NGGAK ASIK - TANA
Lanjut~~
Monmaap gak apdet apdet. Author sibuk ngurus akun di lapak lain.
Btw, mampir dong say, di noveltoon. Judulnya jadi ratuku. Hehe
Btw, met baca <3
...
Ennoshita kesal. Tapi tidak bisa mengucapkan apalagi memperlihatkannya. Dia hendak marah. Jika saja Tanaka tidak tiba tiba menyender kearahnya. "Enn.. Mau main Game ini nggak?"
Ennoshita menengok kearah Tanaka. Dia sedang mabar game Online diponselnya. Anak itu terlarut oleh keasikan. Sehingga melupakan Ennoshita. Ennoshita mendengus. "Bisa bisanya kacangin gua."
Tanaka terdiam. Dia menengok kearah Ennoshita dengan kebingungan. "Maksudnya gimana?"
Ennoshita diam diam menyubitnya kencang dengan wajah kesal. Tanaka berjengit. Merasakan kulit kakinya ditarik kencang. "ETTT!!!"
Mereka menengok kearah keduanya dengan terkejut. Juga seisi Cafe. Yang lain menatap mereka heran. "Ngapa lo?"
Dengan merengek Tanaka melihat kearah teman temannya. "Duh.. Gua kena cubit. Sakit banget."
Ennoshita tersenyum mendengarnya. Dia mengambil jaketnya dan pergi dari sana begitu saja.
"En! En mau kemana lo?!"
"Mau koming home." Teriak Ennoshita. Yang lain hanya melanjutkan aktivitas berbincang bincang kecuali Tanaka. Yah, padahal dirinya berniat membuat Ennoshita ada kesenangan di malam weekend.
Ennoshita akan pulang dengan ojek Online dekat sini. Setelah keluar dari cafe itu ia membuka ponselnya dan mencoba melihat aplikasi ojek online.
Begitu layar terbuka dia terdiam. Dia menatap ponselnya yang tanpa notif disana. Dia tiba tiba merasakan bahwa ia memang tak memiliki teman sebanyak tadi.
Atau bisa seseru mereka begitu bicara. Ennoshita menaikan alis, dia mendengus. "Emang gua gak niat banget nyari temen, eum Juna juga udah pindah segala, ah makin nolep lah gua."
Brum!
Ennoshita terkejut dan langsung menengok kearah deruman mesin itu. Dia terkejut melihat sosok lelaki yang menaiki motor disana. Lelaki itu cengengesan tanpa dosa mengetahui Ennoshita terkejut.
"Ryu? Ngapain lu? Mau pulang juga? Hah, sudah gua duga mereka yang asik sendi--"
"Gua mau anter lu pulang. Atau gak gini deh, gua main aja sama lu." Serobot Tanaka begitu Ennoshita tengah berbicara. Ennoshita membelak. Dia menatap tajam teman sebayanya.
"Nggak usah mendingan. Gua gak seru emang, tapi lu nggak perlu buat kasian ma gua Ryu. Gua emang nolep, gada temen, tapi gua gak butuh kasian lu--"
"Apaan sih bawel banget." Tanaka menekuk wajahnya. Mereka kini sama sama menampilkan wajah kesal. Satunya kesal karena Ennoshita banyak bicara. Satunya lagi bicara panjang mengenai dirinya yang tidak mau dikasihani.
Mereka terdiam. Hening yang lama.
Tanaka menghela nafas. Dia menjalankan motornya hingga kesamping Ennoshita. Dia menatap kesal lelaki culun itu. "Naik atau nganu?"
"Nganu?" Ennoshita menaikan alis. Tanaka memberikan helm tanpa penjelasan. Dia kini berdumel. "Lu tuh perasaan nganu banget dah gua jadi Nganu banget sama lu."
"Apasi Ryu! Gua tabok lu sekali lagi." Ucap Ennoshita. Kini dia tiba tiba tergelak, walaupun ada ke kesalan dihatinya. Pikirnya gondok banget mendengar ucapan Tanaka yang ambigu itu. Sembari menabok nabokkan tangannya kebahu Tanaka. Tanaka ikut tergelak. Membuat Ennoshita meledeknya. "Xixixi bengek hyung."
Tanaka menancap gas, Mereka akhirnya beranjkan pergi dari Cafe itu.
...
Lelaki culun menatap sekeliling dalam. Diam, setelah menghabiskan makanan dihadapannya dia sibuk menatap lampu lampu yang menyala dipinggir jalan. Yang warna warni dan juga terlihat indah dimalam hari. Dia sibuk terdiam, sampai sampai temannya menatapnya aneh.
Tanaka berhenti mengunyah. Dia menengok piring milik Ennoshita. Lalu kembali menatap Ennoshita yang terdiam seribu bahasa. Dia tiba tiba menyeletuk. "Kurang apa begimana? Diem amat lu kek mau nambah." Ucap Tanaka dengan asal.
Yang diajak berbicara menengok dengan sinis. Ketentramannya terganggu begitu saja. Dia menggeleng. "Nggak. Gua udah kenyang."
"Gimana nggak kenyang. Lu makan mie ayam dua porsi Enn."
"Berisik Ryu!"
Buru buru Tanaka menjawab karena takut dia semakin marah. Dia berucap kesal. "Ya abis gimana. Diem diem bae." Jujur Tanaka. Lelaki cepak itu menghela nafas. Dirinya mengambil kotak rokok yang ada dijaket.
Ennoshita menatapnya semakin sinis. "No smoke dude. Gua gak suka baunya!"
"Oke dah oke.."
Kini giliran Ennoshita yang berbicara. Dia mau meluapkan pikirannya. Begitu juga Tanaka yang akhirnya mengalah dan bertanya apa yang ada dipikiran Ennoshita sedari tadi.
Ennoshita berbisik. "Gua gak seru ya Ryu? Ama lu aja bawaanya marah marah mulu. Kayaknya lu gak keliatan senang sama sekali. " Ucapnya. Sejenak Tanaka mengangguk mengerti. Sekaligus menyetujui ucapan Ennoshita mengenai dirinya. Memang kalau Ora berantem ora Uwu.g
Lelaki culun itu menggeram. Dia menatap sekelilingnya dengan wajah lelah. 'Nggak adil! Gua juga mau temen! Gua juga mau seru sama yang lain!' Batin nya berteriak.
Dia tiba tiba menotice sesuatu. Ennoshita menatap temannya disampingnya. "Ryu.. Ajarin gua seru. Emang gimana biar gaul? Gua harus udud atau begimana?"
Tanaka membelak. Dia tentu menggeleng dengan tegas. Rokok disakunya kini dia simpan dengan aman. Dia balik menatap kesal Ennoshita. "Enn, bisa bisanya lu berpikir kek begitu."
"Ya habis gimana? Gua cape mikirnya cuy!" Ennoshita bertanya. Tanaka menghela nafas. "Lu tetap jadi diri lu. Lu asik kok."
"Kata siapa?!"
"Kata gue!"
"Selain lu?!"
"Pokoknya lu asik titik!"
"Nggak percaya--"
"Lu asik Enn." Kini Tanaka berucap pelan. Membuat perdebatan itu tiba tiba berhenti. Tanaka menatapnya dengan tatapan dingin. "Lu bukan nggak asik en.."
"Lu cuma nggak sefrekuensi."
Ennoshita terhenyak. Dirinya tiba tiba terdiam. Tanaka disampingnya menatap nya tidak mengerti. Bahkan setidaknya sempat menampilkan wajah kesal se kesal kesalnya. "Buat apa merubah diri lu. Kalau ada yang nerima lu apa adanya."
Deg!
"Ryu.."
Ennoshita menatap temannya dengan perasaan terharu. Dia kini menengok kearah amang amang mie ayam. "Mang! satu mangkok lagi buat teman saya.." Ucapnya dengan serak.
Tanaka mengangguk. Dia tersenyum. Kini senang karena Ennoshita. Tumben sekali..
"Pokoknya lu seru, asik no debat. Sini gua tabok yang ngomong lu nggak asik. Lu asik, apalagi lu sering traktir gua. Asik banget dah." Omong Tanaka. Amang mie ayam datang kearahnya. dia berterima kasih, begitu mengambil satu porsi mie ayam itu.
"Dasar kere." Canda Ennoshita. Dia tiba tiba tenang. Ah, begitu..
"Yaudah ayo cepet Ryu. Kita pulang." Ucap Ennoshita. Dia mengambil jaketnya dan pergi begitu saja. Tanaka terdiam. Lalu cepat cepat menghabiskan makananya. "Tunggu En!"
Dia bergegas cabut dari sana.
"Mas! Mie nya belum bayar!!"
"Hah?! Apa?! Woe Enn! Tipu tipu lu!"
...
"Huhu... Bokek gua Enn. Parah."
Ennoshita terkekeh dengan wajah puas. Memangnya enak. Begini begini dia tetap kejam kepada temannya itu. Eh, Teman bukan ya?
Sahabat dong. Masa cuma temen.
"Duh gua bayar 4 porsi enn. Bayangin 7k kali 4 Enn.." Rengek Tanaka. Dia mengendarai motornya dengan perlahan. Ennoshita kini terdiam tidak perduli.
Tanaka mendengus. Dia harus membayarnya!
"Enn!"
Ennoshita mendengar namanya disebut. Dirinya menengok kearah kaca spion. Tanaka berbicara. "Disini sepi nih."
"Ya terus? Mau ngapain lu? Ngelakuin tindak asusila?"
"Ett kagak lah! Ama siapa lagian.."
Ennoshita menatapnya aneh. "Yaudah kenapa?"
Kini lelaki itu terkekeh. "Enn, berdiri deh. Pasti seru." Tanaka mengajaknya untuk melakukan hal gila. Yang tentu saja membuatnya kesal. Ennoshita saja dibawa kebut kebutan takut setengah mati.
"Nggak! Gua masih sayang nyawa!" Ucap Ennoshita. Tanaka mengambil jalur lebih jauh. Dia berniat untuk jalan jalan dulu mengisi malam weekend ini. Ennoshita menghela nafas. "Gua pengen pulang Ryu."
"Nggak. Lu harus rasain rasanya ngebut dijalan sepi kek gini!!"
Brum!!!
Ennoshita terkejut setengah mati begitu Tanaka menaikan kecepatan begitu saja. Dia hampir jatuh terjengkang dari atas motor. Dadanya berdegup kencang. "WOE RYU!! MATI! MATI! STOP!!!"
Tanaka tergelak. Tangan Ennoshita mencengkram jaket Tanaka dengan kuat. dia ketakutan sehingga menutup matanya. Gila!!! Dia benar benar merasakan tamparan angin malam yang mengenai kulitnya.
"Liat Enn! Ini seru banget!! Lu nggak buka mata lu gua bakal muter muter sampai lu buka mata!!" Teriak Tanaka. Ennoshita menggeram. Dia akhirnya membuka matanya dan melihat mereka yang melesat cepat. Membuatnya membelak.
"Nggak! Nggak!! Ryu lu cari mati!!!" Ennoshita berusaha untuk tidak melepas pegangannya pada lelaki itu.
Merek melesat cepat hingga turunan terjal. Tanaka masih tertawa terbahak bahak menyaksikan Wajah Ennoshita sekilas dari spion. Juga teriakannya.
"GUA MASIH MAU HIDUP RYUU!!!"
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro