Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

|9| 👑 Alasan 👑

Yang hanya datang dan pergi, silakan

Akan kunanti yang mau bertahan

Karena di sanalah terletak alasan

Yang takkan mudah tergoncangkan

👑

Bazar yang mereka lakukan berjalan lancar. Semua penjualan, bahkan tawar-menawar pun tidak ada masalah yang berarti. Namun satu hal yang mengganggu Yorin. Stan yang dijaganya bersama Lian dan Alard bersebelahan dengan milik Runa, sehingga cewek itu beberapa kali menyeberang dan mengajak Alard berbicara. Hal itu tentu saja mengganggunya bukan karena melihat interaksi Alard dan Runa, tapi cewek itu benar-benar tidak lihat-lihat waktu. Apa yang dilakukannya juga membuat Gezi beberapa kali harus sibuk sendiri melayani pembeli.

"Lard abis ini makan, yuk," ajak Runa suatu kali.

Alard hanya memberi lirikan dan kembali fokus mengatur posisi barang yang kosong setelah dibeli dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya tetap berada di dalam saku. Memang selalu begitu interaksi mereka, Runa mengajak bicara sedangkan Alard tidak menanggapi dan hanya fokus mengerjakan apa yang bisa dilakukannya di stan yang mereka jaga.

Cowok itu tidak banyak bicara pada pembeli, hanya sesekali memberi senyum kecil, sekadar untuk formalitas sopan santun. Ketika ada yang membeli juga Alard tidak akan melayani. Keseringan dia hanya memberi uang kembalian atau mengatur ulang posisi barang. Kalau diingat-ingat, Yorin hanya melihat Alard memakai tangan kanannya. Sangat jarang, bahkan belum pernah dilihatnya cowok itu mengeluarkan tangan kirinya.

Kejadian itu terulang beberapa kali sampai Yorin merasa risi mendengar suara Runa. Dia jadi berpikir, apa cewek itu tidak lelah terus memanggil dan mengajak Alard bicara padahal selalu diabaikan. Tidak satu kali pun Alard membalas ucapannya, bahkan dengan sebatas senyum atau ekspresi wajah pun.

Hingga akhirnya mereka mengakhiri bazar dan waktunya kembali berberes. Bukannya membantu Gezi membereskan barang-barang di stannya, Runa malah mencampuri urusan di stan Yorin. Sungguh, Yorin tidak bisa menyembunyikan rasa risinya di saat itu, dan akhirnya dia memilih membawa barang-barang yang sudah tersusun dalam kardus, walau sebenarnya itu ditugaskan untuk para cowok.

Saat semua orang sedang sibuk di dalam, menumpuk kardus-kardus yang baru dibawa dari meja-meja stan, terjadi keributan di luar. Mereka semua segera berlari dan sesampainya di luar, yang terlihat adalah Runa yang sudah terduduk di lantai. Sementara Alard berdiri di hadapannya dengan tangan terangkat dan ekspresi tidak bersahabat.

Gezi langsung berlari menghampiri Runa dan semua orang mengikuti setelahnya. Yorin tak bisa menghentikan diri untuk terus menelaah Alard. Apa yang terjadi pada cowok itu? Apa dia yang membuat Runa jatuh karena marah? Sekejam itu? tanya Yorin sekali lagi dalam hati. Walau dia tidak suka pada Alard, tapi sepertinya cowok itu tingkat menyebalkannya tidak sampai begitu. Lalu dia mengarahkan pandangan pada Runa, yang sedang merengek sambil mengelus-elus sikunya yang terbentur tadi.

"Ih Alard ... kenapa, sih?" rengek Runa sekali lagi.

Semua perhatian teralih pada Alard saat ini, terutama Gezi. Dia menatap temannya itu dengan tatapan yang tidak bisa Yorin jelaskan. Namun saat melihat Alard, Yorin terheran. Cowok itu bukannya membalas tatapan Gezi, malah melihatnya dengan pandangan yang belum pernah terlihat sebelumnya.

Kemudian Alard mengembuskan napas dan akhirnya pergi. Namun sebelum itu, dia sempat mengucapkan sesuatu yang membuat Yorin terusik. "Ziro dan kebodohannya."

👑👑

Gitar di pangkuannya sudah entah berapa lama hanya menjadi pajangan bagi Yorin. Sejak tadi, pikirannya sama sekali tidak terarah ke kunci-kunci dasar yang diajarkan Lian, apalagi nada sederhana yang harus dimainkannya saat pertunjukan nanti. Sejak bazar waktu itu berakhir, dia masih tidak bisa mengehentikan pikiran-pikiran aneh yang mengganggunya. Terlalu banyak, sampai dirinya sendiri kebingungan harus bagaimana menyusun semua itu.

"Abis ini kunci F ya, Kak. Ada di tiga senar berurutan, dari senar kedua paling bawah sampai ketiga paling atas. Telunjuk di paling ujung, terus jari tengah, paling atas jari manis," ujar Lian perlahan sambil menunjukkan posisi jari yang benar di gitar yang dipangkunya.

Lalu Lian mulai memainkan nada dengan kunci F itu secara perlahan. Nadanya lembut, tapi sayang, Yorin tidak mendengar apa-apa. Matanya masih menerawang, fokusnya belum juga kembali. Sejak tadi, Lian memang mengajarkan kunci-kunci dasar gitar itu tanpa melihat Yorin. Dia hanya menunjukkan posisi yang benar, memberikan contoh dengan memainkannya, lalu menunggu Yorin mengikuti. Tapi kali ini, terlalu hening hingga akhirnya dia mengangkat kepala.

Dilihatnya Yorin yang hanya bergeming di tempat duduknya. Tangannya bahkan hanya terjulur pada gitar di pangkuan tanpa memegang senar sama sekali. Lian memberanikan diri untuk melihat dan menelaah wajah Yorin. Cewek itu jelas-jelas tidak fokus, pikirannya melayang sampai tidak sadar sama sekali sedang diperhatikan. Lian melambai-lambaikan tangannya tepat di depan wajah Yorin hingga akhirnya cewek itu tersadar.

"Lagi mikirin apa, Kak?" tanya Lian sambil tersenyum kecil.

Yorin mengerjap-ngerjap. "E ... eh, kenapa senyum?"

"Nggak apa-apa, sih. Cuma udah dua kali Kak Yorin kayak nggak konsen gini pas latihan gitar. Tapi yang kali ini lebih parah kayaknya. Gara-gara Kak Alard lagi?" tebak Lian, memberanikan diri.

Mendengarnya membuat Yorin tersadar. Benar juga kata Lian. Sudah dua kali dia kehilangan fokus saat latihan gitar, dan sialnya, keduanya karena orang yang sama. Si pangeran angkuh yang aneh. Walau kali ini lebih mengarah pada penasaran daripada kesal, tetap saja aneh dan entah bagaimana, terasa tidak benar.

"Ingat kejadian Runa sama Alard? Menurut lo, mereka berdua kenapa? Terus, lo nggak merasa ada yang aneh sama si Alard?" Tanpa sadar, Yorin terus melemparkan pertanyaan, membuat Lian tertawa kecil kali ini. Sepertinya Yorin memang tipe orang yang tidak bisa menahan diri sama sekali kalau sudah penasaran.

Lian akhirnya mengangguk sebagai jawaban. "Jujur, Kak, aku nggak tahu harus komen apa. Kita kan nggak ada yang lihat sama sekali, jadi kayaknya nggak bener kalau nebak-nebak sebenarnya mereka berdua kenapa. Dan buat Kak Alard ... aku nggak ngerasa ada yang aneh atau gimana sih, Kak. Dia tetep bantu pas di stan, kok."

Yorin menelan ludah dengan susah payah ketika mendengar jawaban Lian. Cowok itu berbicara dengan santai. Sama sekali tidak terlihat dan terdengar maksud untuk menyindir atau menceramahi, tapi semua ucapannya membuat Yorin berpikir ulang. Sepertinya rasa penasaran yang dia miliki memang menjurus untuk men-judge dan itu jelas tidak benar.

"Lo beneran anak 18 tahun?" Pertanyaan tiba-tiba Yorin itu membuat Lian membelalak bingung. "Terlalu dewasa tahu lo tuh buat anak 18 tahun."

Setelah mendengar penjelasan itu, Lian justru tergelak. Ucapan Yorin yang terlalu jujur kadang membuat dia kewalahan untuk menentukan sikap. Padahal menurutnya, itu hanya pemikiran biasa yang wajar dimiliki siapa saja, tapi ternyata Yorin melihatnya dari sisi yang berbeda.

"Ya udah, Kak, ayo latihan lagi," ujar Lian mengakhiri kecanggungan yang dirasakannya.

Yorin mengangguk-angguk lalu bersiap memulai kembali sesi latihan bersama Lian. Namun, pikiran lain kembali menghalanginya. "Lian ... menurut lo, apa alasan Runa pengin gabung di club ini?"

Masih teringat jelas di ingatannya bagaimana Runa membuat beberapa orang terkejut karena tiba-tiba bilang ingin bergabung dengan club Buletin Kampus sebelum semuanya bubar. Bahkan Yorin bersama Gisa dan Rhea sudah membicarakannya berulang-ulang sejak saat itu, tapi rasanya masih saja mengganjal dan tidak menemukan potongan puzzle yang tepat.

"Ya mungkin kayak alasan kebanyakan orang gabung di club, Kak. Pengin cari temen, pengin tambah pengalaman berorganisasi, dan nambah poin non-akademis."

Jawaban Lian membuat Yorin menghela napas. Anak itu memang terlalu polos sampai menganggap semua orang sama saja, termasuk motif mereka melakukan segala hal. Tapi tidak bisa disalahkan juga, sih. Lian memang masih baru dan belum kenal orang-orang atau keadaan di kampus ini. Dia masih tidak tahu orang seperti apa Runa dan bagaimana cewek itu terkenal di LARC. Wajar.

"Lo tahu kan, gue nggak suka kalau orang gabung sama club gue dengan alasan macam-macam. Gue penginnya orang-orang gabung beneran karena suka nulis, bikin artikel, baca buletin dan lainnya. Pokoknya emang cinta sama segala yang berhubungan sama buletin kampus," jelas Yorin sekali lagi, mengingat dia pernah mengatakannya sekali saat menanyakan alasan Lian bergabung dengan clubnya.

"Hmm ... semua orang kan beda-beda ya, Kak. Mungkin awalnya bukan yang bener dan nggak berhubungan sama club buletin kampus, tapi siapa tahu seiring berjalannya waktu nanti, semuanya berubah. Siapa tahu, semakin lama dia ada di sini, rasa cintanya makin tumbuh buat club ini dan lama-lama jadi dalem. Tiap orang bisa datang dengan gampangnya, tapi selalu butuh alasan yang kuat buat bisa tetap bertahan. Yang harus jadi titik fokus Kak Yorin itu bukan kenapa orang-orang datang ke club ini, tapi gimana bikin yang ada tetap bertahan."

Yorin terperangah. Lagi-lagi pertanyaan itu melintas di otaknya. Lian benaran anak 18 tahun?

👑👑👑

Huwaaaa susah banget ngetiknya part ini karena kedistrak X1 muluuu, ga fokus aku gara2 ngeliatin wooseok terus 😭😭😭
Gara2 foto ini tepatnya

Jadi kalau merasa part ini aneh atau gimana, mohon maklum dan maaf ya 😭😭😭

Jadi kenapa tuh kira2 Alard begitu? Runa masuk club buletin kampus juga?

Komen2 yaaa vote juga hehehe

Salam dari yang lagi ga sabar nunggu full version lagunya X1 keluar,
junabei

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro