, plus panas matahari yang menyengat sangat terasa. Itulah yang dirasakan anak anak Kelas 11-1 ipa  dan 11-7 ips. Saat ini ada penggabungan kelas untuk pengambilan nilai, Orang orang itu bergiliran ketika mempraktikan senam lantai yang amat menyusahkan. Bahkan dari mereka ada yang diam diam kabur. Karena tak tahan. Toh, enakan dikantin. Bisa makan dsn duduk dengan nyaman.

Ennoshita ikut mengaduh mendengarnya. Badannya yang memang kaku dan tidak terbiasa dengan kegiatan 'ekstrem' menurutnya membuatnya semakin insecure mengetahui teman teman lelaki nya sebagian bisa melakukannya. Dia menghela nafas. Menengok kearah Juna.

"Jun, lu bisa?" Tanya Ennoshita. Juna dengan percaya diri tersenyum. "Ya bisa lah, badan gua enteng. Jadi gampang dong jungkir balik."

"Masa sih, gua enteng juga tapi kayaknya gak bisa." Ennoshita terus terang. Juna sih mengangkat bahu, dia menengok kearah orang orang yang sedang praktik. Dia menunjuk. "Mending lu liat deh, gimana holang holang tiger sprongnya. Kali lu bisa setelah mengamati. Simple, take it easy."

Begitu ia menengok, ternyata disana giliran sahabatnya yang berada di jurusan berbeda. Siapa lagi kalau bukan Tanaka. Dia dengan mudah Meluncur ke atas matrass. Bukan cuma itu, begitu tingkat kesulitannya dibuat lebih sulit dia tetap bisa melakukannya.

Begitu ia melompat melewati hula hoop kayu  dia berguling dimatrass dengan mudah. Membuat Ennoshita terpana. 'Nyesel gua gak olahraga. Badan kayak ibab guling kan.' batinnya.

"Ya!! Sekarang waktunya Ennoshita. Cepat maju!" Ucap guru olahraga yang tengah duduk disamping matrass. Ennoshita terkejut, dia menelan ludah mengetahui sekarang gilirannya. Begitu ia berdiri dan berjalan Menuju matrass sekarang semua tatapan mengarah kearahnya.


Grogi - nervous - takut jadi satu.

Dia menarik nafas perlahan. Badannya condong kedepan. Bersiap memulai. Kali ini tanpa holahoop.

Huup!!

Brak!!

Ennoshita berhasil berguling dimatrass meskipun gaya nya gak bagus bagus amat. Dia mengelus dada. Tersenyum senang sedangkan yang lein terkikik. Karena melihat nya puas.

Guru olahraga mencatat. Dia kini menatap Ennoshita. "Ya, sekarang tambahin hula hoop."

Kesenangan nya berakhir begjtu cepat. Ennoshita menatap gurunya dengan melas. Lalu mengerjap. "P-pak, beneran nih?"

"Ya iya toh?" Gurunya menatap Ennoshita dengan pandangan kesal. Mungkin dia pikir Ennoshita meminta keringanan. Padahal dalam hati mah iya.

Ennoshita berdiri dari duduknya. Dia kembali keujung matrass. Lalu menatap kearah hula hoop. Bersiap kembali melompat.

Harusnya dipikirannya seperti ini. 'Dahlah terobos lah bangsul. Gak ada gunanya diem disini! Lu cowo harus bisa--'

Tapi dipikiran Ennoshita saat ini adalab 'Asem banget! Itu hula hoop kayu. Rip my bone! Jangan sampe gua bisa jatuh dan nubruk itu hula hoop karena pasti itu sakit woe! Huhu! Tolong gue!!'

Huuup!!

Brugh!!

Ennoshita melompat tanpa rasa percaya diri. Sesaat setelahnya dia menghantam hula hoop seperti yang diperkirakan. Lalu jatuh dengan keras dimatrass. Dengan kayu itu yang ditibannya. Yang lain mengaduh ngilu melihat. Sementara Ennoshita meringis.

"AKHHH!!"

"Ya selanjutnya!!"

...

Ennoshita memijat lengannya yang masih sakit. Dia menampilkan wajah masam. Menatap kearah intruksi. Terdiam duduk di lapangan.

Tanaka memperhatikannya dengan wajah heran sedari tadi. Dia beranjak duduk ke samping Ennoshita. Berdeham. "Enn, gak bisa?"

Ennoshita menatap sinis. Mendengar suara Tanaka. Seketika ia mengingat hal tadi, mudah sekali tigersprong baginya. Iri pun muncul. "Lu gak liat gua udah kayak ibab guling guling tadi?!"

Hening. Tanaka akhirnya terdiam. Dia tidak menjawab ucapan sahabatnya. Ennoshita mengerutkan alis begitu jawabannya tidaj direspon. dia menengok kearahnya. "Lu nanya doang nih?"

"Lah?"

Tanaka sebenarnya ingin menoyor si sewot yang berada disampingnya ini. Padahal dia berniat baik. Lagipula salahnya sendiri tidak bisa. Kenapa harus marah? Toh hanya penilaian olahraga.

Juna menengok kearah teman temannya. Mereka berdebat tidak ada habisnya, membuatnya menghela nafas. Dia bersiap menabok Ennoshita yang berada disampingnya. "Gua tabok ya. Berisik kalian."

Ennoshita menaikan alis. Juna menelan ludah melihat lelaki itu seakan benar benar tersinggung. Sepertinya dia sedang sensi. "Yaudah gak jadi."

"Tabok Ryu aja. Gua ikhlas." Ucap Ennoshita. Setelah itu kembali menatap gurunya, Juna cengengesan. "Sini Ryu gua tabok."

"Tabok gua, gua tabok balik."

"Ett, nggak deh. Gak jadi."

"Oke perhatian!! sekarang waktunya istirahat. Maaf untuk penggabungan kelas. Agar lebih mudah dan mempersingkat waktu saja." Ucap Guru tersebut. Para muridnya mengangguk mengerti. Lalu hendak pegi dari sana.

Tapi ternyata pengumuman belum selesai. Guru olahraga memperlihatkan kertas penilaian. "Yang belum bisa keduanya silahkan latihan. Besok kita lanjut untuk nilai susulan."

Ennoshita membelak tidak percaya. Dia mengeluh, apalagi mengetahui yang tersisa hanya perempuan. Dia tak habis pikir kenapa laki laki yang kesulitan hanya dia? Ennoshita terlihat malu. Campur aduk lah karena kesal juga ditinggal sendiri.

Ennoshita duduk disamping matrass. Menatap Mei yang juga berusaha masuk ke holahoop. "Mei, ini beneran gau doang lakik nya?"

Mei berhenti dari aktifitasnya. Dia menghela nafas. Menatap lapangan. "Lo laki bukan?"

"Iya lah. Ya kali."

"Yaudah berarti lu doang." Ucap Mei. Ennoshita menatapnya kesal. "Dih, b aja mbak."

"Ya gua juga b aja samsul!" Mei murka. Membuat Ennoshita terdiam. Dia cengengesan. "Monmaap ngegas saya."

"Enn!"

Ennoshita merasa terpanggil oleh suara itu. Dia menengok dan mendapati lelaki berkulit tan, mendatangi nya. Sembari membawa dua botol minuman isotonik dia melambaikan tangan.

"Enn, gua bantu." Ucapnya. Ennoshita meliriknya. Masih kesal soal tadi. Tanaka yang menyadari nya mulai jengkel. "Loh, ngapa dah?"

"Gak ngapa sih." Ucap Ennoshita. Dia lalu berdiri dari duduk nya dan bersiap untuk tiger sprong. Tanaka memperhatikan. Dia menggeleng. "Enn jangan bungkuk banget. Sama lu gak bisa langsung lari tanpa persiapan."

"O-oke.." Ennoshita menatap matrass didepannya. Dia mengambil nafas. Lalu jalan cepat. Menuju matrass. "Uwohh!!"

Tanaka sedang meminum minumannya terkejut. Begitu ia menengok kearah Ennoshita dia membelak, Lalu tersedak. "Uhug!! Enn!"

Ennoshita berusaha masuk ke dalam lingkaran hula hoop yang dipegang Mei, karena Mei sudah mendapat giliran. Dia dengan mudah akhirnya bisa memasukinya. Tinggal soal waktu itu mendarat. Dia tersenyum, sesaat karena setelahnya dia melotot. kecepatan dari berguling yang diterapkannya sepertinya salah.

Brugh!!

Ennoshita berhasil berguling. Tapi ini diluar perkiraan. Dia berguling hingga ke ujung matrass. Tanaka dari jauh berlari mendekat kearah ujung matrass. Ennoshita berguling hingga kesana.

Brugh!!

"Akh!!"

Harusnya yang seperti ini tidak terjadi. Hanya saja mungkin matrass nya kurang besar dan harusnya Ennoshita tidak berlari terlalu jauh agar hasilnya tidak melebihi ekspektasinya.

Kepala Ennoshita membentur perut Tanaka yang duduk berjaga diujung. Tanaka terjungkal. Meringis memegangi perut. "Woelah untung ada gua."

"Parah. Baru nyoba sekali udah kayak gini. Sembrono lu!" Teriak Tanaka.

Ennoshita mengelus kepalanya. Cukup keras juga perut kotak kotak itu. Dia mendengus menatap Tanaka yang masih meringis. "Lo gak cabut aja dari tadi daripada nasehatin gua, gua emang gak bisa yee."

Mendengar ucapan dari sahabatnya itu cukup nyelekit memang. Tapi ada benarnya juga. Tanaka menghela nafas, dia kini duduk. Didepan Ennoshita. "Ya emang gua bantu gak boleh? Soal cabut mah nggak dulu deh. Gua kena 2x. Sekali lagi gua bakal kena."

"Loh, bukannya cuma dipanggil orangtuanya?" Tanya Ennoshita. Dia berpikir sejenak. Lalu menepuk jidat. "Oh, iya gua tau. sori."

Sepintas mereka mengobrol di lapangan membuat beberapa orang melirik dengan takjub. Tumben sekali melihat ada anak bandel dengan anak pintar akrab. Bisa bisanya.

Tanaka mengangguk singkat. "Ibu gua mana mau dateng. Dahlah jadi sad gini. Gua duluan Enn." Dia menepuk bahu temannya dab pergi dari sana. Meninggalkan Ennoshita yang kebingungan. "Loh, kemana?"

"Cabut."

"Baru juga dibilang!!"

"Cabut kekantin maksudnya."

"Oy!!!"

.
.
.
Tbc..

Kira kira cerita ini menarik gak ya? Gua jadi bingung sendiri aqokaowk.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro